LAPORAN HASIL OBSERVASI PADA ANAK HIPERAKTIF DI TK

BAB I
                      LANDASAN TEORI        

A.    Pengertian Hiperaktif
Hiperaktif adalah anak yang mempunyai keaktifan yang lebih atau kelainan perilaku yang tak jelas asal-usulnya. Beberapa pendapat lain mengemukakan bahwa, hiperaktif berhubungan erat dengan tingkat kecerdasan (IQ) tinggi, dan beberapa pendapat lain mengatakan bahwa seorang anak yang dikatakan hiperaktif biasanya memiliki IQ tinggi. Hiperaktif seringkali mengarah ke autisme anak yang mengalami gangguan interaksi sosial, komunikasi, serta imajinasi).

B.     Karakteristik Hiperaktif
Anak yang hiperaktif biasanya mengalami kesukaran dalam memusatkan perhatian pada jangka waktu tertentu. Anak hanya mampu memusatkan dalam waktu yang sangat pendek. Anak hiperaktif juga mudah tergangu perhatian dan pikirannya, dan tidak mampu mengontrol diri untuk bersikap tenang. Anak yang hiperaktif biasanya sering banyak bicara, tindakan-tindakannya tidak bertujuan, berlari-lari atau memanjat secara berlebihan, sulit duduk tenang atau gelisah secara berlebihan, bergerak terus-menerus atau berbuat sesuatu bagaikan digerakan oleh mesin, sulit tetap tinggal duduk.

C.    Faktor Penyebab Hiperaktif
Berdasarkan penyebab hiperaktif dibedakan dalam dua kelompok, yaitu faktor psikis maupn fisik. Dari faktor psikis (neurolog) umumnya bahwa anak penderita hiperaktif tampak terjadi abnormalitas aktivitas otak. Sedangkan dari sisi psikologis terjadinya tingkah laku hiperaktif lebih di pengaruhi karena kurangnya perhatian atau cinta kasih orang tua. Akibat jiwa anak yang mengalami kekosongan belaian kasih. Sebagai kompensasi atas kondisi tersebut akak mencoba mencari pemuasan diri melalui objek lain atau tindakan untuk menggantikannya.



BAB II
PEMBAHASAN MASALAH

Dalam pembahasan masalah ini, penulisan akan menguraikan langkah-langkah dalam mengatasi anak yang bandel dan tidak bisa diam (Hiperaktif) yang diimplementasikan pada pengalaman mengajar di TK- AL-Hidayah kecamatan Taraju, mulai dari mengidentifikasi sampai pasca penanganan masalah.
A.    Identifikasi Masalah
Untuk mengetahui permasalahan anak, guru melakukan identifikasi waktu pembelajaran berlangsung melalui :
a.       Observasi
Guru dengan sengaja dan sistematis mengamati perilaku anak dan dicatat dalam sebuah buku / catatan yang disebut catatan anekdot. Disini penulis memakai catatan anekdot insidental.
1.      Nama                                 : Bintang Nugraha
2.      Program Kegiatan Belajar : Menggambar
3.      Kelas / Sekolah                 : A / TK PGRI Nusa Indah
4.      Hari / Tanggal                   : Jum’at, 19 Desember 2008
5.        Peristiwa    :  pada saat pembelajaran dimulai (Bintang) malah membuat keributan. Dia mengajak temannya (indra) untuk berlari-larian mengelilingi ruang kelas, sehingga menggangu anak-anak yang lain. Pada kegiatan menggambar Bintang mengambil crayon milik temannya yang sedang digunakan atau dipakainya, pada saat guru menegurnya di pura-pura tidak tahu, tetapi saat guru sedikit lengah dia kembali membuat keributan. Kali ini dia mengajak beberapa anak laki-laki untuk memukul-mukul meja, sehingga mengganggu anak-anak yang sedang asyik menggambar.
Interprestasi: kemungkinan Bintang merasa bahwa kegiatan menggambar itu sangatlah membosankan, dan tidak menarik karena harus berlama-lama duduk, sedangkan Bintang tidak suka duduk terlalu lama, dia lebih senang memukul-mukul meja, berlari-lari, membuat keributan didalam kelas.
Observer


(Karwati)

b.      Wawancara dengan siswa
Daftar pertanyaan (pedoman wawancara)
1.      Nama                     : Bintang Nugraha
2.      Kelas / Sekolah     : A / TK PGRI Nusa Indah
3.      Waktu                   : Istirahat, Jum’at 19 Desember 2008
  Jam 08.15 WIB
4.      Tempat                  : Area Seni

Kesimpulan : Bintang tidak menyukai peajaran menggambar dan tida tidak suka kalau harus duduk terlalu lama, karena Bintang anak yang tidak mau diam

Tasikmalaya, 19 Desember 2008
Pewawancara

Karwati

c.       Meneliti Pekerjaan Akan Secara Individu]
Dengan meniliti hasil pekerjaan anak, guru dapat menentukan anak yang mengalami masalah / kesulitan belajar.
Waktu menggambar Bintang tidak mau menyelesaikan pekerjaanya.
d.      Metode Tugas Kelompok
Metode ini memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk bekerja sama.
-          Pada kegiatan menyusun puzzel yang besar secara berkelompok, Bintang tidak mau dibantu oleh teman-temannya, dia malah merebut kepingan puzzel dari temannya yang pada saat itu sedang dipegangnya, sehingga membuat temannya itu menangis.

B.     Diagnosa
Setelah masalah tersebut diidentifikasi, maka tahap selanjutnya adalah tahap mendiagnosa masalah untuk mencari penyebab mengapa anak tersebut bertingkah laku demikian, sebagaimana langkah-langkahnya adalah :
1.      Menganalisis data dari proses identifikasi
-          Anak mengalami hiperaktif
2.      Melokalisasi letak masalah
-          Tidak bisa diam
-          Sulit duduk dengan tenang
-          Tidak tuntas dalam menyelesaikan pekerjaan
-          Sukar memusatkan perhatian
-          Mudah terganggu perhatiannya
-          Susah menunggu giliran saat permainan/  kegiatan
3.      Menentukan jenis faktor yang menyebabkan hiperaktif
-          Pada waktu hamil, ibunya sering bepergian jauh.
-          Adanya faktor lingkungan

C.    Prognosa
Pada teknik selanjutnya adalah prognosa untuk mengetahui latar belakang masalah yang dihadapi anak TK.
-          Tidak bisa diam
-          Sulit duduk dengan tenang
-          Tidak tuntas dalam menyelesaikan pekerjaannya
-          Sukar memusatkan perhatian
-          Mudah terganggu perhatiannya

D.    Cara menangani (treat ment)
Anak yang sudah diatur (bandel) dan tidak bisa diam (hiperaktif) kebanyakan sangat lemah dalam bekonsentrasi. Namun, dalam hal demikian kita tahu bahwa setiap manusia mempunyai atau memiliki daya konsentrasi yang berbeda. Betapapun kerasnya anak dalam berkonsentrasi dan diam, beberapa informasi tetap akan terlewati dan diselesaikan. Oleh karena itu, diperlukan cara penanganan sebagaik berikut :
1.      Dengan pelatihan-pelatiha
-          Menggiring / menarik perhatian anak secara terarah, kita dapat mengajak anak untuk selalu melakukan kigiatan bermain bersama yang disesuaikan dengan keinginan anak.
-          Melatih respon, terarah atau memberi tanggapan.
Anak perlu dilatih, bagaimana dirinya harus memberi respon atau tanggapan terhadap rangsangan yang diberikan kepadanya.
-          Anak dilatih untuk belajar mengamati sesuatu.
Ciptakan kondisi yang merangsang anak untuk mau belajar mengamati dengan cara ikut aktif terlibat dalam kegiatan atau permainan anak.
-          Melatih kecerdasan kinestik jasmani anak.
Kecerdasan kinestik jasmani anak adalah gabungan kemampuan berfikir dan ketangkasan dalam melakukan suatu gerakan seluruh anggota tubuh. Untuk mengembangkannya, kita dapat memotivasi anak sesuai dengan minatnya. Seperti bermain seni peran, dan permainan lain yang melibatkan kegiatan fisik.

2.      Dengan permainan
Karena anak yang hiperaktif tidak bisa diam, maka sebaiknya menangani masalahnya dengan permainan. Contoh dengan permainan “kucing tikus”. Permainan seperti ini sangat bermanfaat bagi anak untuk lebih mampu mengendalikan emosinya, mengarahkan, dan memfokuskan perhatian serta meningkatkan daya konsentrasi dalam melakukan berbagai kegiatan.

3.      Saran dan Nasihat
-          Jika anak berpendapat bahwa kegiatannya sangat membosankan dan tidak menarik, maka kita harus mencari kegiatan yang menarik minat dan perhatiannya, namun tidak keluar dari tema yang sedang dipelajarinya.
-          Sebaiknya anak yang hiperaktif ditempatkan didekat guru, supaya mudah terkontrol dan tidak mengganggu teman-temannya yang lain.
-          Bila anak melakukan kesalahan, maka tegurlah dia. Seandainya jika dia melakukan hal yang baik atau benar, maka berilah dia pujian.

4.      Pengkondisian
Dalam hal ini seorang guru dituntut keterampilannya untuk mengarahkan dan membimbing anak pada permainan anak secara berkelompok. Selain itu pengelolaan kelas harus disesuaikan dan ditata dengan baik. Hindarkan hal-hal yang dapat mengganggu konsentrasi belajar anak.

5.      Konseling
Bila masalah anak yang hiperaktif ini masih ringan guru masih bisa mengatasinya. Akan tetapi jika masalahnya kompleks, penyelesaiannya memerlukan pendekatan khusus. Konseling merupakan salah satu caranya. Karena dalam konseling ini dilakukan oleh seorang yang telah mengikuti pendidikan khusus dan tertatih secara baik di bidang konseling.

E.     Tindak Lanjut dan Pasca Penanganan
A.    Tindak lanjut
-          Guru
Guru merupakan pihak yang paling awal dalam mengetahui permasalahan anak, ia harus berupaya menangani permasalahan anak dan membantu serta membimbing, mendidik anak agar menjadi anak yang berperilaku baik.
-          Orang tua
Orang yang paling bertanggungjawab dalam penanganan permasalahan anak adalah orang tua. Orang tua tidak dapat hanya menyerahkan pendidikan anaknya kepada sekolah dan guru. Orang tua juga harus melaksanakan yang disarankan oleh guru dalam rangka memperlancar penanganan masalah yang dialami anaknya.
-          Ikatan Profesi
Untuk memperoleh pemikiran-pemikiran dalam rangka mencari jalan keluar yang paling efektif, tidak ada salahnya apabila ada permasalah yang dihadapi seorang guru TK dibawa ke forum yang lebih besar. Untuk memecahkan masalah tersebut.
-          Pasca penanganan
Upaya mengatasi anak yang mempunyai kelainan dalam hiperaktif telah berhasil. Upaya yang dilakukan oleh orang tua dan guru agar dapat bertingkahlaku dengan baik, maka :
a.       Berikan kasih sayang dan perhatian pada anak.
b.      Jangan menggunakn hal-hal yang dapat menimbulkan anak menjadi tertekan dan takut seperti ancaman atau hukuman.
c.       Selain itu, kita harus sabar dalam menghadapi segala permasalahan anak yang dihadapinya.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Anak yang mengalami kelainan hiperaktif. Seingkali melakukan hal-hal yang cenderung tida bisa diam dalam waktu yang cukup lama.
Jenis-jenis gejala bagi anak yang hiperaktif diantara :
a.       Berlari-lari atau memanjat secara berlebihan
b.      Sulit duduk dengan tenang atau gelisah secara berlebihan
c.       Bergerak terus-menerus

B.     Saran
1.      Bagi seorang pendidikan agar lebih jauh lagi mengenai bagaimana kondisi anak yang hiperaktif
2.      Kepada orang tua yang memiliki anak hiperaktif agar lebih bersabar dan perhatian dalam membimbing anak yang hiperaktif. Berikan mainan yang dapat membantu anak untuk belajar.


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena ata segala rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Sholawat serta salam semoga dilimpahkan kepada  nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Ujian Akhir Semester (UAS), maka kuliah “Bimbingan dan konseling”. Dari dosen Drs. SUMARDI M.Pd, tak lupa penulis menngucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini, sehingga dapat selesai tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh lebih sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritiknya. Akhir kata penulis mengharapkan semoga makalah ini diterima dengan baik, mudah dipahami dan bermanfaat, khususnya bagi penulis, umunnya bagi pembaca. Amien.

Tasikmalaya, Desember 2008

Penulis




DMC