KARYA ILMIAHPERPUSTAKAAN SEKOLAH
DAN PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendidikan
memegang peranan yang sangat penting dalam menciptakan manusia-manusia yang
berkualitas. Pendidikan juga dipandang sebagai sarana untuk melahirkan
insan-insan yang cerdas, kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif dan
berbudi pekerti luhur.
Rendahnya
kualitas pendidikan dapat diartikan sebagai kurang berhasilnya proses
pembelajaran. Jika dianalisis secara makro penyebabnya bisa dari siswa, guru,
sarana dan prasarana pembelajaran yang digunakan. Juga minat dan motivasi siswa
yang rendah, kinerja guru yang kurang baik serta sarana dan prasarana yang
kurang memadai, akan menyebabkan kurang berhasilnya instruksional. Proses pembelajaran
yang kurang berhasil dapat menyebabkan siswa kurang berminat untuk belajar.
Minat siswa yang kurang ditunjukkan dari kurangnya aktivitas belajar, interaksi
dalam proses pembelajaran dan persiapan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar.
Sekolah
sebagai wahana pendidikan formal mempunyai tujuan untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa, oleh karena itu mempersiapkan sekolah dengan segala sarana maupun
prasarana pendidikan seperti perbaikan kurikulum, peningkatan kualitas guru dan
peningkatan pelayanan perpustakaan sekolah merupakan pekerjaan yang utama
selain pekerjaan-pekerjaan yang lainnya.
Kurikulum
yang telah perbaharui menyarankan agar kegiatan pengajaran tidak hanya datang satu
arah dari guru saja, melainkan multi arah, begitu juga sumber pembelajaran juga
dapat dari mana saja dan apa saja terlebih dalam era sekarang ini. Dalam
komunikasi multi arah guru harus aktif merencanakan, memilih, membimbing, dan
menganalisa berbagai kegiatan yang dilakukan siswa, sebaliknya siswa diharapkan
untuk aktif terlebih mental maupun emosional. Proses belajar yang harus
dilakukan siswa untuk mendapatkan keterampilan, menemukan, mengelola,
menggunakan, dan mengkomunikasikan hal-hal yang telah ditemukan merupakan hasil
belajar yang diharapkan. Guru sebagai pendidik harus menguasai bermacam-macam
metode mengajar, yaitu pembelajaran tidak hanya dilakukan dikelas dengan proses
pembelajaran yang cenderung siswa dibelajarkan, akan tetapi guru dapat
memvariasikan pembelajaran dengan menugaskan siswa untuk melakukan proses
inkuiri yang dapat dilakukan diperpustakaan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
masalah yang telah diuraikan diatas, masalah dalam penulisan karya
ilmiah ini dapat dirumuskan sebagai berikut; “Perpustakaan dan Pembelajaran
Bahasa Indonesia di SD Negeri No. 154 Talang Aro Kec. Muara Bulian”.
1.3.
Tujuan Penulisan
Melalui
penulisan karya ilmiah ini, maka tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai
berikut :
1.
Mengajak siswa dan guru untuk lebih
memanfaatkan perpustakaan sebagai media pembelajaran.
2.
Meningkatkan keterampilan siswa dalam
membaca.
3.
Meningkatkan mutu hasil belajar dan
pembelajaran siswa.
4.
Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
serta arti pentingnya perpustakaan sebagai jendela ilmu khususnya bagi siswa
dan guru, umumnya kepada semua pembaca.
1.4. Manfaat Penelitian
Penulisan
karya ilmiah ini diharapkan memberi manfaat yang luas, baik bagi penulis
sendiri maupun pembaca umumnya;
1. Bagi penulis ;
Sebagai
tugas akhir perkuliahan pada mata kuliah Seminar Kependidikan, penulisan karya
ilmiah ini banyak memberi manfaat, baik langsung maupun tidak langsung,
diantaranya penulis mendapatkan pengetahuan dan wawasan mengenai keberadaan
perpustakaan dan pentingnya sebagai jendela ilmu dan penunjang keberhasilan
pembelajaran di sekolah. Disamping itu penulis merasa dilatih untuk menulis dan
menjadikannya sebagai bahan referensi dan kajian untuk meningkatkan
pembelajaran disekolah.
2. Bagi pembaca
;
Tidak
jauh beda dari yang penulis sampaikan diatas, diharapkan melalui tulisan ini
dapat memberikan pemahaman mengenai perpustakaan dan perannya dalam peningkatan
kemampuan dan keterampilan belajar siswa khususnya dan masyarakat sekolah pada
umumya.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
2.1.
Perpustakaan Sekolah
2.1.1. Pengertian Perpustakaan
Kebanyakan dari kita mungkin beranggapan bahwa perpustakaan adalah tempat
menyimpan dan meminjam buku, baik untuk dibaca di tempat maupun dibawa pulang
dengan menggunakan kartu anggota perpustakaan. Dalam benak sebagian besar kita
terlintas bahwa perpustakaan terdiri dari banyak rak dengan tumpukan buku yang
tersusun rapi dalam rak tersebut. Anggapan tersebut memang ada benarnya, tetapi
perpustakaan di masa kini tidaklah selalu terdiri dari sekelompok buku, karena
perpustakaan dewasa ini bisa menyediakan layanan audio-visual, film,slide
mikrofilm dan sebagainya. Memang jika dilihat dari sudut linguistiknya,
perpustakaan berasal dari kata pustaka yang artinya buku. Dalam bahasa Latin,
kata perpustakaan ini berasal dari kata liber yang diadopsi ke dalam bahasa
Inggris menjadi library yang juga mengandung arti buku atau sesuatu yang
menyangkut buku. Definisi perpustakaan adalah sebuah ruangan atau bagian sebuah
gedung atau gedung itu sendiri yang dipergunakan untuk kegiatan penyimpanan dan
peminjaman buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata
susunan tertentu untuk pembaca dimana bahan-bahan publikasi itu tidak
diperjual-belikan. Didalam perpustakaan terdapat berbagai bahan cetak dan
publikasi (buku, majalah, laporan, karya tulis, audio visual, film, slide, VCD,
DVD, kaset dsb.) Dalam pelaksanaan perpustakaan ada ilmu yang mengkaji
perpustakaan yang disebut ilmu perpustakaan (library science), yaitu ilmu
pengetahuan yang mengorganisasikan berbagai hal tentang pustaka, baik tentang
tujuan, obyek, fungsi perpustakaan, metode, penyusunan, teknik dan teori yang
digunakan dalam pemberian jasa perpustakaan. Perpustakaan memiliki koleksi
bahan cetak yang digunakan untuk pembaca. Perpustakaan berbeda dengan toko
buku, baik dalam hal hakikat maupun fungsinya. Bila toko buku menyusun buku
yang akan dijualnya dengan maksud mencari keuntungan, maka perpustakaan
bertujuan mendayagunakan koleksinya untuk kepentingan penyebarluasan informasi
bagi para pembaca.
Banyak batasan atau pengertian tentang perpustakaan yang disampaikan oleh
para pakar di bidang perpustakaan. Anda dapat mempelajari beberapa pengertian
perpustakaan seperti di bawah ini :
·
Menurut kamus “The Oxford English Dictionary”, kata
“library” atau perpustakaan mulai digunakan dalam bahasa Inggris tahun 1374,
yang berarti sebagai “ suatu tempat buku-buku diatur untuk dibaca, dipelajari
atau dipakai sebagai bahan rujukan”.
·
Pengertian perpustakaan ini pada abad ke-19
berkembang menjadi “ suatu gedung, ruangan atau sejumlah ruangan yang berisi
koleksi buku yang dipelihara dengan baik, dapat digunakan oleh masyarakat atau
golongan masyarakat tertentu.
·
Dalam perkembangannya lebih lanjut, pengertian
perpustakaan memperoleh penghargaan yang tinggi, bukan sekadar suatu gedung
yang berisi koleksi buku yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
·
Pada tahun 1970, The American Library
Association menggunakan istilah perpustakaan untuk suatu pengertian yang luas
yaitu termasuk pengertian “pusat media, pusat belajar, pusat sumber pendidikan,
pusat informasi, pusat dokumenstasi dan pusat rujukan“.
·
Dalam pengertiannya yang mutakhir, seperti yang
tercantum dalam Keputusan Presiden RI nomor 11, disebutkan bahwa “ perpustakaan
merupakan salah satu sarana pelestarian bahan pustaka sebagai hasil budaya dan
mempunyai fungsi sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan
kebudayaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional.
Pengertian perpustakaan yang mutakhir ini telah mengarahkan kepada tiga
hal yang mendasar sekaligus, yaitu hakikat perpustakaan sebagai salah satu
sarana pelestarian bahan pustakan; fungsi perpustakaan sebagai sumber informasi
ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan; serta tujuan perpustakaan sebagai
sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan menunjang pembangunan nasional.
Adapun pengertian perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang berada
dalam suatu sekolah yang kedudukan dan tanggung jawabnya kepada kepala sekolah;
yang melayani seluruh warga sekolah yang bersangkutan.
2.1.2. Perpustakaan SD Negeri No.
154/I Talang Aro
Kondisi
sebagian besar perpustakaan sekolah saat ini masih jauh dari yang diharapkan,
belum memenuhi standar nasional perpustakaan. Disamping itu pemangku jabatan,
kepala sekolah, dan guru kurang menyadari pentingnya fungsi dan peran
perpustakaan sekolah bagi peserta didik maupun para pendidik sendiri. Misalnya
ada anggapan bahwa perpustakaan hanya sebagai pelengkap di sekolah. Padahal ia
merupakan bagian integral dari sistem pembelajaran. Sebab keberhasilan jalannya
proses pendidikan tidak hanya ditentukan oleh kompetensi guru dan tersedianya
gedung sekolah serta fasilitasnya, tetapi juga perlu didukung oleh tersedianya
buku-buku murah dan perpustakaan yang representatif.
SD Negeri No.
154/I Talang Aro Kecamatan Muara Bulian adalah salah satu sekolah yang
dikategorikan sebagai SD terpencil di Kabupaten Batang Hari. Hal ini didasarkan
atas peta lokasi dan keadaan lingkungan dimana sekolah ini berada. Dari ibu
kota Kabupaten Batang Hari, sekolah ini berada ± 45 km. Untuk menuju sekolah
ini dalam keadaan normal yaitu cuaca cerah dan tidak hujan dapat dilalui dengan
kendaraan roda dua, akan tetapi bila dalam keadaan hujan maka sulit dilalui
karena jalanan lengket.
Keadaan
lingkungan disekitar sekolah adalah hutan dan perkebunan karet rakyat dan
kelapa sawit. Sebagian besar masyarakatnya hidup dari mengolah dan memanfaatkan
perkebunan tersebut sebagai petani penggarap/pengolah. Sehingga dapat dimaklumi
bahwa keadaan social, ekonomi dan masyarakatnya dapat dikategorikan kelas
menengah ke bawah. Yang pada akhirnya akan berpengaruh juga kondisi dan
perhatian orang tua kepada anaknya untuk sekolah.
Sekolah ini
mulai beroperasi pada tahun 1989, dengan dua ruangan kelas dalam satu unit
bangunan tidak permanen yaitu bangunan yang terbuat dari papan sederhana. Segala
aktivitas sekolah berpadu dalam dua ruangan tersebut. Sehingga dapat di
bayangkan dalam kaitannya karya ilmiah ini mengenai perpustakaannya. Artinya
jangankan untuk perpustakaan, kegiatan guru dan kepala sekolah bercampur baur
di antara meja dan kursi belajar siswa. Barulah pada tahun 2005 sekolah ini
mendapat tambahan ruang belajar, berupa satu unit gedung dengan dua ruang
belajar. Sehingga kepenatan ruang belajar selama ini dapat sedikit teratasi.
Untuk diketahui sebelum ada tambahan ruang belajar, 6 rombongan belajar dibagi
dalam dua ruangan plus meja guru dan kepala sekolah dan lainnya.
Seperti yang
telah penulis uraikan diatas, bahwa sama halnya dengan kondisi sebagian besar
perpustakaan sekolah lainnya, dalam keadaan memprihatinkan. Kondisi buku yang
tidak terurus, koleksi buku yang tidak bertambah malah berkurang akibat dimakan
usia dan karena tidak adanya manajemen pelayanan perpustakaan yang mengatur
sirkulasi buku. Kondisi ini juga terjadi di SD Negeri No. 154/I Talang Aro.
Berdasarkan
observasi lapangan yang penulis temui. Bahwa perpustakaan sekolah di SD ini
tidak memiliki ruangan sendiri yaitu menumpang diruangan kepala sekolah dan
guru dengan kondisi yang tidak tertata dengan baik, walaupun buku-buku yang ada
tersusun diatas lemari bekas yang dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan buku
tepatnya. Tidak ada kursi dan meja untuk membaca, sehingga banyak buku dipinjam
oleh sebagian kecil siswa dibaca dikelas atau diluar ruangan. Buku-buku yang
tersusun itupun jumlahnya tidak lebih dari 100 eksemplar dimana 70 persennya
adalah buku pelajaran pegangan guru dan siswa, sisanya buku-buku cerita dan
buku paket B yang kegiatan itu juga menumpang disekolah ini.
Kondisi yang
membawa minat membaca menjadi lebih baik, sungguh sangat jauh dari harapan dan menciptakan
minat baca siswa, ditambah dengan kurangnya pihak sekolah menggalakkan siswa
untuk membaca. Bagaimana siswa mau memanfaatkan perpustakaan, jika guru-guru
saja tidak juga membaca dan mengajak siswanya gemar membaca.
2.1.3. Usaha Perbaikan Perpustakaan
SD Negeri No. 154/I Talang Aro
Kita semua menyadari bahwa kemajuan suatu bangsa amat bergantung pada
kualitas sumber daya manusianya. Demikian pula dalam upaya mewujudkan
masyarakat Indonesia yang berkualitas tinggi tidak bisa lepas dari pendidikan.
Salah satu sarana dalam menunjang proses belajar dan mengajar di sekolah
adalah perpustakaan. Perpustakaan sekolah dewasa ini bukan hanya merupakan unit
kerja yang menyediakan bacaan guna menambah pengetahuan dan wawasan bagi murid,
tapi juga merupakan bagian yang integral pembelajaran. Artinya, penyelenggaraan
perpustakaan sekolah harus sejalan dengan visi dan misi sekolah dengan
mengadakan bahan bacaan bermutu yang sesuai kurikulum, menyelenggarakan
kegiatan yang berkaitan dengan bidang studi, dan kegiatan penunjang lain,
misalnya berkaitan dengan peristiwa penting yang diperingati di sekolah.
Dengan membanjirnya informasi dalam skala global, perpustakaan sekolah
diharapkan tidak hanya menyediakan buku bacaan saja namun juga perlu
menyediakan sumber informasi lainnya, seperti bahan audio-visual dan
multimedia, serta akses informasi ke internet. Akses ke internet ini diperlukan
untuk menambah dan melengkapi pengetahuan anak dari sumber lain yang tidak
dimiliki oleh perpustakaan di sekolah. Menyikapi hal ini pustakawan sekolah dan
guru perlu mengajarkan kepada murid untuk dapat mengenali jenis informasi apa
saja yang diperlukan dan menelusurinya melalui sumber informasi tersebut di
atas. Untuk itu diperlukan program pengetahuan tentang literasi informasi di sekolah.
Dengan mengikuti program semacam itu murid diarahkan memiliki kemampuan untuk
memecahkan masalah melalui informasi yang diperolehnya. Kemampuan ini juga
kelak akan bermanfaat di kemudian hari dalam meniti perjalanan kariernya.
Sejalan
dengan keinginan untuk mewujudkan sebuah perpustakaan sekolah sebagaimana
disebutkan di atas, tentu harus ada kerja sama dan sinergi, termasuk apresiasi,
terhadap perpustakaan di antara para pustakawan sekolah, guru, kepala sekolah
serta komite sekolah. Tentu saja disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta
kemampuan sekolah dan masyarakat sekolah pada umumnya untuk dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan tersebut, dengan azas tepat guna dan tepat sasaran, tidak besar pasak dari pada tiang.
Paling
tidak ada usaha dan kemauan yang besar dari pihak sekolah dengan di dukung oleh
komite sekolah selaku jembatan institusi sekolah dengan masyarakat dan orang
tua untuk mengusahakan terciptanya perpustakaan sekolah yang layak dan
meningkatkan minat baca siswa.
Selama
ini kurangnya usaha menggalakkan siswa untuk gemar membaca dan mencari sumber
belajar melalui perpustakaan dapat diperbaiki dengan lebih mengintensifkan
peran perpustakaan. Guru harus lebih giat mengajak siswanya mencari dan belajar
di perpustakaan, bahkan mengajak dan menganjurkan siswanya untuk gemar membaca
apa saja yang positif tentunya.
Selain
itu barangkali selama ini tidak adanya usaha untuk mendapatkan bantuan
buku-buku dari pihak terkait, untuk itu juga pihak kepala sekolah selaku
pemangku jabatan inti disekolah dengan dibantu guru-guru dan koordinasi komite
sekolah dapat mengajukan bantuan kepada instansi terkait dan pihak-pihak yang
mempunyai komitmen untuk memajukan pendidikan dan pada akhirnya melahirkan
generasi muda yang cerdas dan trampil.
2.2.
Pembelajaran Bahasa Indonesia
2.2.1. Deskripsi Pembelajaran
Bahasa Indonesia
Pendidikan Bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek
penting yang perlu diajarkan kepada para siswa di sekolah. Tak heran apabila
mata pelajaran ini kemudian diberikan sejak bangku SD hingga lulus SMA. Dari
situ diharapkan siswa mampu menguasai, memahami dan dapat mengimplementasikan
keterampilan berbahasa. Seperti membaca, menyimak, menulis, dan berbicara.
Kemudian pada saat SMP dan SMA siswa juga mulai dikenalkan pada dunia
kesastraan. Dimana dititikberatkan pada tata bahasa, ilmu bahasa, dan berbagai
apresiasi sastra. Logikanya, telah 12 tahun mereka merasakan kegiatan belajar
mengajar (KBM) di bangku sekolah. Selama itu pula mata pelajaran Bahasa
Indonesia tidak pernah absen menemani mereka.
Tetapi,
luar biasanya, kualitas berbahasa Indonesia masih saja jauh dari apa yang
diharapkan. Yaitu untuk dapat berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia yang baik
dan benar. Seolah-olah fungsi dari pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah
tidak terlihat maksimal.
Selama ini pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah cenderung
konvesional, bersifat hafalan, penuh jejalan teori-teori linguistik yang rumit.
Serta tidak ramah terhadap upaya mengembangkan kemampuan berbahasa siswa. Hal
ini khususnya dalam kemampuan membaca dan menulis. Pola semacam itu hanya
membuat siswa merasa jenuh untuk belajar bahasa Indonesia. Pada umumnya para
siswa menempatkan mata pelajaran bahasa pada urutan buncit dalam pilihan para
siswa. Yaitu setelah pelajaran-pelajaran eksakta dan beberapa ilmu sosial lain.
Jarang siswa yang menempatkan pelajaran ini sebagai favorit. Hal ini semakin
terlihat dengan rendahnya minat siswa untuk mempelajarinya dibandingkan dengan
mata pelajaran lain.
2.2.2. Penerapan Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Pelajaran Bahasa Indonesia mulai dikenalkan di tingkat
sekolah sejak kelas 1 SD. Seperti ulat yang hendak bermetamorfosis menjadi
kupu-kupu. Mereka memulai dari nol. Pada masa tersebut materi pelajaran Bahasa
Indonesia hanya mencakup membaca, menulis sambung serta membuat karangan
singkat. Baik berupa karangan bebas hingga mengarang dengan ilustrasi gambar.
Sampai ke tingkat-tingkat selanjutnya pola yang digunakan juga praktis tidak
mengalami perubahan yang signifikan. Pengajaran Bahasa Indonesia yang monoton telah
membuat para siswanya mulai merasakan gejala kejenuhan akan belajar Bahasa
Indonesia. Hal tersebut diperparah dengan adanya buku paket yang menjadi buku
wajib. Sementara isi dari materinya terlalu luas dan juga cenderung bersifat
hafalan yang membosankan. Inilah yang kemudian akan memupuk sifat menganggap
remeh pelajaran Bahasa Indonesia karena materi yang diajarkan hanya itu-itu
saja.
Belum lagi praktek mengajar guru yang tidak kreatif dan
bertahan dengan kondisi yang sudah dilakukan turun temurun, mengajar seadanya
sehingga terkesan sekedar melepas tanggung jawab.
Gaya mengajar yang dilakukan guru sebagaimana diungkapkan
diatas, jika dilihat secara lebih mendalam juga tidak dapat dinyatakan sebagai
ketidakmampuan guru semata, ada banyak faktor X yang mengkondisikan situasi
ini, khususnya di SD Negeri 154 Talang Aro ini. Dengan geografis yang kurang
menunjang kondisi ini diperparah dengan ketersediaan sarana prasana yang
disediakan pemerintah selaku pemangku pendidikan.
Istilah “guru kencing berdiri, murid kencing berlari”,
agaknya masih berlaku, buktinya dalam pengajaran bahasa Indonesia sehari-hari
guru menggunakan bahasa pengantar yang dicampur-campur dengan bahasa atau
dialek bahasa ibu/bahasa daerah, sehingga siswanya pun menjadi tidak terbiasa
untuk berbicara dengan bahasa Indonesia. Hal ini tentunya akan berpengaruh
dengan kemampuan berbahasa siswa. Kurangnya pengenalan akan kosakata-kosakata
bahasa Indonesia, sehingga berdampak pada aspek kebahasaan yang lain, seperti
mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.
2.2.3. Upaya Perbaikan Pembelajaran
Bahasa Indonesia
Bahasa
memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta
didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.
Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya,
dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam
masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan
kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.
Pembelajaran
bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk
berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan
maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan Indonesia.
Buku
adalah jendela ilmu, begitu banyak istilah yang sering dipublikasikan untuk
mengajak semua orang untuk rajin membaca. Karena buku dan bahan bacaan lainnya
adalah sumber inspirasi untuk menggali kreasi serta potensi yang ada dalam diri
setiap individu.
Pembelajaran bahasa
Indonesia yang baik mencakup empat unsur dasar berbahasa, yaitu mendengarkan,
berbicara, membaca dan menulis, serta penambahan unsur-unsur kebahasaan dan
sastra untuk melengkapi materi yang sedang dibahas. Dengan demikian, siswa
diharapkan mampu menguasai dengan baik keseluruhan kompetensi yang telah
ditetapkan dalam Standar Isi Tahun 2006.
Berdasarkan wacana diatas,
maka sebagai salah satu aspek untuk mengembangkan kemampuan dasar berbahasa
peserta didik, diantaranya adalah dengan mengaktifkan siswa melalui kegiatan
membaca, menemukan dan mengapresiasikan kebahasaan dengan mengarahkan siswa
untuk gemar membaca dan mengeksplorasi perpustakaan.
Sejalan dengan itu, maka
ketersediaan sarana perpustakaan yang layak dan represe tatif semestinya
disediakan oleh sekolah, baik melalui bantuan langsung pemerintah maupun
swadaya masyarakat sekolah lainnya.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1. Keterkaitan Perpustakaan
Sekolah dan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan perpustakaan
sangat penting perannya bagi kelangsungan pendidikan. Mengingat akan pentingnya
keberadaan perpustakaan ini maka selayaknyalah keberadaan perpustakaan yang
baik dan repsentatif disediakan oleh pihak sekolah dan lembaga terkait.
Perhatian terhadap keberadaan perpustakaan sekolah sering
terabaikan. Padahal, keberadaan perpustakaan sekolah dalam upaya mendorong
tumbuhnya minat baca sangat strategis. Paling tidak ada dua sebab mengapa para
siswa perlu terus didorong agar tumbuh kegemaran membacanya.
Pertama, menghadapi abad ke- 21 yang merupakan abad
teknologi dan informasi, para siswa dituntut untuk memiliki wawasan dan
pengetahuan yang luas, sikap kritis, serta kesiapan untuk bersaing secara
kompetitif dalam berbagai aspek kehidupan. Kedua, budaya membaca yang meningkat
merupakan cermin kemajuan suatu bangsa.
Untuk mencapai maksud tersebut maka perlu dilakukan
berbagai upaya terus-menerus memberikan pemahaman dan apresiasi kepada para
siswa akan pentingnya pemanfaatan perpustakaan sekolah bagi peningkatan minat
dan kegemaran siswa dalam membaca. Upaya ini tentunya bukan hanya tugas seorang
pustakawan, tetapi juga harus didukung terutama oleh kepala sekolah serta
guru-guru di sekolah tersebut.
Para siswa perlu diberi pemahaman yang benar tentang
fungsi perpustakaan, baik sebagai sarana edukatif, informatif, rekreatif, dan
inspiratif. Perlu pula dijelaskan tentang tata tertib mengunjungi perpustakaan,
tata cara memilih jenis buku (katalogisasi), tata cara peminjaman buku, serta
penanaman kesadaran akan pentingnya memelihara dan menjaga keutuhan buku yang
dipinjamnya.
Penataan ruang perpustakaan yang nyaman serta pengayaan
khazanah perpustakaan perlu diupayakan agar siswa sebagai pengunjung merasa
betah berada di ruang perpustakaan. Yang dimaksud khazanah perpustakaan dalam
hal ini adalah tersedianya sebuah ruang audio yang dilengkapi dengan proyektor,
tape recorder, perangkat OHP, in focus, perangkat komputer, dan sebagainya.
2.2. Upaya
Peningkatan Perpustakaan Sekolah untuk Pembelajaran Bahasa Indonesia
Adapun upaya yang dapat
dilakukan untuk Peningkatan Pengelolaan Perpustakaan Sekolah antara lain :
1. Program Kegiatan Perpustakaan Sekolah
Sebagai
unit penunjang, Perpustakaan Sekolah harus selalu berupaya untuk meningkatkan kwalitas
dan kwantitas serta mengembangkan Perpustakaan menuju perpustakaan yang mampu
menyediakan informasi yang cepat dan tepat. Untuk itu sekolah harus
mengupayakan pembenahan dan peningkatan pelayanan perpustakaan. Upaya untuk
pembenahan dan peningkatan pelayanan kepada pengunjung perpustakaan dapat
dilakukan melalui kegiatan :
2. Pengadaan Koleksi Pustaka
Pengadaan
koleksi perpustakaan adalah segala upaya yang dilakukan untuk menambah koleksi
perpustakaan sekolah agar dapat menunjang proses belajar mengajar. Pengadaan
buku perpustakaan dapat dilakukan melalui :
3. Sumbangan Dari Pemerintah/Badan/Instansi
terkait
Perpustakaan
sekolah biasanya mendapatkan buku-buku bacaan dari instansi-instansi yang
terkait dan dapat juga dari bantuan badan atau pihak lain yang berkomitmen
untuk meningkatkan pendidikan.
4. Pembelian
Pengadaan
buku-buku teks dan referensi dengan jalan membeli merupakan jalan yang terbaik
karena sekolah dapat memilih buku yang benar-benar dibutuhkan oleh sekolah
maupun mencari dari internet.
5. Pemberian Atau Hadiah
Pemberian
atau hadiah buku-buku untuk perpustakaan dapat diperoleh dari siswa-siswi baru,
siswa-siswi yang naik kelas, siswa-siswi yang lulus, bahkan juga dari guru dan
karyawan.
6. Tukar Menukar
Buku-buku
yang berlebih atau kurang bermanfaat bagi suatu perpustakaan sekolah dapat
ditukarkan ke perpustakaan lain.
7. Pembuatan Sendiri
Bahan
perpustakaan dapat dibuat sendiri oleh pihak sekolah melalui :
1. Pembuatan
klipping dari koran dan majalah ataupun buletin.
2. Mengumpulkan
karya tulis dari siswa yang dinilai baik dan dapat dijadikan koleksi
perpustakaan.
BAB
IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa dalam lingkungan sekolah, kegiatan belajar perlu
didukung sarana dan prasarana yang memadai, terlebih pada pelajaran Bahasa
Indonesia yang notebene adalah pembelajaran yang paling mendasar karena untuk
bisa menguasai perpustakaan tentulah aspek kebahasaannya harus dipenuhi
terlebih dahulu. Salah satunya adalah perpustakaan yang berfungsi sebagai
sumber belajar siswa. Karena perpustakaan mengemban peranan yang sangat
penting. Fungsi perpustakaan akan dapat berjalan dengan baik jika didukung oleh
beberapa hal, antara lain :
- Pengembangan koleksi buku
- Pengembangan dan penguatan organisasi perpustakaan yang baik
- Pelayanan yang profesional
- Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai.
4.2. Saran
Saran yang dapat penulis
kemukakan dalam rangka upaya peningkatan pengelolaan perpustakaan :
- Pihak sekolah hendaknya menyediakan tenaga yang profesional khusus untuk mengelola perpustakaan. Bukan hanya sekedar tugas tambahan yang diberikan pada guru selaku pendidik, mengingat tugas dan tanggungan jawab guru pada pendidikan begitu besar.
- Pihak sekolah segera menambah koleksi buku-buku yang baru serta mengelola perpustakaan sesuai dengan standar nasional bahkan internasional.
- Pihak sekolah hendaknya segera menambah anggaran khusus untuk perpustakaan guna meningkatkan sarana dan prasarana serta meningkatkan wawasan guru dan karyawan tentang perpustakaan.
- Dengan Perkembangan Teknologi informasi yang begitu pesat sekolah hendaknya segera memanfaatkan teknologi informasi guna menuju perpustakaan digital ( e-library ) sesuai dengan tuntutan jaman.
Agus Salim. Melibatkan
Siswa dalam Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Republika, 22 Oktober 2008.
(Online), (http://www.klubguru.com/index.php, diakses 10 Mei 2010)
Anang Fauzi Purwanto.
Upaya Peningkatan Pengelolaan Dan Pelayanan Perpustakaan. (Online), (Email: mts_hidayat.prob@yahoo.co.id)
Aroem Andajani. 2008. Peran Perpustakaan Sekolah
Dalam Ikut Serta Pada Kegiatan Pendidikan Pustakawan Penyelia. Ruang Baca
Fakultas Teknologi Kelautan – ITS. (Online), (www.pnri.go.id, diakses 18 Maret
2010)
Darmono. 2007.
Pengembangan Perpustakaan Sekolah Sebagai Sumber Belajar (Online), (e-mail:
plaza_mlg@yahoo.com, diakses 19 Maret 2010)
Dedi Djunaedi.
Meningkatkan Pelayanan Perpustakaan Sekolah. (Online), (http://www.bit.lipi.go.id/masyarakat-literasi/index.php/home,
diakses 10 Mei 2010)
Dwiza Ayuna S.Sos.
Optimalisasi Fungsi Perpustakaan Sekolah Upaya Meningkatkan Minat Baca Siswa.
(Online), (http://padang-today.com/index.php, diakses 10 Mei 2010)
Hanifah, dkk. (2006).
Courseparck on Teacher Librarianship (Terjemahan). Yogyakarta : Jurusan IPI
Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga. (Online), (www.pnri.go.id, diakses 18 Maret
2010)
Hari Santoso. 2007. Promosi Sebagai Media Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah. Jurnal Perpustakaan
Sekolah. Tahun 1 - Nomor 1 - April 2007. (Online), (www.pnri.go.id, diakses 18 Maret
2010)
Heri Abi Burachman
Hakim. Perpustakaan Sekolah Sarana Peningkatan Minat Baca. (Online), (http://www.heri_abi.staff.ugm.ac.id/index.php,
diakses 10 Mei 2010)
Hernandono. 2005. Meretas Kebuntuan
Kepustakawanan Indonesia Dilihat Dari Sisi Sumber Daya Tenaga Perpustakaan. Orasi
Ilmiah dan Pengukuhan Pustakawan Utama. Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia (PNRI). (Online), (www.pnri.go.id, diakses 18 Maret 2010),
Hernowo. Agar
Perpustakaan Tak Jadi Kuburan (Online), ( http://www.mizan.com/portal/template/BacaArtikel/kodeart/1031,
diakses 10 Mei 2010)
Ibrahim Badafal.
(1999). Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara Mayoga.
(Online), (www.pnri.go.id, diakses 18 Maret 2010)
Kompas 20-11-07.
Kembangkan Perpustakaan Sulit, Sekolah Bisa Membangun Budaya Baca. (Online),
(www.kompas.com, diakses 8 Maret 2010)
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
(PNRI). Pedoman Pengelolaan Perpustakaan Sekolah (Online), (www.pnri.go.id,
diakses 18 Maret 2010)
Rohanda, Drs.
Msi. 2000. Fungsi Dan Peranan
Perpustakaan Sekolah. Makalah disampaikan dalama rangka seminar sehari Ikatan
Pustakawan Indonesia. (Online), (www.pnri.go.id, diakses 18 Maret 2010)
Undang Undang No.
43/2007 tentang Perpustakaan. (Online), (www.depdiknas.go.id, diakses 17 Maret 2010)
Yunus S.P.;M.Si. Perpustakaan Sekolah Bukan Tempat
Penyimpan Buku. (Online), (Email : bacapustaka@yahoo.com, diakses 17 Maret
2010)
_____________.
Pemberdayaan dan Pengembangan Perpustakaan Sekolah (Online), (http://perpustakaansditlh.multiply.com/,
diakses 10 Mei 2010)