CONTOH MAKALAH ANAK YANG SUSAH BERKEMBANG DALAM BICARA (GAGAP) PAKULTAS PENDIDIKAN INDONESIA


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Permasalahan anak TK ini menjadi sangat penting, mengingat adanya suatu kenyataan bahwa setiap orang dalam fase kehidupannya tidak pernah lepas dari permasalahan. Dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada fase kehidupan tertentu, anak sering atau bahkan selalu menghadapi gangguan, hambatan atau masalah. Kemampuan untuk menghadapi masalah dan daya suai terhadap lingkungan tidak sama bagi semua orang. Ada yang mempunyai kemampuan tinggi dan ada yang mempunyai kemampuan rendah. Bagi orang-orang yang mempunyai kemampuan tinggi dan mempunyai daya suai yang besar, relatif akan berhasil menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya.sebaliknya bagi orang yang  kemampuannya rendah dan daya suainya kecil, akan gagal atau paling tidak akan terganggu dalam penyelesaian tugas-tugas perkembangannya.
Kenyataan ini makin terasa bagi anak-anak usia pra sekolah yang belum mandiri. Mereka masih membutuhkan banyak pertolongan dari orang lain dan lingkungan. Dengan demikian kemungkinan untuk mengalami masalah bagi anak usia pra sekolah ini menjadi lebih besar. Dengan begitu untuk menghadapi nak TK dengan segala permasalahannya ini menuntut pengetahuan dan keterampilan kita tersendiri.
Anak usia pra sekolah adalah pribadi yang mempunyai berbagai macam potensi. Potensi-potensi itu dirangsang dan dikembangkan agar pribadi anak tersebut berkembang secara optimal. Tertunda atau terhambatnya pengembangan potensi-potensi itu akan mengakibatkan timbulnya masalah. Diantara permasalahan yang muncul tersebut ada disebut dengan “Gagap atau Stuttering”. Stuttering ini berkaitan dengan permasalahan pada keadaan fisik anak. Potensi-potensi apa yang perlu dirangsang dan dikembangkan oleh seorang guru TK, nampaknya psikologi perkembangan banyak membantu memberikan penjelasan. Selanjutnya seorang guru TK harus mengetahui bagaimana cara mengembangkan potensi-potensi tersebut, permasalahan itu dapat dilihat melalui tingkah laku anak pada saat mengikuti proses pembelajaran di sekolah atau pada saat bermain.

B.     Rumusan Masalah
Masalah yang dihadapi oleh anak-anak Taman Kanak-Kanak, biasanya berkaitan dengan gangguan pada perkembangan anak. Bila tidak segera diatasi, gangguan ini akan berlanjut pada fase perkembangan berikutnya yaitu fase perkembangan anak sekolah.
Untuk mengetahui masalah apa yang dihadapi anak, guru harus mengetahui cara mengidentifikasi masalah tersebut. Oleh karena itu seorang guru TK perlu memahami serta mengetahui masalah tersebut agar dapat membantu anak memecahkannya dilihat dari :
  • Bagaimana ciri-ciri seorang anak yang mempunyai masalah gagap atau stuttering, atau gangguan berbahasa.
  • Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab masalah stuttering dan gangguan-gangguan apa saja yang dapat menghambat dalam fase perkembangan berbahasa pada anak.
  • Bagaimana upaya seorang guru dalam mengatasi masalah gagap atau stuttering pada anak.

C.    Tujuan dan Manfaat Penulisan
Dalam penulisan makalah ini penulis berharap dapat memperoleh manfaat yang dapat penulis jadikan sebagai pegangan, dan dapat mengaplikasikannya di lapangan, beberapa manfaat yang diharapkan dapat diperoleh penulis sebagai berikut :
·         Bagi penulis sendiri untuk menambah wawasan pengetahuan tentang bagaimana cara mengetahui dan mengatasi apa faktor penyebab dan gangguannya dilihat dari ciri dan karakteristik anak yang mempunyai permasalahan stuttering.
·         Manfaat bagi guru sendiri dapat menambah wawasan, pemahaman dalam menstimulasi yang tepat bagi anak yang stuttering, dengan melalui pendekatan dan diajaknya berbicara yang baik dan benarnya, itu semua dapat dilakukan secara bertahap.
·         Bagi orang tua dapat memperoleh pengetahuan tentang perkembangan anak di sekolah, dan dapat membantu dalam mengembangkan potensi anak pada fase perkembangannya. Permasalahan anak TK tidak hanya dihadapi oleh seorang  guru TK saja, ada juga dari pihak luar. Anak berasal dari satu keluarga. Dalam keluarga terdapat orang tua (ayah, dan ibu), serta anggota keluarga lainnya, (kakak, adik).
Adakalanya dalam keluarga terdapat juga kakek dan nenek, paman, bibi, pembantu dan sebagainya. Mereka itu dimungkinkan terlibat dalam penanganan masalah anak, namun yang paling bertanggungjawab adalah orang tua.
Orang tua tidak dapat begitu saja mengerahkan pendidikan anaknya kepada sekolah atau guru. Lebih-lebih lagi bila anak tersebut mengalami kesulitan atau hambatan dalam asfek-asfek perkembangannya. Orang tua harus mau melakukan sesuatu yang disarankan oleh guru dalam rangka memperlancar penanganan masalah yang dialami anaknya. Ada kegiatan-kegiatan tertentu yang harus dikerjakan di rumah, sehingga keterlibatan orang tua dan anggota keluarga lainnya dibutuhkan. 


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Landasan Teori
1.      Pengertian Gagap
Masalah lain yang berkaitan dengan bahasa pada anak taman kanak-kanak adalah terbatasnya perbendaharaan kata, meskipun anak telah berusia 4 tahun. Biasanya anak hanya mampu menggunakan kalimat pendek. Bila anak mengenal kata-kata baru, kata yang lama terlupakan. Kemampuan memakai tata bahasanya lebih rendah dari kemampuan seharusnya dimiliki anak seusia itu. Gangguan yang lain lagi yang berkaitan erat dengan bahasa adalah gangguan perkembangan artikulasi. Gejala yang paling jelas adalah kegagalan menetap dalam mengembangkan artikulasi dari bunyi bahasa yang dipelajari., seperti r, sya, l, f, z, c. Gangguan ini meliputi ketidakmampuan artikulasi satu huruf, misalnya l atau r seperti yang terlihat pada anak pelo (lalling) sampai pada salah mengucapkan beberapa huruf, misalnya s, z, sy, c seperti pada anak cadel. Ada juga anak yang ingin bicara, akan tetapi gugup sehingga bicaranya menjadi tersendat-sendat. Anak yang mempunyai masalah tesebut disebut gagap (stuttering).
Anak yang menderita gagap tidak dapat berkomunikasi secara wajar. Wajar disini mengandung pengertian normal, jelas dan tidak tersendat-sendat. Gejala yang diperlihatkan  oleh anak gagap adalah sering mengulang atau memperpanjang suara, suku kata atau kata-kata, dan sering terjadi keraguan dan penghentian bicara, sehingga mengganggu arus irama bicara. Kadang-kadang sewaktu bicara atau sedang berbicara ia menahan nafas sehingga tampak mulut dengan bibirnya tertarik kepinggir, seperti orang yang sedang mengejek. Kadang-kadang diikuti dengan getaran-getaran kecil pada bibir.
Menurut Bender dalam penelitiannya pada tahun 1942 menemukan bahwa para penggagap sebagian besar memperlihatkan kecenderungan introvert (sifat tertutup), Neuroticism (tidak mampu mengadakan hubungan interpersonal dan sosial) dan terlihat kurang percaya diri. Anak yang introvert (bersifat tertutup), biasanya bila akan mengadakan pembicaraan anak merasa cemas atau takut, sehingga kata-kata yang keluar tidak terkoordinasi dengan baik. Misalnya akan mengucapkan “ibu”. Posisi bibir sudah baik, yaitu kedua bibir sudah terbuka sedikit, namun sepi.......suara “ibu” tidak kunjung muncul. begitu udara keluar, apa yang diucapkan tidak terkendali, yang terdengar “iiiiibbb....bu”. sewaktu suaranya tidak kunjung muncul kita dapat melihat suatu ekspresi wajah yang memelas, seolah-olah pasrah pada keadaannya. Bila menghadapi penggagap yang demikian, guru sedapat mungkin berusaha mendengar apa yang akan diucapkan anak, tunggu sampai anak selesai berbicara, jangan memotong pembicaraan anak sewaktu anak belum selesai berbicara.

2.      Faktor Penyebab Gagap
Faktor penyebab gagap ada 3 yaitu :
a.       Pemaksaan pada anak dengan menggunakan tangan kidal
b.      Nervous
c.       Dorongan motorik bicaranya besar tetapi tidak ada yang hendak dikatakan pada anak TK biasanya mulai senang berbicara tetapi sering terjadi ketidakseimbangan antara kecepatan berbicara dengan kecepatan berfikir. Anak akan berbicara banyak, tetapi kemampuannya belum memadai, jadi fungsi fisiologis (otot bicara) belum sempurna, sehingga mudah tersinggung atau tersandung tatkala sedang berbicara. Di sekolah, anak biasanya dihadapkan pada bebrapa peraturan, misalnya pada suatu saat harus diam, tetapi disaat lain harus segera menjawab pertanyaan guru, karena anak lain telah menunggu giliran, sedangkan waktu sangat mendesak. Keadaan ini akan menyebabkan anak menjadi gugup sehingga bicaranya menjadi tersendat-sendat.
3.      Gangguan yang Menghambat Perkembangan Bahasa
Ada 3 tipe gangguan perkembangan bahasa yaitu :
a.       Gangguan memahami bahasa yang diterima
Gangguan ini terdapat pada anak yang mengalami lemah mental berat. Biasanya orang tua anak yang mengalami gangguan ini sudah dapat melihat gajala ini sejak awal. Bila anak mengalami gangguan ini jangan diterima atau dimasukkan ke TK, tetapi disarankan untuk dimasukkan ke sekolah luar biasa, yang dapat memperlakukan anak secara tepat.
b.      Gangguan pada bahasa yang telah dikuasai, sebagai akibat trauma, atau gangguan neorologik. Pada gangguan ini perlakuan yang dapat dilakukan adalah tindakan medis, kalau ada anak yang mengalami gangguan semacam ini di sekolah, guru sebaiknya menganjurkan pada orang tuanya untuk memeriksanya ke dokter.
c.       Keterlambatan dalam berbahasa. Tipe ini dapat dibedakan menjadi 2 sub tipe, yaitu tipe reseptif (kesukaran menerima bahasa yang dibicarakan) dan tipe ekspretif (kesukaran mengutarakan pikiran secara verbal).
1)        Gangguan berbahasa tipe reseptif, adalah kegagalan untuk mengembangkan pengertian bahasa (decoding) dan ekspresi vokal bahasa (enconding). Gangguan reseptif ini disebabkan oleh kekurangan ang terdapat dalam persepsi  sensoris (pengenalan simbo-simbol) visual (gambar) atau auditorik (suara), atau integrasi keduanya yaitu menghubungkan atau memanipulasi simbol-simbol visual atau auditorik.
2)        Gangguan berbahasa tipe ekspresif, adalah kegagalan mengembangkan ekspresi vocal bahasa (encoding) sedangkan kemampuannya untuk mengerti bahasa tetap utuh. Artikulasi (pengucapan kata) umumnya “immature” (belum matang) dan huruf-huruf yang sulit sering dilewati atau diganti dengan huruf lainnya. Misalnya r menjadi l, l menjadi y, s menjadi t dan sebagainya.

B.      Pembahasan
1.      Identifikasi
Gagap atau stuttering dapat dilihat pada anak yang memiliki gangguan dalam berbahasa, yang paling menonjol dari anak yang gagap ini dapat kita lihat ketika si anak itu hendak berbicara. Ketika hendak mengutarakan sesuatu, kata-katanya tidak jelas dan bicaranya terpotong-potong atau tersendat-sendat.
Di TK TRANSLOK yang jumlah semua muridnya 43 orang terdapat anak yang gagap.
Nama                                       : Deden Ardiansyah
Jenis kelamin                           : Laki-laki
Tempat Tanggal Lahir             : Tasikmalaya, 23-10-1003
Alamat                                                : Kampung Neglasari Jatiwaras
Anak ke-                                 : 2
Jumlah Saudara                       : 2
Nama ayah                             : Iwan Setiawan
Pekerjaan                                 : Pedagang
Nama ibu                                 : Ika
Pekerjaan                                 : Ibu rumah tangga
            Ketika deden masuk sekolah atau kelas, Deden sudah memperlihatkan bahwa dirinya tidak suka, tidak menyenangi kalau ibu gurunya menyuruh Deden kedepan dan berbagi cerita pengalamannya. Padahal Deden itu anaknya baik, dan selalu ingin tetap terlihat baik, tapi sayang semangat itu hilang ketika Deden akan memulai untuk bercerita, kata-katanya keluar dengan tersendat-sendat dan lama sekali untuk mencapai tujuan atau kata-kata yang Deden maksud. Kemudian Deden diejek oleh temen-temannya dan semua mentertawakan Deden. Dari situlah Deden menjadi segan ketika ibu guru  menyuruh Deden ke depan untuk bercerita ataumembacakan sajak atau yang lainnya.
            Dari gambaran itu semua penulis mengidentifikasi bahwa Deden ini mengalami masalah yang berhubungan dengan masalah perkembangan berbahasa antara lain gagap (stuttering), dan ini ada pada diri deden.

2.      Analisis Faktor Penyebab
Setelah mengetahui masalah yang dihadapi oleh Deden, penulis perlu mencari faktor penyebab yang melatarbelakangi sifat gagap ini timbul. Pada Deden.
a.       Ternyata setelah diamati setelah kegiatan belajar mengajar sedang belangsung Deden sering kelihatan gelagapan dan hendak mengutarakan sesuatu nadanya tersendat-sendat dan tidak jelas itu terjadi pada saat kegiatan tanya jawab berlangsung.
b.      Setelah mengadakan wawancara dengan orang tuanya, asil wawancara menyatakan bahwa Deden tidak hanya di sekolah saja ia berbicara gagap seperti itu melainkan diluar sekolah juga Deden seperti itu.

3.      Treatment atau Cara Menangani Masalah
Sebagai seorang guru  yang sehari-harinya terlibat langsung dengan anak memiliki kemampuan untuk mengamati masalah apa yang dihadapi oleh anak dan bagaimana cara penanganannya. Dalam proses pembelajaran, untuk menangani permasalahan anak yang gagap antara lain :
¨      Guru harus bersifat fleksibilitas, artinya guru harus luwes dalam cara pemberian tugas pada anak.
¨      Guru harus memiliki sensivitas, artinya guru harus memiliki kepekaan menyikapi permasalahan yang sedang dihadapi oleh anak.
¨      Guru perlu memberikan saran dan nasehat, latihan, pengkondisian dan pemberian bimbingan.
¨      Apabila anak gagap yang disebabkan karena nervous, seorang guru jangan sekali-kali memberi tugas yang bersifat verbal pada anak apalagi dilakukan di depan teman-temannya, karena diduga akan menyebabkan ketegangan pada anak.
¨      Apabila anak gagap disebabkan karena disiplin orang tua yang terlalu ketat, sehingga anak takut untuk berbicara, sebaiknya guru harus memberikan kesempatan kepada anak untuk berbicara tanpa menekan dan dengan cara yang bijaksana, jangan  meroksi anak di depan teman-temannya, sebab hal ini akan merendahkan harga diri anak.
¨      Guru sebaiknya tetap mengucapkan kata-kata dengan benar supaya anak mengetahui mana ucapan yang benar dan mana ucapan yang salah, sehingga bila kelak ia telah mampu mengucapkan huruf tersebut ia tidak salah mengucapkannya.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Permasalahan anak TK yang telah ditemukan oleh guru melalui pengamatan sehari-hari, perlu dicatat secara cermat dan kontinue. Catatan-catatan ini sangat penting bagi kegiatan lebih lanjut, yaitu kegiatan membantu anak, agar bebas dari permasalahannya. Dapat dipastikan bahwa guru tudak mungkin bekerja sendiri mengatasi permasalahan anak, apalagi permasalahan yang dialami oleh anak TK yang masih sangat tinggi keterkaitannya pada orang tuanya, untuk itu guru perlu mengetahui cara menyampaikan permasalahan anak dengan tepat sesuai dengan saran dari pihak-pihak terkait. Penyampaian permasalahan terhadap anak tentu tidak sama penyampaiannya kepada orang tua. Demikian pula penyampaian permasalahan kepada pihak-pihak lain, akan lain pula sesuai dengan kebutuhan. Jadi jelas kiranya bahwa seorang guru TK perlu mengetahui dan terampil menggunakan berbagai alat komunikasi yang digunakan untk mengkomunikasikan permasalahan anak. Dalam hal permasalahan anak TK, guru tidak mungkin mengandalkan kegiatan penanganan masalah dari pihak anak saja, mengingat kemampuan berfikir dan berkomunikasinya masih sangat terbatas, oleh karena itu guru TK hendaknya sadar akan hal ini, dan mau membina kerja sama dengan orang lain yang dapat mempermudah penanganan masalah.
B.    Saran
Anak taman kanak-kanak biasanya memang masih ada yang belum sempurna artikulasinya. Jadi sebaiknya seorang guru dapat melatih anak mengucapkan kata-kata yang belum sempurna tersebut supaya pada proses belajar mengajar tidak terjadi hambatan komunikasi antara guru dengan anak dan antara anak dengan teman-temannya.
·         Bagi Guru
Guru TK adalah guru kelas, yang berarti semua urusan kelas diselesaikan oleh guru. Guru TK bertugas menyelenggarakan proses belajar mengajar. Ia juga harus menyelesaikan tugas administrasi. Masih ada tugas lain di luar kedua formal tadi, yaitu menata dan menjaga kebersihan kelas. Kalau dalam proses belajar mengajar terdapat masalah yang menyangkut anak, orang yang pertama yang mengetahui gejalanya adalah guru. Jadi jelaslah bagi kita bahwa guru merupakan pihak yang paling awal dalam mengetahui permasalahan anak.
·         Bagi Orang Tua
Orang tua harus mau melakukan sesuatu yang telah disarankan oleh guru dalam rangka memperlancar penanganan masalah yang dialami anaknya. Ada kegiatan-kegiatan tertentu yang harus dikerjakan di rumah, sehingga keterlibatan orang tua dan anggota keluarga lainnya diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA

-          Dahar, R. Wilis, 1989, Teori-Teori Belajar, Erlangga, Jakarta.
-          Djali, M. As’ad, 1986, Teknik-teknik Bimbingan dan Penyuluhan, Bina Ilmu, Surabaya.
-          Gunarsa, Y, Singgih, 1990, Psikologi Anak Bermasalah, PT. BPK Gunung Mulya, Yogyakarta.
-          Simanjuntak, B dan Pasaribu I.L, 1984, Pengantar Psikologi Perkembangan, Penerbit Tarsito, Bandung.
-          Suleiman, A. Hamzah, 1985, Media Audio Visual, Gramedia, Jakarta.
-          Soepartinah, 1985, Anak dan Perkembangannya, Gramedia, Jakarta.
-          Makmur, A. Syamsudin, 1983, Psikologi Kependidikan, Pustaka Martiana Bandung

DMC