MAKALAH
ALAT-ALAT EVALUASI PENDIDIKAN
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil‘alamin,
tiada kata lain yang patut untuk kami ungkapkan selain ucapan syukur kepada
Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, kesehatan dan kemampuan kepada kami sehingga
tugas makalah ini dapat selesai dengan baik dan tepat pada waktunya.
Shalawat dan salam semoga selalu
dilimpahkan kepada baginda Muhammad SAW., para sahabat dan seluruh keluarga
beliau sertra para pengikut beliau hingga akhir zaman.
Selama penyusunan makalah ini, penulis
telah mendapat bantuan dari berbagai pihak, terutama dari Bapak Dr. Syahrul,
M.Pd. selaku dosen pengasuh mata kuliah Evaluasi Pendidikan. Serta ucapan
terima kasih juga penulis persembahkan kepada semua pihak yang baik secara
langsung ataupun tidak langsung ikut terlibat dalam penyelesaian makalah ini.
Akhirnya, mohon
maaf apabila terdapat kesalahan dan kekhilafan.kami mohon saran dan kritik yang
sifatnya membangun guna lebih menyempurnakan makalah-makalah kami selanjutnya.
Jamanis, 20 Februari2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Mutu
pendidikan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya siswa, pengelola
sekolah, lingkungan, kualitas pengajaran,
kurikulum dan sebagainya. Usaha peningkatan
pendidikan biasa ditempuh dengan peningkatan kualitas pembelajaran dan system evaluasi yang baik. Keduanya saling berkaitan system
pembelajaran yang baik akan menghasilkan
kualitas pendidikan yang baik, selanjutnya system penilaian yang baik akan
mendorong guru untuk menentukan strategi
mengajar yang baik dan memotivasi siswa untuk belajar yang lebih
baik. Pengajaran
dilaksanakan tidak hanya untuk kesenangan atau bersifat mekanis saja tetapi
mempunyai misi atau tujuan bersama. Dalam usaha untuk mencapai misi dan tujuan
itu perlu diketahui apakah usaha yang dialakukan sudah sesuai dengan tujuan?
Jika iya, sudah sejauh mana ditempuh? Apakah anak didiknya mengalami kemunduran
didalam belajar atau peningkatan, dan kalau mengalami kemunduran apakah
penyebabnya?
Sehubungan
dengan itu, maka di dalam pembelajaran dibutuhkan guru yang tidak hanya mengajar dengan baik, namun mampu melakukan evaluasi
dengan baik. Kegiatan evaluasi sebagai bagian dari program pembelajaran perlu
lebih dioptimalkan. Evaluasi tidak hanya bertumpu pada penilaian hasil
belajar, namun perlu penilaian terhadap input, output dan kualitas proses
pembelajaran itu sendiri.
Dalam
makalah ini, kami menyajikan beberapa hal tentang teknik evaluasi yang dapat digunakan
dalam penilaian terhadap anak didik, baik itu tentang kemampuan belajar, sikap,
keterampilan, sifat, bakat, minat dan kepribadian. Adapun teknik yang akan
dijelaskan dalam makalah ini adalah teknik nontes. Salah satu teknik yang
sangat membantu dalam penilaian terhadap hal-hal yang
bersangkutan dengan siswa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Evaluasi Pendidikan
Evaluasi
merupakan subsistem yang sangat penting dan sangat di butuhkan dalam setiap system pendidikan, karena evaluasi dapat mencerminkan seberapa jauh perkembangan atau kemajuan hasil pendidikan. Dengan evaluasi, maka maju dan mundurnya kualitas pendidikan dapat diketahui, dan dengan
evaluasi pula, kita dapat mengetahui titik
kelemahan serta mudah mencari jalan keluar untuk berubah
menjadi lebih baik ke depan.
Namun, evaluasi pendidikan
yang dilaksanakan selama ini dirasakan belum memberikan distribusi yang cukup
untuk peningkatan kualitas pendidikan. Hal ini disebabkan oleh sistem evaluasi
yang digunakan belum tepat atau pelaksanaan evaluasi belum seperti yang
diharapkan, oleh karena itu perlu dilakukan inovasi terhadap sistem
evaluasi pendidikan ke arah yang lebih baik, agar dapat mengukur semua
kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik tanpa hanya mengukur ranah
kognitifnya saja.
Dengan sistem evaluasi
yang baik maka akan mendorong pendidik untuk menentukan strategi mengajar yang
baik sehingga dapat memotivasi peserta didik untuk belajar yang lebih baik
dengan tujuan akhir meningkatnya kualitas pendidikan di Indonesia pada umumnya,
seperti yang diamanahkan dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan tujuan pendidikan nasional.
Adapun
pengertian Evaluasi Pendidikan dan pengajaran
adalah proses kegiatan untuk
mendapatkaninformasi data mengenai hasil
belajar mengajar yang dialami siswa dan mengolah ataumenafsirkannya
menjadi nilai berupa data kualitatif atau kuantitatif sesuai dengan
standar tertentu. Hasilnya diperlukan untuk membuat berbagai putusan dalam
bidang pendidikandan pengajaran.
B.
Alat-alat
Evaluasi Pembelajaran
Secara
keseluruhan teknik dan bentuk evaluasi pendidikan dapat digambarkan sebagai
berikut :
1.
Teknik Non-tes
Nontes
dapat digunakan untuk mengukur semua ranah yang dimiliki oleh masing-masing
individu yang tentunya berbeda. Teknik nontes sangat penting dalam mengevaluasi siswa pada
ranah afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan
asfek kognitif. Ada beberapa macam teknik nontes, yaitu: pengamatan
(observation), wawancara (interview), kuisioner/angket (questionanaire), dan analisis
dokumen yang bersifat unobtrusiv.
1)
Pengamatan (Observation)
Observasi merupakan suatu pengamatan
langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah lakuya. Secara umum
observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan
mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.
Observasi dapat dilakukan pada berbagi
tempat misalnya kelas pada waktu pelajaran, dihalaman sekolah pada waktu
bermain, dilapangan pada waktu murid olah raga, upacara dan lain-lain.
a.
Cara dan Tujuan
Observasi
Menurut cara dan
tujuannya observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam:
1.
Observasi partisipatif dan nonpartisipatif
Observasi
partisipatif adalah observasi dimana orang yang mengobservasi (observer)
ikut ambil bagian alam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diamatinya.
Sedangkan observasi nonpartisipatif, observasi tidak mengambil bagian dalam
kegiatan yang dilakukan oleh objeknya. Atau evaluator berada “diluar garis”
seolah-olah sebagai penonton belaka. Contoh observasi partisipatif : Misalnya
guru mengamati setiap anak. Kalau observasi nonpartisipatif, guru hanya sebagai
pengamat, dan tidak ikut bermain.
2.
Observasi sistematis dan observasi
nonsitematis
Observasi
sistematis adalah observasi yang sebelum dilakukan, observer sudah mengatur
sruktur yang berisi kategori atau kriteria, masalah yang akan diamati
Sedangkan
observasi nonsistematis yaitu apabila dalam pengamatan tidak terdapat stuktur
ketegori yang akan diamati.
Contoh observasi
sistematis misalnya guru yang sedang mngamati anak-anak menanam bunga. Disini
sebelum guru melaksanakan observasi sudah membuat kategori-kategori yang akan
diamati, misalnya tentang: kerajinan, kesiapan, kedisiplinan, ketangkasan,
kerjasama dan kebersihan. Kemudian ketegori-kategori itu dicocokkan dengan
tingkah laku murid dalam menanam bunga.
Kalau observasi
nonsistematis maka guru tidak membuat kategori-kategori diatas, tetapi langsung
mengamati anak yang sedang menanam bunga.
3.
Observasi Eksperimental
Observasi
eksperimental adalah observasi yang dilakukan secara nonpartisipatif tetapi
sistematis. Tujuannya untuk mengetahui atau melihat perubahan, gejala-gejala
sebagai akibat dari situasi yang sengaja diadakan.
Sebagai alat
evaluasi , observasi digunakan untuk:
·
Menilai minat, sikap dan nilai yang terkandung
dalam diri siswa.
·
Melihat proses kegiatan yang dilakukan oleh
siswa maupun kelompok.
·
Suatu tes essay / obyektif tidak dapat
menunjukan seberapa kemampuan siswa dapat menjelaskan pendapatnya secara lisan,
dalam bekerja kelompok dan juga kemampuan siswa dalam mengumpulkan data
b.
Sifat Observasi
Observasi yang
baik dan tepat harus memilki sifat-sifat tertentu yaitu:
1.
Hanya dilakukan sesuai dengan tujuan
pengajaran
2.
Direncanakan secara sistematis
3.
Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan
tujuan
4.
Dapat diperika validitas, rehabilitas dan
ketelitiaanya.
c.
Kebaikan dan
Kelemahan Observasi
Observasi sebagai alat penilain
nontes, mempunyai beberapa kebaikan, antara lain:
1.
Observasi dapat memperoleh data sebagai aspek
tingkah laku anak.
2.
Dalam observasi memungkinkan pencatatan yang
serempak dengan terjadinya suatu gejala atau kejadian yang penting
3.
Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan
mencek data yang diperoleh dari teknik lain, misalnya wawancara atau angket
4. Observer tidak
perlu mengunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan objek yang diamati, kalaupun
menggunakan, maka hanya sebentar dan tidak langsung memegang peran. Selain
keuntungan diatas, observer juga mempunyai beberapa kelemahan
Kelemahan
observasi:
1. Observer tiidak
dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorag yang sangat dirahasiakan.
Apabila seseorang yang diamati sengaja merahasiakan kehidupannya maka tidak
dapat diketahui dengan observasi. Misalnya mengamati anak yang menyayi, dia kelihatan
gembira, lincah . Tetapi belum tentu hatinya gembira, dan bahagia. Mungkin
sebaliknya, dia sedih dan duka tetapi dirahasiakan.
2.
Apabila si objek yang diobservasikan
mengetahui kalau sedang diobservasi maka tidak mustahil tingkah lakunya
dibuat-buat, agar observer merasa senang.
3.
Observer banyak tergantung kepada
faktor-faktor yang tidak dapat dapat dikontrol sebelumya.
d.
Alat Pencatat
Observasi
Agar hasil
observasi dapat dikumpulkan dengan baik maka sebelumnya guru harus menyiapkan
alat untuk observasi yaitu:
1.
Catatan Anekdot (Anecdotal Record)
Yaitu catatan
khusus mengenai hasil pengamatan tentang tingkah laku anak yang dianggap
penting (istimewa). Catatan anekdot ini ada dua macam yaitu anekdot insidental,
digunakan untuk mencatat peristiwa yang terjadi sewaktu-waktu, tidak
terus-menerus. Sedangkan catatan anekdot periodik digunakan untuk mencatat
peristiwa tertentu yang terjadi secara insedental dalam suatu periode tertentu.
Catatan anekdot mempunyai kegunaan dalam melaksanakan observasi trerhadap
tingkah laku anak. Kegunaanya untuk memperoleh pemahaman yang lebih tepat
tentang murid sebagai individu yang kompleks, memperoleh pemahaman tentang
sebab-sebab dari suatu problema yang dihadapinya, dan dapat dijadikan dasar
utuk pemecahan masalah anak dalam belajar.
2.
Daftar cek (Check Lish)
Daftar cek adalah
sebuah catatan tertulis yang berisi kemungkinan jawaban yang dipilih, dengan
tinggal membubuhkan sebuah tanda pada kemungkinan jawaban yang benar. Dalam
bentuk daftar cek, semua tingkah laku, sikap yang diobservasi dijabarkan dalam
suatu daftar.
3.
Skala Penilaian (Rating Scale)
Dalam skala
penilaian, tingkah laku, sikap yang diobservasikan dijabarkan dalam bentuk
skala.
2) Wawancara (Interview)
Wawancara adalah
suatu tehnik penilain yang dilakukan dengan jalan percakapan (dialog) baik
secara langsung (face to pace relition) secara langsung apabila wawancara itu
dilakukan kepada orang lain misalnya kepada orang tuannya atau kepada temanya.
Keberhasilan wawancara sebagai alat penilaian sangat dipengaruhi oleh beberapa
hal :
ü Hubungan baik
pewawancara dengan anak yang diwawancarai. Dalam hal ini hendaknya pewawancara
dapat menyesuikan diri dengan orang yang diwawancarai
ü Keterampilan
pewawancara
Keterampilan
pewawancara sangat besar pengaruhnya terhadap hasil wawancara yang dilakukan,
karena guru perlu melatih diri agar meiliki keterampilan dalam melaksanakan
wawancara.
ü Pedoman wawancara
Keberhasilan
wawancara juga sangat dipengaruhi oleh pedoman yang dibuat oleh guru sebelum
guru melaksanakan wawancara harus membuat pedoman-pedoman secara terperinci,
tentang pertanyaan yang akan diajukan.
a. Keuntungan dan
kelemahan wawancara
Keuntungan
wawancara yaitu :
1. Wawancara dapat
memberikan keterangan keadan pribadi hal ini tergantung pada hubungan baik
antara pewawancara dengan objek
2. Wawancara dapat
dilaksanakan untuk setiap umur dan mudah dalam pelaksaannya
3. Wawancara dapat
dilaksanakan serempak dengan observasi
4. Data tentang
keadaan individu lebih banyak diperoleh dan lebih tepat dibandingkan dengan
observasi dan angket.
5. Wawancara dapat
menimbulkan hubungan yang baik antara si pewawancara dengan objek.
Sedangkan
Kelemahan wawancara sebagai alat penilain
1. Keberhasilan
wawancara dapat dipengaruhi oleh kesediaan, kemampuan individu yang
diwawancarai
2. Kelancaran
wawancara dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar pelaksaan wawancara
3. Wawancara
menuntut penguasaan bahasa yang baik dan sempurna dari pewawancara
4. Adanya pengaruh
subjektif dari pewawancara dapat mempengaruhi hasil wawancara
b. Ada dua
jenis wawancara yang dapat pergunakan sebagai alat evaluasi, yaitu:
1. Wawancara
terpimpin (Guided Interview) yang juga sering dikenal dengan istilah
wawancara berstruktur (Structured Interview) atau wawancara sistematis (Systematic
Interview).
2. Wawancara tidak
terpimpin (Un-Guided Interview) yang sering dikenal dengan istilah
wawancata sederhana (Simple Interview) atau wawancara tidak sistematis (Non-Systematic
Interview), atau wawancara bebas.
c. Hal-hal yang
perlu diperhatikan didalam guru sebagai pewawancara yaitu :
1. Guru yang akan
mengadakan wawancara harus mempunyai back ground tentang apa yang akan
ditanyakan
2. b.Guru harus
menjalankan wawancara dengan baik tentang maksud wawancara tersebut
3. Harus menjaga
hubungan yang baik
4. d.Guru harus
mempunyai sifat yang dapat dipercaya
5. Pertanyaan
hendaknya dilakukan dengan hati-hati, teliti dan kalimatnya jelas
6. Hindarkan hal-hal
yang dapat mengganggu jalannya wawancara
7. Guru harus
mengunakan bahasa sesuai kemampuan siswa yang menjadi sumber data
8. Hindari kevakuman
pembicaraan yang terlalu lama
9. Guru harus
mengobrol dalam wawancara
10. Batasi waktu
wawancara
11. Hindari
penonjolan aku dari guru
3)
Angket (Questionave)
Pada dasarnya angket adalah sebuah
daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden)
Pada umumnya tujuan penggunaan anngket
atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data
mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam
menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka.
Angket sebagai alat penilaian nontes
dapat dilaksanakan secara langsung maupun secara tidak langsung. Dilaksanakan
secara langsung apabila angket itu diberikan kepada anak yang dinilai atau
dimintai keterangan sedangkan dilaksanakan secara tidak langsung apabila nagket
itu diberikan kepada orang untuk dimintai keterangan tentang keadaan orang
lain. Misalnya diberikan kepada orangtuanya, atau diberikan kepada temannya.
a. Ditinjau dari
strukturnya, angket dapat dibagi menadi 2 macam, yaitu
1. Angket berstuktur
adalah angket yang bersifat tegas, jelas, dengan model pertanyan yang terbatas,
singkat dan membutuhkan jawaban tegas dan terbatas pula.
2. Sedangkan angket
tidak berstruktur adalah angket yang membutuhkan jawaban uraian panjang, dari
anak, dan bebas. Yang biasanya anak dituntut untuk memberi
penjelasan-penjelasan, alasan-alasan terbuka.
b. Angket sebagai
alat penilaian terhadap sikap tingkah laku, bakat, kemampuan, minat anak,
mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan angket
antara lain:
1. Dengan angket
kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak yang hanya
membutuhkan waktu yang sigkat.
2. Setiap anak dapat
memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama
3. Dengan angket
anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan
Sedangkan
kelemahan angket, antara lain:
1. Pertanyaan yang
diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada hal-hal yang
kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali
2. Kadang-kadang
pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau mungkin dijawab
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas
menjawab dan tidak diawasi secara mendetail.
3. Ada kemungkinan
angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua, sebab banyak anak yang
merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak memberikan
kembali angketnya.
4). Pemeriksaan
Dokumen (Ducumentary Analisis)
Evaluasi mengenai
kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa menguji
(tehnik nontes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan
pemerikasaan terhadap dokumen-dokumen; misalnya dokumen yang memuat infomasi
mengenai riwayat hidup (auto biography).
Riwayat hidup
adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa kehidupannya.
Dengan mempelajari riwayat hidup, maka subjek evaluasi akan dapat menarik suatu
kesimpulan tentang kepribadian kebiasaan atau sikap dari obyek yang dinilai.
Berbagai
informasi, baik mengenai peserta didik, orangtua dan lingkungannya itu bukan
tidak mungkin pada saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap
bagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta didik.
5) Sosiometri
Sosiometri adalah suatu penilaian
untuk menentukan pola pertalian dan kedudukan seseorang dalam suatu kelompok.
Sehnggga sosiometri merupakan alat yag tepat untuk menilai hubungan sosial dan
tingkah laku sosial dari murid-murid dalam suatu kelas, yang meliputi stuktur
hubungan individu, susunan antar individu dan arah ubungan sosial. Sehingga
dengan demikian seorang guru dapat mengetahui bagaimana keadaan hubungan social
dari tiap-tiap anak dalam suatu kelompok atau kelas.
Langkah yang ditempuh guru dalam
sosiometri ada 3 yaitu :
a)
Langkah pemilihan teman
Disini
guru menyuruh semua murid untuk memilih teman-temannya yang disenangi secara
berurutan sebanyak satu atau dua anak. Dalam memilih anak perlu disebutkan
alasan mengapa harus memilih teman itu.
Contoh:
Nama :
Tono
Kelas :
IIIA
Teman yang saya
pilih:
1.
Candra Karena aktif
belajar dan pandai
2.
Sumarsono Karena tegas dalam berbicara
3.
Nunung Karena penurut
b) Langkah
pertabelan
Guru
membuat tabel dalam materi tes sosiomentri dari data yang telah diperoleh dalam
langkah pemilihan teman.
Dari
data yang telah kita buat dalam metrik sosiometri, dapat pula kita buat sebuah
peta atau sosiogram. Dalam pembuatan sosiogram usahakan anak yang paling banyak
dipilih diletakan ditengah-tengah, agar dapat mudah diketahui siapa yang paling
banyak dipilih.
Dengan melihat
hasil sosiometri kita dapat mengetahui bagaimana kedudukan dan relasi sosial
dari masing-masing anak dalam kelompok. Sehingga hasil dari sosiogram ini dapat
dibuat pertimbangan untuk menilai sikap sosial anak dan kepribadiannya dalam
kelompok.
Sosiometri
sebagai alat penilaian nontes sangat berguna bagi guru dalam beberapa hal,
antara lain:
1. Untuk pembentukan
kelompok dalam menentukan kelompok kerja (pembagian tugas)
2. Untuk pengarahan
dinamika kelompok
3. Untuk memperbaiki
hubungan individu dalam kelompok dan memberi bimbingan kepada setiap anak.
Dari uraian
tersebut diatas dapatlah dipahami, bahwa dalam rangka hasil evaluasi hasil
belajar peserta didik, evaluasi tidak harus semata-mata dilakukan denan
mengunakan alat berupa tes-tes hasil belajar. Teknik-teknik nontes juga
menempati kedudukan yang penting dalam rangka evaluasi hasil belajar,
lebih-lebih evaluasi yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan peserta didik,
seperti persepsinya terhadap guru, minatnya, bakatnya, tingkah laku atau
sikapnya, dan sebagainya, yang kesemuannya itu tidak mungkin dievaluasi dengan
mengunakan tes sebagai alat pengukurnya.
2. Teknik Tes
Tes merupakan alat ukur yang
standar dan obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas untuk mengukur dan
membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu. Dapat dipastikan akan
mampu memberikan informasi yang tepat dan obyektif tentang obyek yang hendak
diukur baik berupa psikis maupun tingkah lakunya , sekaligus dapat
membandingkan antara seseorang dengan orang lain.
Menurut pendapat saya setuju bahwa
tes adalah suatu cara atau alat
untuk mengadakan
penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus
dikerjakan oleh siswa atau sekelompok siswa sehingga menghasilkan nilai tentang
tingkah laku atau prestasi siswa tersebut.
Sebagai alat evaluasi
hasil belajar, tes minimal mempunyai dua fungsi, yaitu:
a.
Untuk mengukur tingkat
penguasaan terhadap seperangkat materi atau tingkat pencapaian terhadap
seperangkat tujuan tertentu.
b.
Untuk menentukan kedudukan
atau seperangkat siswa dalam kelompok, tentang penguasaan materi atau
pencapaian tujuan pembelajaran.
Tes menurut tujuannya: Tes
kecepatan ( Power Test), tes kemampuan ( power test ), tes hasil belajar (
achievment test ), tes diagnostoik ( diagnostik test), tes kemauan belajar (
gains/ achievement), tes formatif, tes sumatif.
Dengan mempertimbangkan kriteria-
kriteria dapat dihasilkan alat tes (soal-soal) yang berkualitas memenuhi
syarat- syarat diantaranya:
·
Shahih ( valid) yaitu mengukur
yang harus diukur, sesuai dengan tujuan.
·
Relevan yaitu diuji sesuai
dengan tujuan yang diinginkan.
·
Spesifik, soal hanya dapat
dijawab oleh peserta didik.
·
Representif, soal mewakili
materi ajar secara keseluruhan.
1)
Tertulis (written test)
Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan
objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan
tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan cepat dan tepat
(Indrakusuma, 1993:21). Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa,
didalamnya terdapat pengertian-pengertian:
a. Tes itu adalah hanya merupakan alat
dan bukan merupakan tujuan. Sedangkan tujuannya adalah terletak pada apakah
maksud kita memberikan tes itu.
b. Alat itu telah disusun secara
sistematis dan objektif, menurut syarat-syarat tertentu. Meskipun dalam
kenyataannya tidak ada tes yang seratus persen sistematis dan objektif. Sebab
tes itu juga buatan manusia.
c. Dengan adanya tes yang telah disusun
secara sistematis dan objektif itu, maka hasil yang diperoleh dari tes atau
alat itu boleh dikatakan akan tepat. Artinya benar-benar akan memberikan
gambaran yang sesuai dengan keadaannya.
d. Bahwa dengan dipergunakannya tes
sebagai alat untuk memperoleh data-data itu, dapat dilaksanakan secara tepat
tidak memakan waktu yang lama. Untuk memperoleh suatu data tidak perlu
berhari-hari, bahkan cukup beberapa jam saja.
e. Sedang keterangan-keterangan apa yang
diinginkan, ini bergantung pada maksud serta alat yang kita berikan. Misalnya,
jika kita menginginkan keterangan tentang kecakapan anak dalam hal berhiting
maka kita pergunakan tes berhitung, bukan tes bahasa, dan sebagainya.
Ø Bentuk Tes Tulis :
1. Tes Subyektif
ü Tes subyektif ada dua jenis yaitu :
·
Tes uraian bentuk
bebas atau terbuka
·
Tes uraian bentuk
terbatas
ü Kelebihan tes Subyektif :
-
Pembuatannya
mudah dan cepat
-
Dapat dicegah
timbulnya spikulasi dikalangan siswa
-
Dapat mengetahui
seberapa jauh tingkat kedalaman dan penguasaan siswa
-
Siswa terdorong
berani mengungkapkan pendapatnya
ü Kekurangan :
-
Kurang
representatif/ mewakili materi karena soal terbatas
-
Cara
mengoreksinya cukup sulit/ menyita banyak waktu
-
Dalam
penilaiannya tester dapat bersifat subyektif
-
Koreksinya tidak
dapat diwakilkan orang lain
-
Validitas (daya
ketepatan mengukur ) dan reliabilitas (daya keajegan mengukurr ) pada umumnya
rendah
2. Tes
Obyektif
ü Tes obyektif ada lima macam yaitu :
·
Bentuk benar
salah
Soal-soalnya
berupa pernyataan-pernyataan (statement). Statement tersebut ada yang
benar dan ada yang salah. Orang yang ditanya bertugas untuk menandaimasing-masing
pernyataan itu dengan melingkari huruf B jika pernyataan itu betul
menurut pendapatnya dan melingkari huruf S jika pernyataannya salah.
·
Bentuk
menjodohkan
Matching
test dapat kita ganti dengan istilah mempertandingkan, mencocokkan,
memasangkan, atau menjodohkan. Matching test terdiri atas satu seri
pertanyaan dan satu seri jawaban. Tugas murid ialah mencari dan menempatkan
jawaban-jawaban sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyaannya.
·
Bentuk isian
Completion
test biasa kita sebut dengan istilah tes isian, tes menyempurnakan, atau
tes melengkapi. Completion test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada
bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang dihilangkan atau yang harus
diisi oleh murid ini adalah merupakan pengertian yang kita minta dari murid.
·
Bentuk pilihan
ganda
Multiple choice test terdiri atas
suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum
lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan
jawaban yang telah disediakan. Atau Multiple choice test terdiri atas
bagian keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau
alternatif (option). Kemungkinan jawaban (option) terdiri atas satu jawaban
benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh.
Beberapa jenis bentuk pilihan ganda :
·
Melengkapi lima
pilihan
·
Asosiai dengan
lima atau empat pilihan
·
Melengkapi
berganda
·
Analisis hubungan
antar hal
·
Analisis kasus
·
Hal kecuali
·
Hubungan dinamik
·
Pemakaian
diagram, grafik, peta atau gambar
ü Kelebihan :
-
Lebih
representatif
-
Dalam menilai tester
lebih objektif
-
Mengoreksinya
mudah
-
Mengoreksinya
dapat minta bantuan orang lain
-
Butir-butir
soalnya mudah dianalisis, dari segi derajat kesukaran, daya pembeda, validitas
dan relibialitasnya
ü Kelemahan :
-
Menyusunnya sulit
-
Kurang dapat
mengukur atau mengungkap proses berpikir yang tinggi atau mendalam
-
Terbuka
kemungkinan bagi siswa bermain spekulasi
-
Siswa dapat mudah
kerjasama sebab jawabannya mudah meniru (A,B,C,D,E)
2) Lisan (oral
test)
Tes lisan adalah tes yang pelaksanaannya
dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung antara pendidik dan
peserta didik. Thoha (2003:61) menjelaskan bahwa tes ini termasuk
kelompok tes verbal, yaitu tes soal dan jawabannya menggunakan bahasa lisan.
Dari segi persiapan dan cara bertanya, tes lisan dapat dibedakan menjadi
dua yakni:
1. Tes lisan bebas
Yaitu pendidik
dalam memberikan soal kepada peserta didik tanpa menggunakan pedoman yang
dipersiapkan secara tertulis
2. Tes lisan berpedoman
Pendidik
menggunakan pedoman tertulis tentang apa yang akan ditanyakan kepada peserta
didik.
ü Kelebihannya :
-
Dapat menilai
kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki peserta didik, sikap, serta
kepribadiannya karena dilakukan secara berhadapan langsung
-
Bagi peserta
didik yang kemampuan berpikirnya relatif lambat sehingga sering mengalami
kesukaran dalam memahami pernyataan soal, tes bentuk ini dapat menolong sebab
peserta didik dapat menanyakan langsung kejelasan pertanyaan yang dimaksud.
-
Hasil tes dapat
langsung diketahui peserta didik.
ü Kelemahannya :
-
Subjektivitas
pendidik sering mencemari hasil tes,
-
Waktu pelaksanaan
yang diperlukan relatif cukup lama
3) Perbuatan (performance
test)
Tes perbuatan yakni tes yang penugasannya
disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya
dinyatakan dengan perbuatan atau penampilan. Penilaian tes perbuatan dilakukan
sejak peserta didik melakukan persiapan, melaksanakan tugas, sampai dengan
hasil akhir yang dicapainya. Untuk menilai tes perbuatan pada umumnya
diperlukan sebuah format pengamatan, yang bentuknya dibuat sedemikian rupa
sehingga tutor dapat menuliskan angka-angka yang diperolehnya pada tempat yang
sudah disediakan. Bentuk formatnya dapat disesuaikan menurut keperluan. Untuk
tes perbuatan yang sifatnya individual, sebaiknya menggunakan format pengamatan
individual. Dalam pembelajaran matematika, tes perbuatan bisa berupa
memperagakan apakah suatu bangun datar merupakan jaring-jaring kubus atau
bukan, menggambarkan suatu bangun ruang dan menunjukkan semua bidang diagonal
serta diagonal bidang, membuat lukisan dengan menggunakan jangka, mistar, dan
busur derajat, dsb.
BAB III
KESIMPULAN
Untuk meningkatkan mutu pembelajaran
dibutuhkan sistem evaluasi yang tepat, karena peserta didik memiliki berbagai
kemampuan yang berbeda-beda maka sistem evaluasi yang digunakan harus terintegrasi
dan mampu mengukur semua kemampuan yang ada pada peserta didik.
Evaluasi pendidikan tidak hanya digunakan
untuk mengukur ranah kognitif peserta didik saja. Adapun ranah yang diukur
dengan menggunakan nontes ini adalah kognitif, psikomotorik, perseptual,
komunikasi nondiskursip, dan ranah afektif.
Adapun jenis alat evaluasi yang digunakan, terbagi
menjadi 2 teknik, yaitu :
1. Tes merupakan
sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban yang benar atau salah. Tes diartikan
juga sebagai sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban, atau sejumlah
pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat
kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes
(testee).
2. Nontes dapat
digunakan untuk mengukur semua ranah yang dimiliki oleh masing-masing individu
yang tentunya berbeda.
Teknik nontes sangat penting dalam mengevaluasi siswa pada ranah afektif dan
psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan asfek kognitif. Ada
beberapa macam teknik nontes, yaitu: pengamatan (observation), wawancara
(interview), kuisioner/angket (questionanaire), dan analisis dokumen yang
bersifat unobtrusiv.
Penggolongan tehnik nontes
1.
Observasi (pengamatan)
Observasi dapat dibedakan menjadi 3
macam:
A. Observasi
Partisipatif dan nonpartisipatif
B. Observasi
sistematis dan Nonsistematis
C. Observasi
eksperimental
2.
Wawancara (interview)
Ada 2 jenis wawancara yang dapat
dipergunakan sebagai alat evaluasi. Yaitu:
A. Wawancara
terpimpin
B. Wawancara
tidak terpimpin
3.
Angket (Questionave)
Ditinjau daru stukturnya angket dapat dibagi
menjadi 2 macam:
A. Angket
berstuktur
B. Angket
tidak berstruktur
4.
Pemeriksaan Dokumen (Dukomentary Analisis)
5.
Sosiometri
DAFTAR PUSTAKA
http://benao.multiply.com/journal/item/16?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
http://ilmuukita.blogspot.com/2011/05/jenis-alat-evaluasi-pembelajaran.html
http://risqinisa.wordpress.com/2011/01/05/alat-evaluasi-pembelajaran/
http://www.perkuliahan.com/makalah-alat-evaluasi-pendidikan/
http://www.scribd.com/doc/16650725/Alat-Evaluasi-Pendidikan-Nontes
http://www.scribd.com/doc/52627746/ALAT-ALAT-EVALUASI
http://sarkomkar.blogspot.com/2009/12/komponen-evaluasi-pendidikan-makalah.html