PROPOSAL SKRIPSI
METODOLOGI PENELITIAN
” Analisis Rasio
Likuiditas, Rasio Rentabilitas Ekonomis dan Rentabilitas Modal Sendiri Untuk
Menilai Kinerja pada PT. Fastfood Indonesia, Tbk. ( KFC )”
OLEH:
ZAKI MUSTHOFA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada umumnya suatu perusahaan
didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba. Laba merupakan hasil yang
menguntungkan atas usaha yang dilakukan perusahaan pada suatu periode tertentu.
Dengan laba ini dapat digunakan perusahaan untuk tambahan pembiayaan dalam
menjalankan usahanya, dan yang terpenting adalah sebagai alat untuk menjaga
kelangsungan hidup perusahaan.
Laba hanya bisa diperoleh dengan
adanya kinerja yang baik dari perusahaan itu sendiri. Untuk itu penilaian
terhadap perusahaan sangat penting dan bermanfaat, baik bagi perusahaan, maupun
bagi pihak luar perusahaan yang berkepentingan terhadap perusahaan yang
bersangkutan. Bagi suatu perusahaan kinerja dapat digunakan sebagai alat ukur
dalam menilai keberhasilan usahanya, juga dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan perencanaan dimasa yang akan
datang. Sedangkan bagi pihak luar perusahaan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan ekonomi terhadap perusahaan yang
bersangkutan.
Untuk mengetahui kinerja suatu
perusahaan dapat dilihat dari aspek keuangan dan aspek non keuangan. Dari aspek
non-keuangan, kinerja dapat diketahui dengan cara, mengukur tingkat kejelasan
pembagian fungsi dan wewenang dalam struktur organisasinya, mengukur tingkat
kualitas sumber daya yang dimilikinya, mengukur tingkat kesejahteraan pegawai
dan karyawannya, mengukur kualitas produksinya, mengukur tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap perusahaan serta dengan mengukur tingkat kepedulian
perusahaan terhadap lingkungan sosisal sekitarnya.
Penilaian kinerja melalui aspek
non-keuangan relatif lebih sulit dilakukan, karena penilaian dari satu orang
berbeda dengan hasil penilaian orang lain. Sehingga dalam penilaian kinerja
kebanyakan perusahaan menggunakan aspek keuangan.
Analisis keuangan yang sering
digunakan untuk menilai kinerja suatu perusahaan adalah analisis rasio
keuangan. Dengan analisis rasio keuangan akan dapat diketahui tingkat
likuiditas, tingkat solvabilitas dan tingkat rentabilitas perusahaan. Dengan
mengetahui tingkat suatu perubahan, maka akan dapat diketahui kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan jaminan harta
lancarnya. Tingkat likuiditas ini sangat berguna bagi perusahaan khususnya
kreditur yang memberikan kredit jangka pendek. Pada tingkat solvabilitas, akan
dapat diketahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua kewajibannya dengan
jaminan harta yang dimilikinya, tingkat solvabilitas ini sangat berguna bagi
kreditur, untuk memberikan kredit jangka pendek maupun jangka panjang. Dan
dengan mengetahui rentabilitas, maka akan dapat diketahui kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba dengan modal yang dimilikinya, hal ini sangat penting
untuk mengetahui efisiensi suatu perusahaan.
Jadi dengan mengetahui tingkat
likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas suatu perusahaan, maka akan dapat
diketahui keadaan perusahaan yang bersangkutan, apakah perusahaan tersebut baik
atau buruk sehingga dapat diperkirakan tentang kelangsungan hidup perusahaan
yang bersangkutan.
Menurut Munawir (2004 : 64),
mengadakan analisa hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan keuangan
merupakan dasar untuk dapat mengintrepretasikan kondisi keuangan dan hasil
operasi suatu perusahaan. Dengan menggunakan laporan yang diperbandingkan,
termasuk data tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam jumlah rupiah,
prosentase serta trendnya, penganalisa menyendiri bahwa rasio secara individu
akan membantu dalam menganalisa dan mengintretasikan posisi keuangan suatu
perusahaan.
Rasio menggambarkan suatu
hubungan atau pertimbangan atau perimbangan (mathematical relationship) antara
suatu terntu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisa
beruapa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada
penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu
perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka
rasio pembanding yang digunakan sebagai standar.
Franchising (pewaralabaan) pada
hakekatnya adalah sebuah konsep pemasaran dalam rangka memperluas jaringan
usaha secara cepat. Dengan demikian, franchising bukanlah sebuah alternatif
melainkan salah satu cara yang sama kuatnya, sama strategisnya dengan cara
konvensional dalam mengembangkan usaha. Bahklan sistem franchise dianggap
memiliki banyak kelebihan terutama menyangkut pendanaan, SDM dan manajemen,
kecuali kerelaan pemilik merek untuk berbagi dengan pihak lain. Franchising
juga dikenal sebagai jalur distribusi yang sangat efektif untuk mendekatkan
produk kepada konsumennya melalui tangan-tangan franchiser.
Di Indonesia franchise dikenal
sejak tahun 70an ketika masuknya Shakey Pisa, KFC, Swensen, dan Burger King,
yang perkembangannya terlihat sangat pesat dimulai sekitar 1995. Data
Deperindag pada 1997 mencatat sekitar 259 perusahaan penerima franchise di
Indonesia tapi usaha franchise ini mengalami kemerosotan ketika terjadi krisis
moneter. Para penerima franchise asing terpaksa menutup usahanya karena nilai
rupiah yang terperosok sangat dalam. Hingga tahun 2000, franchise asing masih
menunggu untuk masuk ke Indonesia. Hal itu disebabkan kondisi ekonomi dan
politik yang belum stabili ditandai dengan perseteruan para elit politik.
Barulah pada 2003, usaha franchise di tanah air mengalami perkembangan yang
sangat pesat (www.majalahfranchise.com).
Perkembangan bisnis waralaba atau
franchise saat ini memicu pertumbuhan ekonomi yang sehat dan membuka kesempatan
lapangan kerja baru. Serta mempermudah peluang pengadaan kesempatan bisnis
kepada khalayak luas.
Krisis ekonomi global membuat
bisnis waralaba sedikit mengalami penurunan. Dari data yang ada, tahun 2007
kemarin omzet waralaba bisa mencapai Rp 81 Trilyun. Pada tahun 2008 omzet naik
signifikan mencapai 10 - 15 %. Untuk tahun ini hanya diprediksi meningkat 5 %,
ini dikarenakan menurunnya daya beli masyarakat. Hingga saat ini total bisnis
waralaba di Indonesia mencapai 360 franchise baik lokal maupun asing. Selama
beberapa tahun franchise terus mengevaluasi diri dengan menempatkan posisi
sebagai pembawa gagasan bisnis yang berbekal semangat kewirausahaan, Serta
menyimpan potensi luar biasa terkait pengembangan perekonomian rakyat
(www.Detailnews.com).
Dalam kondisi ekonomi yang tak
terduga dan ketidakadanya kepastian yang dipengaruhi oleh krisis global yang
berkepanjangan, peningkatan inflasi dan penurunan GDP, PT. Fast Food Indonesia
tetap memperoleh profitabilitas dan pertumbuhan yang konsisten. Berdasarkan
laporan keuangan KFC tahun 2008, penjualan naik sebesar 27,3% menjadi Rp. 2,023
triliun, pembukaan restoran baru bertambah 31 outlet di hamper 90 kota
diseluruh Indonesia. Laba ditingkat restoran naik menjadi 32,6% dan laba
Perseroan secara keseluruhan sebelum pajak naik menjadi 16,5%.
Selain itu hasil penjualan pada
2008 naik menjadi 2,023% menjadi Rp. 2,023 triliun, lebih tinggi dari Rp. 1,590
triliun pada tahun 2007. peningkatan tersebut berasal dari kenaikan rata-rata
harga jual yang terjadi pada tahun 2008 sebesar 17%, penjualan restoran baru,
dan pertumbuhan dari restoran dan fasilitas yang sudah hadir. Peningkatan pun
terlihat pada sejumlah indicator lain, laba bersih sebelum pajak tahun 2008
naik menjadi Rp. 167,90 milyar atau naik 16,5% dari Rp.144,16 milyar pada tahun
2007.
Harga pokok penjualan sebagai persentase
penjualan sedikit turun dari 38,8% pada tahun 2007 menjadi 38,6% pada 2008,
sedikit menaikan margin laba kotor. Beben usaha meningkat menjadi Rp. 1,100
triliun dari Rp. 838,81 milyar pada 2007 atau sekitar 31,2% disebabkan oleh
tekanan harga dari inflasi dan ketentuan upah minimum yang baru dari
pemerintah.
Aktiva meningkat menjadi
Rp.784,76 milyar pada tahun 2008 dari Rp. 629,49 milyar pada tahun 2007 atau
kenaikan 24,7% hasil dari investasi secara terus-menerus untuk melakukan
ekspansi jaringan restoran perseroan. Aktiva tak lancar meningkat Rp. 81, 57
milyar atau 21% pada tahun 2008, sementara aktiva lancar meningkat Rp. 73,69
milyar atau 30,6% pada tahun 2008. arus kas masuk bersihtahun 2008 Rp. 37,45
milyarhanya setengah dari kenaikan Rp. 76,48 milyar yang dihasilakn pada tahun
2007.
Kewajiban meningkat Rp. 50,08
milyar atau 19,9% dari Rp. 252,13 milyar pada tahun 2007 menjadi Rp. 302,21
milyar pada tahun 2008. kewajiban lancar naik sebesar Rp. 40,25 milyar atau
21,4%, tetapi peningkatan luar biasa pada aktiva lacar secara dramatis
mingkatkan current ratio dari 128% menjadi 137,9 % di tahun 2008. perbandingan
hutang jangka panjang denagn ekuitas turun dari 17% menjai 15,4% di tahun 2008.
Beban pokok penjualan meningkat
26,7% dari Rp. 617,10% menjadi Rp. 781,63 milyar di tahun 2008. beban uasah
meningkat hamper 31,2% dari Rp. 838,81 milyar menjadi Rp. 1,100 triliun pada
tahun 2008
Berdasarkan data dan uraian di
atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul laporan
akhir yang di susun penulis adalah : “Analisis Rasio Likuiditas, Rasio
Rentabilitas Ekonomis dan Rentabilitas Modal Sendiri Untuk Menilai Kinerja pada
PT. Fastfood Indonesia, Tbk. ( KFC ) “
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang
diuraikan ditas maka peneliti merumuskan permasalahan dalam peneliti adalah :
“Bagaimana kinerja PT. Fastfood
ndonesia, Tbk (KFC) berdasarkan analisis likuiditas dan rentabilitas ?”.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah
yang ingin di teliti oleh peneliti maka yang menjadi tujuan dari penelitian
adalah :
“Untuk mengetahui kenerja PT.
Fastfood Indonesia, Tbk (KFC) dilihat dari rasio likuiditas dan rasio
rentabilitasnya.”
Manfaat
Penelitian
Adapin manfaat yang diharapkan
dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Bagi penulis, diharapkan penelitian ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman yang pastinya berguna diwaktu yang
akan datang.
Bagi perusahaan yang bersangkutan,
diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi atau masukan untuk
kebijakan kebijakan perusahaan pada periode-periode selanjutnya.
Bagi pihak-pihak lain,diharapkan hasil
penelitian dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan serta menjadi referensi
atau bahan masukan dalam penelitian serupa pada penelitian yang akan datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Landasan Teori
Pengertian Laporan
Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil
akhir dari suatu proses pencatatan, yang merupakan suatu ringkasan dari
transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.
Pengertian laporan keuangan
menurut Standar Akuntansi Keuangan:“Laporan keuangan merupakan bagian dari
proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi
neraca, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai
cara seperti misal, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan
juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan
tersebut, misal informasi keuangan segmen industri dan geografis serta
pengungkapan pengaruh perubahan harga”
Dari pengertian diatas laporan
keuangan dibuat sebagai bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap,
dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepada
manajemen.
Penyusunan laporan keuangan
disiapkan mulai dari berbagai sumber data, terdiri dari faktur-faktur, bon-bon,
nota kredit, salinan faktur penjualan, laporan bank dan sebagainya. Data yang
asli bukan saja digunakan untuk mengisi buku perkiraan, tetapi dapat juga
dipakai untuk membuktikan keabsahan transaksi.
Ada beberapa definisi laporan
keuangan keuangan yang dikemiukakan oleh para ahli yaitu :
Laporan Keuangan juga melaporkan prestasi
historis dari suatu perusahaan dan memberikan dasar, bersama dengan analisis
bisnis dan ekonomi, untuk membuat proyeksi dan peramalan untuk masa depan (J.
Fred Weston & Thomas E. Copeland, 1994: 24). Laporan keuangan adalah
laporan yang memuat hasil-hasil perhitungan dari proses akuntansi yang
menunjukkan kinerja keuangan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu.
Laporan keuangan adalah media yang dapat
dipakai unluk meneliti kondisi kesehatan perusahaan yang terdiri dari neraca,
perhitungan laba rugi, ikhtisar laba ditahan, dan laporan posisi keuangan,
(Sawir ,2001.: 2).
Laporan keuangan merupakan hasil dari
proses akuntansi, yang meliputi neraca, perhitungan rugi laba dan laba vang
ditahan. laporan perubahan posisi keuangan serta catatan atas laporan keuangan,
(Harnanto, 1987:9).
Laporan keuangan menurut Munawir adalah
laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi vang dapat
digunakan sebagai alat unluk berkomunikaxi antara data keuangan atau aktivitas
suatu perusahaan dengan pihak-pihak vang berkepentingan dengan utau aktivitas
pcrusahaann tersebut, (2000: 2) .
Laporan keuangan diharapkan
disajikan secara layak, jelas, dan lengkap, yang mengungkapkan
kenyataan-kenyataan ekonomi mengenai eksistensi dan operasi perusahaan
tersebut. Dalam menyusun laporan keuangan, akuntansi dihadapkan dengan
kemungkinan bahaya penyimpangan (bias), salah penafsiran dan ketidaktepatan.
Untuk meminimkan bahaya ini, profesi akuntansi telah berupaya untuk
mengembangkan suatu barang tubuh teori ini. Setiap akuntansi atau perusahaan harus
menyesuaikan diri terhadap praktik akuntansi dan pelaporan dari setiap
perusahaan tertentu.
Ada banyak laporan keuangan yang
dikeluarkan perusahaan, tetapi yang umum digunakan adalah :
Laporan Laba Rugi
Munawir mendefinisikan laporan
rugi laba adalah:"Laporan rugi laba merupakan sualu laporan yang
sistemalis tentang penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh organisasi
suatu perusahaan selama periode tertentu. (2000:26) ".
Menurut Harnanto, Laporan rugi/
laba adalah:"Suatu laporan yang disusun dengan tujuan untuk memberikan
informasi tentang hasil usaha dan perusahaan, selama jangka waktu yang tercakup
dalam laporan tersebut, (1984:1) ".
Adapun bentuk Laporan Laba - Rugi
ini yakni :
Single Step (Langkah Tunggal)
Multiple Step (Langkah Ganda)
Adapun penyajian Laporan Laba -
Rugi ini harus memenuhi :
Beban atau Biaya disajikan berdasarkan
klasifikasi sifat / fungsinya didalam perusahaan.
Beban atau biaya itu dapat digolongkan
dalam :
Beban atau biaya yang berhubungan
langsung dengan usaha ex : Biaya Penjualan, Biaya Adm. Umum
Beban atau biaya yang tdk berhubungan
lansung dengan usaha ex : Biaya Bank, Selisih Kurs.
Laporan Laba - Rugi disajikan secara
komparatif
Neraca
Munawir menyatakan bahwa:"Neraca
adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu
laporan yang disusun pada suatu saat tertentu, (2000:13) ".
Menurut Harnanto, neraca
adalah:"Suatu laporan yang disusun dengan maksud untuk menunjukkan keadaan
(posisi) finansial perusahaan pada saat (tanggal tertentu, (1984: I) ".
Bentuk meraca yang ada pada
perusahaan-perusahaan tidak ada yang seragam, bentuk dan susunannya tergantung
pada tujuan yang akan dicapai. Bentuk neraca yang lazim digunakan adaiah
sebagai berikut:
Bentuk skontro, dimana semua aktiva
tercantum sebelah kiri/debet dan hutang serta modal tercantum sebelah
kanan/kredit.
Bentuk vertikal, dalam bentuk ini semua
aktiva nampak dibagian atas yang selanjutnya diikuti hutang jangka pendek,
hutang jangka panjang serta modal.
Laporan Perubahan Laba Ditahan
Laporan Perubahan Laba Ditahan
menunjukkan laba yang diperoleh perusahaan dan dividen yang dibayarkan selama
satu periode sehingga menyebabkan perubahan laba ditahan.
Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas merupakan
ringkasan arus kas selama satu periode. Laporan ini menunjukkan perubahan arus
kas yang terjadi karena kegiatan operasi, investasi dan financial sehingga
posisi/saldo kas berubah.
Tujuan yang paling utama dari
Laporan Arus Kas ini adalah untuk memberikan informasi penting atau yang
relevan mengenai penerimaan-penerimaan dan pengeluaran-pengeluaran kas selama
periode berjalan. Adapun bentuk penyajian Laporan Arus Kas ini dibagi menjadi
empat, yakni :
Diklasifikasikan berdasarkan Aktivitas
Operasi seperti Penjualan Tunai, Pelunasan Hutang, Pembayaran Biaya-biayanya.
Diklasifikasikan berdasarkan Aktivitas
Investasi seperti menginvestasikan dana yang tidak terpakai
Diklasifikasikan berdasarkan Aktivitas
Pendanaan seperti dana pinjaman dari luar perusahaan (Hutang Jangka panjang)
Disesuaikan dengan bisnis perusahaan
2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Standar Akuntansi
Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia tujuan laporan
keuangan adalah Meyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinereja,
serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pemakai dalam pengambilan keputusan.
Laporan keuangan yang disusun
untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagaian besar pemakai. namun
demikian,laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin
dibutuhkan pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi karena secara umum
menggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan
untuk menyediakan informasi nonkeuangan.Laporan keuangan juga menunjukan apa
yang telah dilakukan manajemen (stewardship),atau pertanggungjawaban manajemen
atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Pemakai yang ingin melihat apa
yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar
mereka dapat membuat keputusan (ekonomi). Keputusan ini menycakup, misalnya,
keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau
keuputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.
2.1.3 Sifat Laporan Keuangan
Menurut Munawir mengenai sifat
laporan keuangan adalah sebagai berikut:"Laporan keuangan dipersiapkan
atau dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan
(progress report) secara periodik yang dilakukan pihak manajemen yang
bersangkutan". Jadi laporan keuangan adalah bersifat historis serta
menyeluruh dan sebagai suatu progress report laporan keuangan terdiri dari
data-data yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara lain:
Fakta yang telah dicatat (recordedfact).
Fakta-fakta yang telah dicatat
berarti bahwa laporan keuangan ini dibuat atas dasar fakta dari catatan
akuntansi, seperti jumlah uang kas yang tersedia dalam perusahaan maupun yang
disimpan di Bank, jumlah piutang, persediaan barang dagangan, hutang maupun
aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Pencatatan dan pos-pos ini berdasarkan
catatan historis dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi masa lampau, dan
jumlah-jumlah uang yang tercatat dalam pos-pos itu dinyatakan dalam harga-harga
pada waktu terjadinya peristiwa tersebut.
Prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di
dalam akuntansi (accounting convention and postulate).
Prinsip-prinsip dan kebiasaan di
dalam akuntansi, berarti data yang dicatat itu didasarkan pada prosedur maupun
anggapan-anggapan tertentu yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim,
hal ini dilakukan dengan tujuan memudahkan pencatatan atau untuk keseragaman.
Disamping itu di dalam akuntansi juga digunakan prinsip atau anggapan-anggapan
yang melengkapi konvensi-konvensi atau kebiasaan yang digunakan antara lain:
a. Bahwa perusahaan akan tetap
berjalan sebagai suatu yang going concern atau
kontinuitas usaha, konsep ini
menganggap bahwa perusahaan akan berjalan
terus. Konsekuensinya bahwa
jumlah-jumlah yang tercantum dalam laporan
merupakan nilai-nilai untuk
perusahaan yang masih yang berjalan yang
didasarkan pada nilai atau harga
pada saat terjadinya peristiwa itu. Terjadi
jumlah-jumlah uang yang tercantum
dalam laporan bukanlah nilai realisasi
jika aktiva itu dijual atau
dikuasai,
b. Daya beli dari uang dianggap
tetap, stabil atau konstan, walaupun hal ini
bertentangan dengan kenyataan
namun akuntansi mencatat semua transaksi
atau peristiwa dalam jumlah
uangnya dan tidak mengadakan perbedaan antara
nilai-nilai dari berbagai tahun.
Pendapat pribadi (personal judgment).
Pendapat pribadi (personal
judgment), dimaksudkan bahwa walaupun pencatatan transaksi telah diatur oleh
konvensi-konvensi atau dalil-dalil dasar konvensi yang sudah ditetapkan yang
sudah menjadi standar praktek pembukuan, namun penggunaan dari
konvensi-konvensi dan dalil-dalil dasar tersebut tergantung dari pada akuntan
atau manajemen perusahaan yang bersangkutan. Pendapat ini tergantung kepada
kemampuan atau integritas pembuatnya yang dikombinasikan dengan fakta yang
tercatat dan kebiasaan serta dalil-dalil dasar akuntansi yang telah disetujui
akan digunakan didalam beberapa hal, diantaranya menggunakan metode untuk
menaksir piutang tidak dapat ditagih dan penentuan beban penyusutan serta
penentuan umur dan suatu aktiva tetap akan sangat tergantung, pada pendapat
pribadi menajemennya dan berdasar pengalaman masa lalu.
Keterbatasan Laporan Keuangan
Dengan melihat beberapa sifat
laporan keuangan tersebut di atas maka dapat dilihat bahwa laporan keuangan itu
mempunyai beberapa keterbatasan antara lain:
Laporan keuangan dibuat antara
waktu tertentu (interm report) dan bukan merupakan laporan final.
Adanya beberapa standar nilai yang
bergabung.
Beberapa aktiva, biasanya aktiva
tetap dilaporkan berdasarkan harga perolehan dikurangi dengan akumulasi
penghapusannya, karenanya nilai aktiva itu dalam laporan keuangan akan
tercantum sebesar nilai bukunya.
3. Adanya pengaruh daya beli uang
berubah.
Daya beli uang dari hari kehari
selalu berubah sesuai dengan kehidupan perekonomian sehari-hari.
4. Adanya faktor-faktor yang
tidak dinyatakan dengan uang.
Laporan keuangan adalah akumulasi
dari kejadian-kejadian atau transaksi transaksi perusahaan yang dapat
dinyatakan dengan satuan uang.
5. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan
atas kejadian yang telah lewat, oleh karena itu laporan keuangan tidak dapat
dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan
keputusan ekonomi.
6. Laporan keuangan bersifat umum
dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak tertentu.
7. Proses penyusunan ilaporan
keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran-taksiran dan berbagai
pertimbangan.
8. Akuntansi hanya melaporkan
informasi yang material.
9. Laporan keuangan bersifat
konservatif dalam menghadapi ketidakpastian.
Bila terdapat beberapa
kemungkinan konklusi yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, maka
lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva
yang paling kecil.
10. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomi suatu
peristiwa/transaksi dari pada bentuk hukumnya (formalitas).
11. Laporan keuangan di susun dengan istlah-istilah teknis.
12. Adanya berbagai alternatif
metode akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan variasi dalam pengukuran
sumber-sumber ekonomi dan tingkat kesuksesan antar perusahaan.
13. Informasi yang bersifat
kualitatif dan fakta yang tidak dikuantifikasikan umumnya diabaikan.
14. Nilai yang tercantum dineraca hanyalah nilai pada suatu saat
tertentu saja.
15. Analisis harus menyadari
kemungkinan adanya suatu window dressing.
16 Nilai beli rupiah makin lemah.
2.1.5 Analisis Laporan Keuangan
Salah satu tugas penting
manajemen atau investor setelah akhir tahun adalah menganalisa laporan keuangan
perusahaan, sedangkan pengertian analisa laporan keuangan oleh beberapa ahli
adalah:
Harahap mengemukakan anatisa
laporan keuangan sebagai berikut:"Analisa laporan keuangan yaitu
menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil
dan melihat hubungan yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara
satu dengan yang lain baik antara data kuiantitatif maupun non kuantitatif
dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangatl
penting dalam proses menghasilkan keputusan yung tepat, (1998:3) ".
Sedangkan menurut Djahidin
analisa laporan keuangan adalah:"Analisa laporan keuangan mencakup
penerapan metode dari teknik analitis atas laporan keuangan dan data lainnya
untuk melihat dari laporan itu ukuran-ukuran dan hubungan tertentu yang sangat
berguna dalam proses pengambilan keputusan (1983) ".
Munawir mengemukakan pengertian
analisa laporan keuangan adalah sebagai berikut:"Mempelajari
hubungan-hubungan di dalam suatu setiap laporan keuangan pada suatu saat
tertentu dan kecenderungan-kecenderungan dari hubungan ini sepanjang waktu
(1998) ".
Dalam melakukan analisa laporan
keuangan suatu perusahaan digunakan beberapa metode dan teknik analisa. Metode
dan teknik tersebut merupakan alat untuk mengukur hubungan antara pos-pos yang
ada dalam laporan keuangan sehingga diketahui perubahan dari masing-masing pos
tersebut.
Ada dua metode analisa yang
digunakan oleh setiap penganalisa laporan keuangan yaitu:
Analisa Horisontal (dinamis)
Adalah analisa dengan mengadakan
perbandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat,
sehingga akan diketahui perkembangannya.
Analisa Vertikal (stalls)
Perbandingan antara pos-pos yang
diliputi periode saja sehingga akan diketahui keadaan keuangan pada saat itu
saja.
Teknik analisa yang biasa
digunakan dalam analisa laporan keuangan adalah sebagai berikut:
Analisa perbandingan laporan keuangan
Trend
Laporan dengan persentase per komponen
(common size statement)
Analisa sumber dan penggunaan modal kerja
Analisa sumber dan penggunaan kas
Analisa rasio
Analisa perubahan laba kotor
Analisa Break-even
2.1.6 Analisa Rasio Keuangan
Rasio finansial atau Rasio
Keuangan merupakan alat analisis keuangan perusahaan untuk menilai kinerja
suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang terdapat pada pos
laporan keuangan (neraca, laporan laba/rugi, laporan aliran kas). Rasio
menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship)
antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain.
Analisis rasio dapat digunakan
untuk membimbing investor dan kreditor untuk membuat keputusan atau
pertimbangan tentang pencapaian perusahaan dan prospek di masa datang. Salah
satu cara pemrosesan dan penginterpretasian informasi akuntansi, yang
dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut untuk menjelaskan hubungan
tertentu antara angka yang satu dengan angka yang lain dari suatu laporan
keuangan.
Analisis rasio keuangan
menggunakan data laporan keuangan yang telah ada sebagai dasar penilaiannya.
Meskipun didasarkan pada data dan kondisi masa lalu, analisis rasio keuangan
dimaksudkan untuk menilai resiko dan peluang di masa yang akan datang.
Pengukuran dan hubungan satu pos dengan pos lain dalam laporan keuangan yang
tampak dalam rasio-rasio keuangan dapat memberikan kesimpulan yang berarti
dalam penentuan tingkat kesehatan keuangan suatu perusahaan. Tetapi bila hanya
memperhatikan satu alat rasio saja tidaklah cukup, sehingga harus dilakukan
pula analisis persaingan-persaingan yang sedang dihadapi oleh manajemen
perusahaan dalam industri yang lebih luas, dan dikombinasikan dengan analisis
kualitatif atas bisnis dan industri manufaktur, analisis kualitatif, serta
penelitian-penelitian industri.
Laporan keuangan merupakan media
informasi yang digunakan oleh perusahaan yang bersangkutan untuk melaporkan
keadaan dan posisi keungannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan , terutama
bagi pihak kreditur, investor dan pihak-pihak manajemen dari perusahaan itu
sendiri.
Dengan menggunakan analisis rasio
akan membantu stakeholder dalam hal :
Memberikan dasar dalam meramalkan prospek
perusahaan dimasa yang akan datang.
Memberikan petunjuk atau gejala-gejala yang
timbul dari informasi yang disajikan.
Memudahkan dalam menginteprestasikan
laporan keuangan
Rasio keuangan merupakan suatu
bentuk rumusan matematis yang menunjukan hubungan diantara angka-angka
tertenntu. Dalam analisis keuangan angka-angka berasala dari data-data
keuangan, analisis rasio mampu menjelaskan hubungan antara variable-variabel
yang bersangkutan sehingga dapat digunakan untuk menilai kondisi keuangan
Analisis rasio pada dasarnya
terdiri dari dua macam perbandingan, yaitu :
Perbandingan Eksternal (Cross Sectional
Approach) yaitu dengan cara membandingkan rasio-rasio keuangan dari satu
perusahaan tertentu dengan rasio keuangan yang sama dari perusahaan lain yang
sejenis/industri (rasio industri) dalam waktu yang sama.
Perbandingan Internal (Time
Series Analysis) yaitu dengan cara membandingkan rasio-rasio waktu-waktu
tertentu dengan rasio dari waktu-waktu sebelumnya dari perusahaan yang sama,
cara ini akan membrikan informasi rasio dari waktu kewaktu sehingga dapat diketahui
perkembangannya dan untuk proyeksi dimasa yang akan dating.
Rasio-rasio keuangan
dikelompokkan ke dalam lima kelompok dasar, yaitu:
Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya
Rasio Leverage (hutang)
Rasio hutang digunakan untuk
mengukur seberapa besar operasi perusahaan dibiayai dari hutang
Rasio Aktivitas
Yaitu rasio yang digunakan untuk
mengukur efektivitas operasi perusahaan dalam memanfaatkan sumber-sumber dana
yang ada.
Rasio Profitabilitas
Yaitu rasio untuk mengukur
efektivitas operasi perusahaan dalam menghasilkan laba.
Rasio Penilaian
Yaitu nisbah untuk mengukur
kemampuan manajemen untuk menciptakan nilai perusahaan.
Rasio keuangan menurut Skousen,
dkk (2001 : 69) bertujuan untuk menekan bahwa pembuatan dari laporan keuangan
oleh akuntan bukanlah akhir dari proses, tetapi awal. Laporan kemudian
dianalisis oleh penanam modal, kreditur, dan manajemen untuk mendeteksi tanda adanya
kinerja yang kurang dan memperkirakan bagaimana perusahaan akan dilakujkan
dimasan akan datang.
Kebenaran untuk mengartikan rasio
tergantung pada perbandingan nilai rasio perusahaan dengan nilai untuk
perusahaan yang sama dalam tahun sebelumnya, sama seperti untuk menilai
perusahaan lain dalam industri yang sama. “Suatu rasio mengungkapkan hubungan
matematik antara suatu jumlah dengan jumlah lainnya atau perbandingan antara
satu pos dengan pos lainnya” (Dwi Prastowo, 1995 : 54).
Sedangkan untuk jenis-jenis rasio
keuangan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :
Rasio Likuiditas
Rasio Rentabilitas
2.1.7 Alat-alat Pengukur Kinerja
Untuk dapat memperoleh gambaran
tentang perkembangan financial suatu perusahaan, perlu diadakan interpretasi
atau analisis terhadap data financial dari perusahaan yang bersangkutan, yang
tercermin dalam laporan keuangannya.
Rasio Likuiditas
Likuiditas adalah tingkat
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya yang harus segera dipenuhi dan
likuiditas menunjukan tingkat kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utang
jangka pendek yang dimiliki (Brealey, Myer dan Marcus, 1995). Dua faktor yang
digunakan dalam rasio untuk mengukur likuditas perusahaan aktiva lancar dan
utang lancar, yang disebut likuid adalah perusahaan yang mampu memenuhi
kewajiban jangka pendeknya dan jika tidak mampu disebut likuid.
Suatu keadaan likuid pada
perusahaan berarti mengalami kerugian bagi kreditur dan bagi pihak managemen ,
Rasio likuiditas menunjukan efisinsi modal kerja yang ada. Jadi rasio
likuiditas mengukur kemampuan tersebut. Rasio likuiditas merupakan indikator
yang baik apakah perusahaan memiliki masalah dalam arus kas atau tidak. Ukuran
yang sering digunakan adalah Current ratio (CR) dan Quick (Acid-Test) Ratio
(QR).
Current Rasio.
Rasio ini menunjukkan sejauh mana
aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancer jadi current rasio merupakan
alat ukur bagi kemampuan likuiditas (solvabilitas jangka pendek) yaitu
kemampuan untuk membayar hutang yang segera harusdipenuhi dengan aktiva
lancar.Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar semakin
tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Apabila rasio
1 : 1 atau 100% ini berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua hutang
lancar.
Aktiva Lancar
Current Rasio =
Hutang Lancar
Makin tinggi Current ratio makin
baik bagi perusahaan.Current ratio = 2,0 dapat dikategorikan bahwa perusahaan
mempunyai kondisi likuiditas baik, walaupun hal ini tergantung pada industrinya.
Misalnya rasio 1,0 baik bagi perusahaan public utility tetapi tidak baik bagi
industri manufaktur.
Acid Test Rasio.
Acid-Test Ratio adalah Kemampuan
untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih
likuid (quick assets). Acid-Test Ratio merupakan ukuran yang sama dengan
current ratio, tanpa memperhitungkan persediaan (persediaan adalah harta lancar
yang paling tidak likuid karena tidak mudah dijual, dan kalaupun dijual
biasanya dengan kredit/tidak tunai). Menunjukan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi hutang-hutangnya tanpa memperhitungkan persediaan
Rasio ini menunjukkan kemampuan
aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Semakin besar
ratio ini semakin baik.Dengan ratio ini persediaan dianggap membutuhkan waktu
yang relatif lama untuk direalisasikan menjadi uang.
Acid Test Rasio =
( Aktiva Lancar – Persedian )
Hutang Lancar
Ratio ini dimulai lebih tajam
daripada current ratio karena lainnya memperhitungkan aktiva lancar yang sangat
likwid.Apabila current ratio tetapi quick rationya rendah, hal ini menunjukan
adanya investasi yang besar dalam persediaan.
Perputaran Piutang.
Receivables ini adalah rasio yang
membandingkan antara penjualan kredit bersih dan piutang dagang rata-rata atau
piutang akhir periode. Rasio ini digunakan untuk menunjukkan kemampuan yang
tertanam dalam piutang berputar dalam periode tertentu.
J
Total Penjualan Kredit
adi Turn Over Receivable
menunjukan posisi piutang serta taksiran umur / waktu pengumpulanya.
Perputaran Piutang =
Piutang Rata-rata
Semakin tinggi ratio turn over
menunjukan modal kerja yang tertanam dalam piutang rendah, sehingga keuntungan
bagi perusahaan.Sedangkan untuk mengetahui berapa hari piutang tersebut
rata-rata tidak dapat ditagih (days of receivable ) adalah:
Days of Receivable = Piutang
Rata-rata x 360 atau 360
Penjualan Kredit Perputaran
Piutang
Semakin tinggi ratio days of
receivable menunjukan kelemahan bagian penagihan piutang.
Keterangan:1. Turn over
menunjukan bahwa penagihan piutang rata-rata sebanyak 3 kali dalam satu
tahun.2. Days of receivable menunjukan bahwa rata-rata yang diperlukan untuk
mengumpulkan piutang adalah selama 120 hari.3. Turn over 3 atau 300% berarti
bahwa penjualan tahun tersebut sebesar 300% dari rata-rata piutang.4. Ratio
300% juga menunjukan bahwa Rp. 3 penjualan kredit maka sebesar Rp. 1 belum
dapat ditagih sampai akhir tahun.
Perputaran Persediaan.
Yaitu menunjukan berapa kali
terjadinya penggantian persediaan dalam satu tahun serta tersimpannya
persediaan tersebut di dalam gudang.Pada perusahaan manufaktur terdapat tiga
macam persediaan:
a. RAW MATERIAL TURNOVER = Cost
of raw material used
( Barang mentah ) Average raw
material inventory
b. GOODS IN PROCESS TURNOVER =
Cost of good manufactured
(Barang dalam proses) Average
work in process inventory
c. FINISHED GOODS TURNOVER = Cost
Of Goods Sold
(Barang jadi ) Average finished
goods inventory
Perputaran Modal Kerja.
Untuk menganalisa posisi modal
kerja dapat juga digunaka beberapa rasio lainnya, misalnya rasio antara aktiva
lancar dengan total aktiva,rasio antara tiap pos-pos dalam aktiva lancar dengan
total aktiva lancar, rasio antara total hutang lancar dengan total hutang
lancar dan lain-lain. Maka perputararn modal kerja dapat diformulasikan sebagai
berikut :
Rasio Rentabilitas
Dari laporan keuangan yang telah
disusun oleh perusahaan maka pihak manajemen perusahaan akan dapat melakukan
rencana-rencana untuk menentukan tujuan perusahaan. Salah astu rencana
perusahaan adalah melakukan analisa rentabilitas yang berkitan dengan
peningkatan efisiensi kerja perusahaan.
Pada umumnya rentabilitas dapat
diartikan sebagai suatu perbandingan antara laba diperoleh dalam operasi
perusahaan dengan modal, dalam hal ini penulis akan mengemukakan beberapa
pendapat antara lain : Menurut pendapat S. Munawir (2004 : 33), pengertian tentang
rentabilitas sebagai berikut : ” Rentabilitas atau probabilitas adalah
menunjkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode
tertentu.”
Sedangkan menurut Bambang Riyanto
(Bambang Riyanto, 1995 : 27) memberikan pengertian rentabilitas adalah sebagai
berikut : ”Rentabilitas suatu perusahaan menunjukan perbandingan antara laba
dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain
rentabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selam periode
tertentu.”
Dari pendapat di atas maka dapat
disimpulkan bahwa rentabilitas suatu perusahaan merupakan pencerminan kemampuan
modal perusahaan yang bersangkutan untuk mendapatkan keuntungan. Oleh karena
rentabilitas merupakan pencermian efisiensi suatu perusahaan di dalam
menggunakan modal kerjanya, maka cara mengguankan tingkat rentabilitas untuk
ukuran efisiensi suatu perusahaan merupakan cara yang baik.
Dengan demikian jelaslah bahwa
rentabilitas merupakan suatu hal yang sangat penting bagi suatu perusahaan,
sebagai suatu usaha efisiensi di mana setiap perusahaan dalam operasinya selalu
berusaha meningkatkan labanya agar asset rentabilitas sesuai dengan standar.
Menurut Abbas Kartadinata (1983 :
66), pada dasarnya profitablitas dapat di bagi dalam 2 jenis, yaitu :
Perbandingan laba terhadap penjualan.
perbandingan laba terhdap aktiva.
Perbandingan antara laba dengan
penjualan dikenal dengan profit on sales, sedangkan perbandingan antara laba
dengan aktiva dikenal dengan return on assets, sering juga disebut dengan
rentabilitas.
Rentabilitas Ekonomis (Earning Power)
Protabilitas Ekonomi adalah
perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dengan modal asing yang
digunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam persentase
(Riyanto, 2001: 26) dengan demikian profitabilitas ekonomi menujukan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba dengan seluruh modal yang bekerja didalamnya.
Modal yang dipergunakan dalam menghitung profitabilitas ekonomi hanyalah modal
yang bekerja dalam perusahaan demikian pula laba yang diperhitungkan untuk
menghitung profitabilitas ekonomi hanya laba yang berasal dari operasi
perusahaan operating profit. Oleh karena itu, laba yang diperoleh diluar
perusahaan atau dari efek tidak diperhitungkan dalam menghitung profitabilitas
ekonomi, bagi perusahaan disamping laba profitabilitas merupakan masalah yang
penting karena laba yang besar belum merupakan ukuran bahwa perusahaan tersebut
telah dapat bekerja secara efesien. Efesiensi baru dapat diketahui dengan
membandingkan dengan modal yang digunakan.
Jadi yang dimaksud dengan
rentalitas ekonomis adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri
dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut yang
dinyatakan dalam prosentase. Loek karena pengertian rentabilitas sering
digunakan untuk mengukur efisiensi suatu perusahaan maka rentabilitas ekonimis
dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modalnya yang ada
untuk menghasilkan laba.
”Rentabilitas ekonomi merupakan
kemampuan untuk menghasilkan laba dari keseluruhan modal, baik modal asing
maupun sendiri yang diguakan menghasulkan laba tersebut”, ( Basu Swasta dan
Ibnu Sukotjo, 1998 : 255).
Laba yang besar bukanlah suatu
ukuran bahwa perusahaan telah dapat bekerja dengan efisien. Efisien baru dapat
digunakan atau dengan menbandingakan laba yang diperoleh dengan modal yang
digunakan atau dengan menghitung rentabilitasnya.
Menurut Bambang Riyanto (1995 :
30), bahwa tinggi rendahnya rentabilitas ekonomis ditentukan oleh 2 (dua)
faktor yaitu :
Profit margin yaitu perbandingan antara net
operating income dengan net sales, perbandingan mana dinyatakan dengan
persentase.
Turnover of operating assets (tingkatan
perputaran aktiva usaha) yaitu kecepatan perputaran operating assets dalam
suatu periode tertntu. Turnover tersebut dapat ditentukan dengan membagi antara
net sales dengan operating assets.
Untuk dapat meningkatkan
rentabilitas ekonomisatau earning power dari suatu perusahaan, terdapat
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi earning power adalah sebagai berikut :
Profit margin
Yang dimaksud dengan profit
margin adalah perbandingan antara net operating income dengan sales atau
penjualan bersih dan dinyataka dalam persentase, yang dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Turnover operating asset ( Tingkat
perputaran modal usaha )
Yaitu denagn cara membandingkan
antara net sales atau penjualan bresih dengan operating asset atau modal usaha,
dan dapat dirumuskan sebagai berikut :
Dengan dasar kedua faktor di
atas, maka secara matematis dapat diketahui besarnya rentabilitas ekonomi yaitu
hasil kali profit margin dan turnover of operating assets.
Apabila ingin memoerbesar rentabilitas
ekonomi dengan memperbesar profit margin, ini berarti hubungan dengan usaha
untuk mempertinggi efisiensi di bidang produksi, penjualan dan pembenahan
administrasi. Sedangkan untuk memperbesar rentabilitas ekonomi dengan
memperbesar turnover of operating assets, dan berhubungan dengan kebijaksanaan
investasi dana dalam berbagai aktiva, baik aktiva lancar maupun aktiva tetap.
2. Rentabiltas modal sendiri
Yang dimaksud dengan rentabilitas
modal sendiri adalah perbandingan antara jumlah laba dengan modal sendiri di
pihak lain, atau denan kata lain bahwa rentabilitas modal sendiri adalah
kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk
menghasilkan keuntungan. Namin dalam perhitunagn laba disini ada perbedaan
dengan rentabilitas ekonomi laba yang diperhitungkan adalah laba yang berasal
dari operasi perusahaan, sedangkan laba yang diperhitungkan dalam rentabilitas
modal sendiri adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing atau
pinjaman dan pajak perseroan. Dengan demikian maka jelaslah perbedaan antara
rentabilitas ekonomis dengan rentabilitas mosal sendiri baik dari segi modal
yang diperhitungkan ataupun dari laba yang dipergunakn untuk menentukan tingkat
rentabilitas bagi suatu perusahaan.
Menurut Bambang Riyanto (1995 :
28), rentabilitas juga di bedakan menjadi 2 macam, yaitu :
Rentabilitas ekonomis ialah perbandingan
antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang digunakn untuk
menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam proses.
Rentabilitas ekonomis dapat pula
di artikan sebagai perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan
modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan
dalam persentase. Rentabilitas ekonomis sering pula dimaksudkan sebagai
kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya untuk
menghasilkan laba.
Laba yang diperhitungkan untuk
menghitung rentabilitas ekonomis hanyalah laba yang berasal dari operasi
perusahaan atau disebut dengan laba usaha. Sedangkan laba yang berasal dari
luar usaha tidaklah diperhitungkan. Begitu pula dengan modal, modal yang
digunakan hanyalah modal yang bekerja dalam perusahaan sedangkan modal yang
berasal dari luar perusahaan tidak diperhitungkan.
dapun rumusnya dapat dilihat
sebagai berikut:
Rentabilitas modal sendiri atau
rentabilitas usaha ialah perbandingan antara jumlah laba tersedia bagi pemilik
modal sensiri di satu pihak, jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba di
pihak lain atau dengan kata lain rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan
suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk
menghasilkan keuntungan. Dapat dirtikan juga sebagai perbandingan antara jumlah
laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal
sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain pihak. Atau dengan kata lain
merupakan kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja untuk
menghasilkan keuntungan. Sehingga rumusnya adalah sebagai berikut:
Maka rentabilitas modal sendiri
dapat diformulasikan sebagai berikut :
2.1.8 Kinerja
Kinerja keuangan suatu perusahaan
dapat dilihat dan diukur dengan cara menganalisis laporan keuangan yang
tersedia. Melalui analisis laporan keuangan, keadaan dan perkembangan financial
perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan dapat diketahui,
baik di waktu lampau maupun di waktu yang sedang berjalan sehubungan dengan
pemilihan strategi perusahaan yang akan diterapkan.
A. Pengertian Kinerja dan Pengukuran
Kinerja
Kinerja adalah gambaran mengenai
tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan,
misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu
organisasi.
Pengukuran kinerja adalah suatu
proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah
ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas: efisiensi penggunaan sumber
daya dalam menghasilkan barang dan jasa; kualitas barang dan jasa; hasil
kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan; dan efektivitas tindakan
dalam mencapai tujuan.
Berdasarkan keputusan menteri
keuangan Republik Indonesia No. 740/KMK.00/1989 tanggal 28 januari 1989 tentang
peningkatan efisiensi dan produktivitas badan usaha milik negara, disebutkan
bahwa kinerja adalah prestasi yang dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode
tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan.
Kinerja (performance) suatu bank
berarti bagaimana kemampuan bank dalam mengeelola dana masyarakat yang
dipercayakan kepadanya, tolak ukur yang dapat digunakan antara lain laba yang
dihasilkan, pinjaman yang diberikan dan lain-lain. Dalam penelitian ini, yang
menjadi tolak ukur dari kinerja bank adalah EVA (Economic Value Added) atau
nilai tambahan ekonomis yang diperoleh bank.
Tujuan Pengukuran Kinerja
Tujuan pengukuran dan penilaian
kerja adalah memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam
mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan
tindakan dan hasil yang diinginkan. Selain itu, penilaian kinerja dilakukan
untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang dan
menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan melalui umpan balik hasil
kinerja pada waktunya serta penghargaan, baik yang bersifat intrinsik maupun
ekstrinsik (Mulyadi, 2001).
Pengukuran kinerja digunakan
sebagai dasar untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan
visi dan misi.
Tujuan daripada pengukuran
kinerja perusahaan adalah untuk mengetahui:
Tingkat likuiditas, yaitu kemampuan suatu
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus dipenuhi, atau
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih.
Tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek maupu jangka
panjang.
Tingkat rentabilitas/profitabilitas, yaitu
kemampuan untuk menghasilkan laba pada periode tertentu.
Stabilitas usahanya dengan stabil yang
diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar tingkat
bunga atas hutang-hutangnya tepat pada waktunya serta kemampuan perusahaan
untuk membayar dividen secara teratur kepada pemegang saham tanpa mengalami
hambatan atau krisis keuangan (Munawir, 2000).
Jadi penilaian kinerja
dilaksanakan untuk mengukur sejauh mana aktifitas bisnis telah dijalankan
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam proses perencanaan strategis
serta untuk mencegah pemborosan.
2.2 Penelitian Sebelumnya.
Nama peneliti : Devi Indah Sari
Judul penelititan : Analisis
Rasio Likuiditas dan RASIO rentabilitas untuk
Menilai Kinerja Perusahaan pada
PT. Berlian Maju Motor
Objek penelitian : PT. Berlian
Maju Motor
Hasil pernelitian : Berdasarkan
penelitian yang dilakukan, terlihat bahwa PT Berlian Maju Motor
memilikiefisiensi yang semakin menurun. Hal tersebut tampak dari meningkatnya
beban usaha, namun tidak diikuti oleh peningkatan penjualan. Keadaan yang
demikian berakibat pada menurunnya laba bersih perusahaan, selain itu
berdasrkan analisis rasio, kinerja PT Berlian Maju Motor cendrung menurun.
Nama Peneliti : Yaumil Nikmat, M.
Pd
Judul peneliti : Analisis
Rentabilitas untuk Mengukur Efisiensi Kinerja Perusahaan pada CV Pandan Harum
di Balikpapan.
Objek penelitian : CV Pandan
Harum di Balikpapan
Hasil penelitian : Berdasarkan
hasil analisa data yang telah diuraikan terdahulu dapatlah penulis memberikan
kesimpulan sebagai berikut :
CV Pandan Harum Balikpapan, mulai berdiri
tahun 1989 sampai sekarang sudah mengalami perkembangan yang cukup baik, dari
segi manajemen maupun dari produk yang di hasilkan.
Dalam perkembangan usahanya pada tahun
1998,1999 sampai tahun 2000 telah terjadi penurunan tingkat rentabilitas
dikarenakan biaya operasional yang cukup tinggi dibandingkan keuntungan yang
dicapai.
Dari hasil analisis pembuktian hipotesis
maka dapat diketahui bahwa setelah diadaka perbaikan terhadap sistem manajemen
keuangannya yakni melalui penekanan biaya operasional diharapkan tingkat profitabilitas
dapat tercapai
2.3 Kerangka Pikir
Adapun kerangka pikir dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan data-data yang diperoleh dari
PT.Fastfood Indonesia, Tbk(KFC),berupa laporan keuangan perusahaan yang berupa
laporan labarugi dan laporan neraca. Kemudian data-data tersebut dianalisis
dengan dengan menggunakn analisis rasio likuiditas dan analisis rasio
rentabilitas. Dalam hal ini, analisis rasio likiuditas mencakup current rasio,
acid test rasio, perputaran piutang, perputaran persediaan, dan mancakup rasio
rentabilitas ekonomis (earning power) dan rasio rentabilitas modal sendiri.
Setelah diketahui masing-masing likuiditas dan rentabilitasnya, maka akan
dilakukan intrepretasi hasil pengolahan data tersebut untuk mengetahui kinerja
pada PT. Fastfood Indonesia, Tbk(KFC).
Berikut adalah bagan yang
menggambarkan kerangka pikir :
Gambar 1
Kerangka Pikir
BAB III
METODE PENELITIAN
Objek Penelitian
Adapun penelitian yang peneliti
pilih adalah PT. Fastfood Indonesia Tbk . PT. Fastfood Indonesia Tbk.Adalah
sebuah badan usaha yang didirikan oleh Kelompok Gelael pada tahun 1978, dan
dengan bergabungnya Kelompok Salim pada tahun 1990, terdaftar sebagai perusahaan
public pada tahun 1994. operasi restoran pertama pada bulan Oktober 1979
berawal dari pembukuan restoran pertama di Jalan Melawai, Jakarta. Suskses
restoran QSR (Quick Service Restaurant) asing pertam aini kemudian diikuti
dengan penambahan ini kemudian diikuti dengan penambahan restoran ke kota-kota
besar lainya di Indonesia. Sebagai pemegang hak waralaba tunggal pada saat ini,
Perseroan terus membangun KFC brand, dan berbekal 26 tahun kesuksesannya di
bidang ini telah menjadikan KFC pemimpin pasar restoran cepat saji yang
dominant dan dikenal luas. Pada saat ini memiliki 270 restoran termasuk 1 unit
mobile catering yang terbesar di 60 kota di Indonesia, dan memperkerjakan
10.293 karyawan dengan total penjualan lebih dari Rp. 1,276 triliun pada akhir
2006.
Perseroan terdaftar sebagai
emiten di Bursa Efek Jakarta dengan kepemilikan saham mayoritas sebesar 79,54%
yang dimiliki oleh PT. Gelael Pratama (43,84%) dan PT Megah Eraraharja
(35,84%), dan sisa saham lainya sebesar 20,32% adalah milik Pershing Lic Main
Costody Accc (10,31%), dan lain-lain (10,01%). PT Gelael Pratama dimiliki oleh
Kelompok Gelael sebagai pendiri KFC di Indonesia, sementara PT Megah Eraraharja
(35,84%) adalah anak perusahaan Kelompok Salim yang bergabung dengan Perseroan
sebagai pemegang saham mayoritas pada tahun 1990.
Berikut adalah Struktur
kepemilikan dan Franchise Relationship PT. Fastfood Indonesia Tbk :
MANAJEMEN
Komisaris :
- Anthony Salim
- Elizabeth Gelael
- Benny S Santoso
- Rudy Tanudjaja Saputra
- Anton Aditya Subowo
- Ken Laksono
Direktur Utama :
-Dick Gelael
Wakil Direktur Utama :
-Fery Noviar Yosaputra
Direktur :
- Ricardo Gelael
- Adhi Indrawan
- Leonny Elimin
-
Justinus J Juwono
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
data kuantatif, yaitu data berupa
angka-angka yang menunjukan jumlah atau banyaknya sesuatu,yaitu laporan
keuangan perusahaan (neraca dan laporan laba rugi ).
data kuantitatif, yaitu data yang tidak
dinyatakan dalm bentuk angka, seperti sejarah singkat perusahaan dan bidang
usaha perusahaan.
Adapin sumber data dalam
penelititan ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan yang diperoleh
dari situs internet ( www.idx.co.id )
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pegumpulan data dilakukan
dengan cara dokumentasi, yakni pengumpulan data yang dilakukan dengan
memepelajari dokumen atau arsip-arsip dari perusahaan ataupun data-data yang
berkaitan dengan keperluan penelitian.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini
mencakup seluruh perusahaan yang terdaftar di BEJ. Penelitian ini menggunakan
sampel PT. Fastfood Indonesia, Tbk. ( KFC ), yaitu perusahaan yang telah
terdaftar di BEJ.
Definisi Operasional
Berdasarkan perumusan masalah dan
model analisis, maka variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalh sebagai
berikut :
current rasio, yaitu kemampuan untuk
membayar hutang yang segera harusdipenuhi dengan aktiva lancar.Semakin besar
perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar semakin tinggi kemampuan
perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.
Acid Test Rasio, yaitu Kemampuan untuk
membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih
likuid (quick assets). Acid-Test Ratio merupakan ukuran yang sama dengan
current ratio, tanpa memperhitungkan persediaan (persediaan adalah harta lancar
yang paling tidak likuid karena tidak mudah dijual, dan kalaupun dijual
biasanya dengan kredit/tidak tunai).
Perputaran Piutang, adalah rasio yang
membandingkan antara penjualan kredit bersih dan piutang dagang rata-rata atau
piutang akhir periode. Rasio ini digunakan untuk menunjukkan kemampuan yang
tertanam dalam piutang berputar dalam periode tertentu.
Perputaran Persediaan, Yaitu
menunjukan berapa kali terjadinya penggantian persediaan dalam satu tahun serta
tersimpannya persediaan tersebut di dalam gudang.
Perputaran Modal Kerja, yaitu untuk
menganalisa posisi modal kerja dapat juga digunaka beberapa rasio lainnya,
misalnya rasio antara aktiva lancar dengan total aktiva,rasio antara tiap
pos-pos dalam aktiva lancar dengan total aktiva lancar, rasio antara total
hutang lancar dengan total hutang lancar dan lain-lain.
Profit margin yaitu perbandingan antara net
operating income dengan net sales, perbandingan mana dinyatakan dengan
persentase.
Turnover of operating assets (tingkatan
perputaran aktiva usaha) yaitu kecepatan perputaran operating assets dalam
suatu periode tertntu. Turnover tersebut dapat ditentukan dengan membagi antara
net sales dengan operating assets.
Rentabilitas Ekonomis (Earning Power),
yaitu perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang
dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut yang dinyatakan dalam prosentase.
Rentabiltas modal sendiri, perbandingan
antara jumlah laba dengan modal sendiri di pihak lain, atau dengan kata lain
bahwa rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal
sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan.
Teknik Analisa Data
Teknik analisis data dengan
menggunakan rasio likuiditas terbaginatas, yaitu:
Current Rasio
Rasio ini menunjukkan sejauh mana
aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancer jadi current rasio merupakan
alat ukur bagi kemampuan likuiditas (solvabilitas jangka pendek) yaitu
kemampuan untuk membayar hutang yang segera harusdipenuhi dengan aktiva
lancar.Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar semakin
tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Apabila rasio
1 : 1 atau 100% ini berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua hutang
lancar.
Makin tinggi Current ratio makin
baik bagi perusahaan.Current ratio = 2,0 dapat dikategorikan bahwa perusahaan
mempunyai kondisi likuiditas baik, walaupun hal ini tergantung pada
industrinya. Misalnya rasio 1,0 baik bagi perusahaan public utility tetapi
tidak baik bagi industri manufaktur.
Acid Test Rasio
Acid-Test Ratio adalah Kemampuan
untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih
likuid (quick assets). Acid-Test Ratio merupakan ukuran yang sama dengan
current ratio, tanpa memperhitungkan persediaan (persediaan adalah harta lancar
yang paling tidak likuid karena tidak mudah dijual, dan kalaupun dijual
biasanya dengan kredit/tidak tunai).
R
asio ini menunjukkan kemampuan
aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Semakin besar
ratio ini semakin baik.Dengan ratio ini persediaan dianggap membutuhkan waktu
yang relatif lama untuk direalisasikan menjadi uang.
Ratio ini dimulai lebih tajam
daripada current ratio karena lainnya memperhitungkan aktiva lancar yang sangat
likwid.Apabila current ratio tetapi quick rationya rendah, hal ini menunjukan
adanya investasi yang besar dalam persediaan.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.ghabo.com/gpedia/index.php/FASTFOOD_INDONESIA_Tbk%2C_PT/
http://wordpress.com/
http://www.wikipedia.com
http://idx.co.id
Djahidin, 1983, Analisa Laporan
Keuangan.Ghalia Indonesia, Jakarta.
Harnanto, 1984, Analisis Kinerja
Keuangan Dan Perencanaan Keuangan Perusahaan.Edisi Pertama, BPFE Yogyakarta.
Munawir, 2000, Analisa Laporan
Keuangan, Edisi Keempat, Liberty Yogyakarta.
Sawir, A., 2001, Analisa Kinerja
Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, PT. Gramedia Pustaka Utama.
Sofyan, 1999, Analisa Kritis Atas
Laporan Keuangan, Edisi Pertama, PT. Raja Grafindo Persada.
Subrolo, B., 1985, Analisa
Laporan Keuangan, Edisi Pertama, Liberty Yogyakarta.
Tunggal, AW., 1995, Dasar-Dasar
Analisis Laporan Keuangan. Edisi Pertama, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Skousen, Fred K, W. Steve
Albrecht, James D. STICE, Earl K. stice, Monte R. Swan. 2001. Akuntansi
Keuangan. Konsep dan Aplikasi. Terjemahan. Salemba Empat. Jakarta.
Riyanto, Bambang. 1998.
Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE. Yogyakarta
Jumingan . 2006. Analisis Laporan
Keuangan. PT. Bumi Aksara. Jakarta .
Kartadinata, Abbas. 1983.
Pembelanjaan. Pengantar Manajemen Keuangan. Edisi yang Diperbaharui. Cetaka
Kedua. PT. Bina Aksara. Jakarta .