CONTOH MAKALAH ANAK USIA DINI | definisi perkembangan dan pertumbuhan| ciri-ciri perkembangan AUD| prinsip-prinsip perkembangan AUD|pengertian dari permasalahan anak berkesulitan belajar

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden years) yang merupakan masa dimana anak mulai peka dan sensitif untuk menerima berbagai rangsangan. Masa peka pada masing-masing anak berbeda, seiring dengan laju pertumbuhan dan perkembangan anak secara individual. Masa peka adalah masa terjadinya kematangan fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini juga merupakan masa peletak dasar untuk mengembangkan kemampuan kognitif, motorik, bahasa, sosio emosional, agama dan moral.
Perkembangan anak usia dini adalah masa-masa kritis yang menjadi fondasi bagi anak untuk menjalani kehidupannya di masa yang akan datang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian dari potensi kecerdasan manusia berkembang dengan pesat pada usia dini.
Perkembangan anak pada masa-masa tersebut memberikan dampak terhadap kemampuan intelektual, karakter personal dan kemampuannya bersosialisasi dengan lingkungan. Kesalahan penanganan pada masa perkembangan anak usia dini akan menghambat perkembangan anak yang seharusnya optimal dari segi fisik maupun psikologi.
Perkembangan anak lebih merujuk pada parameter kualitatif. Sedangkan pertumbuhan anak, kebih bersifat kuantitatif. Dengan demikian, yang dimaksud dengan perkembangan anak usia dini adalah kemajuan kualitas fungsi fisik, psikologi maupun sinergi dari keduanya.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa definisi perkembangan dan pertumbuhan ?
2. Apa saja ciri-ciri perkembangan AUD ?
3. Apa prinsip-prinsip perkembangan AUD ?
4. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan AUD ?
5. Apa aspek-aspek perkembangan AUD?
6. Apa tugas perkembangan AUD ?
7. Apa pengertian dari permasalahan anak berkesulitan belajar ?
8. Apa saja ciri-ciri kesulitan belajar pada AUD ?
9. Apa jenis-jenis permasalahan kesulitan belajar AUD ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi perkembangan dan pertumbuhan
2. Untuk mengetahui saja ciri-ciri perkembangan AUD
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip perkembangan AUD
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan AUD
5. Untuk mengetahui aspek-aspek perkembangan AUD
6. Untuk mengetahui tugas perkembangan AUD
7. Untuk mengetahui pengertian dari permasalahan kesulitan belajar AUD
8. Untuk mengetahui ciri-ciri AUD berkesulitan belajar
9. Untuk mengetahui jenis-jenis kesulitan belajar pada AUD



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua kata yang berbeda, namun tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pertumbuhan (growth) merupakan semua hal yang berkaitan dengan perubahan ukuran organisme dan dapat dengan sangat mudah diamati, seperti perubahan fisik, peningkatan jumlah sel, ukuran, kuantitatif, tinggi badan, berat badan, dll.
Sedangkan perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diprediksi, sebagai hasil dari proses pematangan. Seperti halnya perjalanan menjadi dewasa. Perkembangan ini sanngan bersifat kualitatif, sistematis dan berkesinambungan. Oleh karena itulah, hal ini membutuhkan waktu yang sangat lama. Perkembangan ini menyangkut adanya proses deferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.
2.2 Ciri-ciri Perkembangan
Ciri-ciri perkembangan individu dapat diperhatikan di bawah ini :
1) Seumur hidup (life-long), artinya tidak ada periode usia yang mendominasi perkembangan individu
2) Multidimentional, artinya terdiri atas biologis, kognitif dan sosial.
3) Multidirectional, artinya beberapa komponen dari suatu dimensi dapat meningkat dalam pertumbuhan, sementara komponen lain menurun. Misalnya, orang dewasa dapat semakin arif tetapi kecepatan memproses informasi lebih buruk.
4) Lentur (plastis), artinya bergantung pada kondisi kehidupan individu
2.3 Prinsip-prinsip Perkembangan
Prinsip perkembangan peserta didik sebagai berikut :
1) Proses perkembangan setiap individu prinsipnya tidak pernah berhenti. Artinya perkembangannya terus-menerus atau berubah-ubah yang dipengaruhi oleh pengalaman dan belajar sepanjang hayat dari semenjak masa konsepsi sampai pada masa kematangan individu.
2) Proses perkembangan setiap individu prinsipnya saling mempengaruhi. Artinya, perkembangan individu saling mempengaruhi atau ada korelasi antara fisik, emosi, intelegensi dan sosial. Dengan demikian prosenya tidak berdiri sendiri.
3) Proses perkembangan setiap individu prinsipnya mengikuti pola atau arah tertentu. Artinya, setiap tahap perkembangan sebelumnya akan menjadi dasar perkembangan selanjutnya. Dengan kata lain, perkembangan individu sebelumnya merupakan prasarat untuk menghadapi perkembangan selanjutnya.
4) Proses perkembangan setiap individu prinsipnya terjadi padatempo yang berlainan. Artinya, perkembangan individu tidak ada yang sama. Ada yang perkembangannya lambat, sedang dan cepat.
5) Proses perkembangan setiap individu prinsipnya harus berjalan dengan normal, yaitu dimulai dari tahap bayi, kanak-kanak, anak, remaja, dewasa dan masa tua.
6) Proses perkembangan setiap individu prinsipnya memiliki ciri khas. Artinya, setiap fase perkembangannya memiliki ciri khas. Misalnya anak usia dua tahun memusatkan untuk mengenali lingkungan dan menguasai gerak fisik serta belajar berbicara.

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan

Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya mutu hasil perkembangan pada dasarnya terdiri atas dua macam, yaitu :
1) Faktor intern, yaitu faktor yang ada dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi pembawaan dan potensi psikologis tertentu yang turut mengembangkan dirinya sendiri. Yang termasuk dalam faktor intern antara lain :
a. Gen
b. Hormon
c. Bakat
d. Intelegensi
e. Spirit
f. Emosi atau perasaan
2) Faktor eksternal, yaitu hal-hal yang datang atau ada diluar diri siswa yang meliputi lingkungan dan pengalaman berinteraksi siswa tersebut dengan lingkungannya. Yang termasuk ke dalam faktor eksternal antara lain :
a. Makanan
b. Asupan gizi
c. Pola asuh
d. Perhatian atau kasih sayang
e. Perekonomian keluarga
f. Lingkungan sekitar
g. Teman pergaulan
h. Pendidikan di sekolah

2.5 Aspek aspek Perkembangan Anak Usia Dini

A. Aspek Perkembangan Kognitif

Tahapan Perkembangan Kognitif sesuai dengan teori Piaget adalah:
1. Tahap sensorimotor, usia 0 – 2 tahun. Pada masa ini kemampuan anak terbatas pada gerak-gerak refleks, bahas awal, waktu sekarang dan ruang yang dekat saja
2. Tahap pra-operasional, usia 2 – 7 tahun. Masa ini kemampuan menerima rangsangan yang terbatas. Anak mulai berkembang kemampuan bahasanya, walaupun pemikirannya masih statis dan belum dapat berpikir abstrak, persepsi waktu dan tempat masih terbatas
3. Tahap konkret operasional, 7 – 11 tahun.
Pada tahap ini anak sudah mampu menyelesaikan tugas-tugas menggabungkan, memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat dan membagi
4. Tahap formal operasional, usia 11 – 15 tahun. Pada masa ini, anak sudah mampu berfikir tingkat tinggi, mampu berfikir abstrak.

B. Aspek Perkembangan Fisik-Motorik

Perkembangan motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot terkoordinasi (Hurlock: 1998). Keterampilan motorik anak terdiri atas keterampilan motorik kasar dan keterampilan motorik halus. Keterampilan motorik anak usia 4-5 tahun lebih banyak berkembang pada motorik kasar, setelah usia 5 tahun baru.terjadi perkembangan motorik halus.
Pada usia 4 tahun anak-anak masih suka jenis gerakan sederhana seperti berjingkrak-jingkrak, melompat, dan berlari kesana kemari, hanya demi kegiatan itu sendiri tapi mereka sudah berani mengambil resiko. Walaupun mereka sudah dapat memanjat tangga dengan satu kaki pada setiap tiang anak tangga untuk beberapa lama, mereka baru saja mulai dapat turun dengan cara yang sama.
Pada usia 5 tahun, anak-anak bahkan lebih berani mengambil resiko dibandingkan ketika mereka berusia 4 tahun. Mereka lebih percaya diri melakukan ketangkasan yang mengerikan seperti memanjat suatu obyek, berlari kencang dan suka berlomba dengan teman sebayanya bahkan orangtuanya (Santrock,1995: 225)

C. Aspek Perkembangan Bahasa

Hart & Risley (Morrow, 1993) mengatakan umur 2 tahun, anak-anak memproduksi rata-rata dari 338 ucapan yang dapat dimengerti dalam setiap jam, cakupan lebih luas adalah antara rentangan 42 sampai 672. 2 tahun lebih tua anak-anak dapat mengunakan kira-kira 134 kata-kata pada jam yang berbeda, dengan rentangan 18 untuk 286.
Membaca dan menulis merupakan bagian dari belajar bahasa. Untuk bisa membaca dan menulis, anak perlu mengenal beberapa kata dan beranjak memahami kalimat. Dengan membaca anak juga semakin banyak menambah kosakata. Anak dapat belajar bahasa melalaui membaca buku cerita dengan nyaring. Hal ini dilakukan untuk mengajarkan anak tentang bunyi bahasa.

 D. Aspek Perkembangan Sosio-Emosional

Masa TK merupakan masa kanak-kanak awal. Pola perilaku sosial yang terlihat pada masa kanak-kanak awal, seperti yang diungkap oleh Hurlock (1998:252) yaitu: kerjasama, persaingan, kemurahan hati, hasrat akan penerimaan sosial, simpati, empat, ketergantungan, sikap ramah, sikap tidak mementingkan diri sendiri, meniru, perilaku kelekatan.
Erik Erikson (1950) dalam Papalia dan Old, 2008:370 seorang ahli psikoanalisis mengidentifikasi perkembangan sosial anak:
a. Tahap 1: Basic Trust vs Mistrust (percaya vs curiga), usia 0-2 tahun.Dalam tahap ini bila dalam merespon rangsangan, anak mendapat pengalaman yang menyenamgkan akan tumbuh rasa percaya diri, sebaliknya pengalaman yang kurang menyenangkan akan menimbulkan rasa curiga
b. Tahap 2 : Autonomy vs Shame & Doubt (mandiri vs ragu), usia 2-3 tahun. Anak sudah mampu menguasai kegiatan meregang atau melemaskan seluruh otot-otot tubuhnya. Anak pada masa ini bila sudah merasa mampu menguasai anggota tubuhnya dapat meimbulkan rasa otonomi, sebaliknya bila lingkungan tidak memberi kepercayaan atau terlalu banyak bertindak untuk anak akan menimbulkan rasa malu dan ragu-ragu
c. Tahap 3 : Initiative vs Guilt (berinisiatif vs bersalah), usia 4-5 tahun. Pada masa ini anak dapat menunjukkan sikap mulai lepas dari ikatan orang tua, anak dapat bergerak bebas dan ber interaksi dengan lingkungannya. Kondisi lepas dari orang tua menimbulkan rasa untuk berinisiatif, sebaliknya dapat menimbulkan rasa bersalah
d. Tahap 4 : industry vs inferiority (percaya diri vs rasa rendah diri), usia 6 tahun – pubertas. Anak telah dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan untuk menyiapkan diri memasuki masa dewasa. Perlu memiliki suatu keterampilan tertentu. Bila anak mampu menguasai suatu keterampilan tertentu dapat menimbulkan rasa berhasil, sebaliknya bila tidak menguasai, menimbulkan rasa rendah diri.

2. 6 Tugas atau Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Usia 4-6 Tahun

Tingkat pencapaian perkembangan adalah deskripsi tentang perkembangan yang berhasil dicapai anak pada suatu tahap tertentu. Perkembangan yang dicapai merupakan integrasi aspek fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosi, moral-agama dan kondisi kesehatan serta gizi anak.
Perkembangan anak berlangsung secara kontinum, tingkat perkembangan yang dicapai pada suatu tahap diharapkan meningkat secara kuantitatif maupun kualitatif pada tahap selanjutnya. Terdapat perbedaan individual dalam perkembangan, karena terdapat pengaruh beberapa faktor internal maupun eksternal sehingga setiap anak memiliki karakter yang unik meskipun tetap berdasarkan atas pola perkembangan umum. Untuk mencapai tingkat perkembangan yang optimal dibutuhkan keterlibatan orang dewasa untuk memberikan rangsangan atau stimulasi. Diperlukan rangsangan yang bersifat holistik yang meliputi pendidikan, psikososial, kesehatan, dan gizi yang diberikan secara konsisten dan berulang. Tingkat pencapaian perkembangan disusun berdasarkan kategori usia sebagai berikut :
Aspek Perkembangan Pencapaian Perkembangan
Usia 4-5 tahun Usia 5-6 tahun
Motorik Kasar 1. Menari menirukan gerakan-gerakan binatang, pohon tertiup angin, pesawat terbang, dsb
2. Melakukan gerakan menggantung (bergelayut)
1. Melakukan koordinasi gerakan kaki-tangan-kepala dalam menirukan tarian atau senam
2. Meniti balok titian
3. Terampil menggunakan tangan kanan dan kiri
4. Menyimpulkan tali sepatu
5. Menyikat gigi tanpa bantuan
Motorik Halus 1. Mengkoordinasikan jari-jari tangan dengan mata dalam melakukan gerakan yang lebih rumit secara baik
2. Memasang dan melepas kancing baju
3. Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni (menggambar, melukis, dll)
4. Membuat suatu bentuk dengan lilin/tanah liat (wax, clay)
1. Menggambar – menulis dengan rapi
2. Menggunting sesuai pola yang rumit
3. Menempel gambar dengan tepat
Kognitif 1. Mengklasifikasikan benda berdasarkan bentuk, warna dan ukuran
2. Menyebutkan beberapa angka dan huruf
3. Menggunakan benda-benda sebagai permainan simbolik (kursi sebagai mobil)
4. Mengenal sebab akibat tentang alam sekitar 5. Mengklasifikasikan benda berdasarkan fungsi (pisau untuk memotong, pensil untuk menulis)
6. Menunjukkan aktivitas yang bersifat eksploratif dan menyelidik
7. Mencari alternatif dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam suatu aktivitas
8. Menyusun perencanaan kegiatan yang akan dilakukan bersama teman-teman
9. Menunjukkan inisiatif dan kreativitas dalam memilih tema permainan
Bahasa 1. Mengutarakan sesuatu hal kepada orang lain
2. Menyatakan alasan terhadap sesuatu yang diinginkan atau ketidaksetujuan
3. Mengenal pembendaharaan kata mengenai kata sifat (nakal, pelit, baik hati, berani dll)
4. Menceritakan kembali cerita/ dongeng yang pernah didengar 5. Menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap (pokok kalimat-predikat- keterangan)
6. Terlibat dalam pemilihan dan memutuskan aktivitas yang akan dilakukan bersama temannya
7. Perbendaharaan kata lebih kaya dan lengkap untuk melakukan komunikasi verbal
Sosial- Emosional 1. Mampu berbagi, menolong dan membantu teman
2. Antusias dalam melakukan perlombaan
3. Menahan perasaan dan mengendalikan reaksi (sakit tetapi tidak menangis, marah tetapi tidak memukul)
4. Menaati aturan yang berlaku dalam suatu permainan 5. Bersikap kooperatif dengan teman
6. Menunjukkan sikap toleran
7. Mengekspresikan emosi dalam berbagai situasi (senang-gembira-antusias dsb.)
8. Memahami peraturan dan disiplin
9. Mengenal tata krama dan sopan santun sesuai dengan nilai sosial budaya setempat
Pemahaman Moral & Agama 1. Berdoa sebelum atau sesudah melakukan sesuatu
2. Mengenal perilaku baik dan buruk
3. Menangkap tema cerita mengenai perilaku baik dan/ atau buruk 4. Mengenal agama yang dianut
5. Menghormati agama orang lain
6. Mengenal ritual dan hari besar agama
7. Memahami perilaku utama (jujur, penolong, sopan, hormat, dsb.)

2.7 Pengertian Permasalahan Kesulitan Belajar Anak Usia Dini

Masalah gangguan belajar kerap kali dijumpai pada anak-anak. Masalah ini bisa timbul di sekolah maupun di luar sekolah. Anak yang mengalami gangguan belajar biasanya akan mengalami gangguan pemusatan perhatian (konsentrasi), gangguan daya ingat, gangguan membaca, menulis, berhitung dan lain-lain. Yang perlu kita ingat, bahwa anak-anak yang mengalami gangguan belajar bukanlah mengidap suatu penyakit, tetapi mereka hanya mengalami masalah pada proses pembelajarannya.
Dampak yang dialami oleh anak yang mengalami gangguan belajar bukan hanya pada proses tumbuh kembangnya, tetapi juga berdampak pada proses interaksi anak tersebut dengan lingkungannya. Terkadang bahkan keharmonisan keluarga juga dapat terganggu. Diantara kedua orang tua saling menyalahkan, merasa frustasi, marah, kecewa, putus asa, merasa bersalah atau menolak kejadian yang menimpa mereka.
Kesulitan belajar (Learning Difficulties=LD) adalah gangguan belajar pada anak yang ditandai dengan adanya kesenjangan antara taraf intelegensi dengan kemampuan akademik yang harus dicapai.
Disfungsi Minimum Otak (DMO) yang mereka miliki membuat sinyal-sinyal pada indera otaknya tumpang tindih atau terjadi gangguan pada system syaraf pusat otak (neurobiologist). Hal ini yang menimbulkan gangguan berbagai perkembangan misalnya gangguan berbicara, berbahasa dan kemampuan akademik.

2.8 Ciri-ciri Anak Berkesulitan Belajar

1. Terlambat bicara dibanding dengan anak seusianya
2. Memiliki kesulitan dalam mengucapkan beberapa kata
3. Dibandingkan anak seusianya, penguasaan jumlah katanya lebih sedikit (terbatas)
4. Sering tidak mampu menemukan kata yang sesuai untuk satu kalimat yang akan dikemukakan.
5. Sulit mempelajari dan mengenali angka, huruf dan nama-nama hari.
6. Sulit merangkai kata untuk menjadi sebuah kalimat.
7. Sering gelisah yang berlebihan.
8. Mudah terganggu konsentrasinya
9. Sulit berinteraksi dengan teman seusianya
10. Sulit mengikuti instruksi yang diberikan untuknya
11. Sulit mengikuti rutinitas tertentu
12. Menghindari tugas-tugas tertentu seperti menggunting dan menggambar.

2.9 Jenis-jenis Kesulitan Belajar

A. Gangguan Membaca (Disleksia)
Gangguan membaca (disleksia) adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada anak yang disebabkan oleh kesulitan dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis. Disleksia dapat terjadi karena adanya kondisi dari biokimia otak yang tidak stabil. Dalam beberapa kasus juga disebabkan karena faktor turunan dari orang tua.
Berikut ini adalah ciri-ciri disleksia yang mungkin dapat dikenali oleh orang tua atau guru :
a. Kesulitan mengenali huruf atau mengejanya
b. Kesulitan membuat pekerjaan tertulis secara terstruktur misalnya essay
c. Huruf tertukar-tukar, misal ’b’ tertukar ’d’, ’p’ tertukar ’q’, ’m’ tertukar ’w’, ’s’ tertukar ’z’
d. Membaca lambat lambat dan terputus putus dan tidak tepat
e. Daya ingat jangka pendek yang buruk
f. Kesulitan memahami kalimat yang dibaca ataupun yang didengar
g. Tulisan tangan yang buruk
h. Mengalami kesulitan mempelajari tulisan sambung
i. Ketika mendengarkan sesuatu, rentang perhatiannya pendek
j. Kesulitan dalam mengingat kata-kata
k. Kesulitan dalam diskriminasi visual
l. Kesulitan dalam persepsi spatial
m. Kesulitan mengingat nama-nama
n. Kesulitan atau lambat mengerjakan PR
o. Kesulitan memahami konsep waktu
p. Kesulitan membedakan huruf vokal dengan konsonan
q. Kebingungan atas konsep alfabet dan simbol
r. Kesulitan mengingat rutinitas aktivitas sehari-hari
s. Kesulitan membedakan kanan kiri.
B. Gangguan Menulis (Disgrafia)
Menurut National Joint Committee for Learning Disabilities (NJCLD), yang dimaksud dengan disgrafia adalah gangguan belajar yang terjadi karena anak kesulitan dalam mendengar, berbicara, menulis, menganalisis, dan memecahkan persoalan. Jadi anak tidak bisa menuliskan dan mengekspresikan pikirannya ke dalam bentuk tulisan.
Gangguan menulis (disgrafia) disebabkan oleh faktor neurologis, adanya gangguan pada otak bagian kiri depan yang berhubungan dengan kemampuan membaca dan menulis. Anak mengalami kesulitan dalam harmonisasi secara otomatis antara kemampuan mengingat dan menguasai gerakan otot menulis huruf dan angka.
Anak disgrafia tidak bisa menyusun huruf dan kata dengan baik. Mereka sulit mengkoordinasikan motorik halusnya (tangan) untuk menulis. Gejala ini mulai tampak ketika anak mulai belajar menulis. Anak disgrafia memiliki intelegensia normal, bahkan ada yang diatas rata-rata. Ia tidak mengalami gangguan motorik maupun visual, ia hanya mengalami kesulitan untuk menulis.
Berikut ini ciri-ciri yang bisa dikenali dari penderita disgrafia yaitu :
a. Terdapat ketidakkonsistenan bentuk huruf dalam tulisannya
b. Saat menulis, penggunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampur
c. Ukuran dan bentuk huruf dalam tulisannya tidak proporsional
d. Anak tampak harus berusaha keras saat mengkomunikasikan suatu ide, pengetahuan, atau pemahamannya lewat tulisan
e. Sulit memegang bolpoin maupun pensil dengan mantap. Caranya memegang alat tulis seringkali terlalu dekat bahkan hampir menempel dengan kertas
f. Berbicara pada diri sendiri ketika sedang menulis, atau malah terlalu memperhatikan tangan yang dipakai untuk menulis
g. Cara menulis tidak konsisten, tidak mengikuti alur garis yang tepat dan proporsional
h. Tetap mengalami kesulitan meskipun hanya diminta menyalin contoh tulisan yang sudah
C. Gangguan berhitung (Diskalkulia)
Diskalkulia adalah gangguan belajar yang berkaitan dengan kemampuan berhitung atau aritmatik. Anak-anak diskalkulia kesulitan untuk menyelesaikan soal-soal matematika dan sulit menangkap konsep dasar aritmatik.
Ciri-ciri anak diskalkulia adalah :
a. Sulit menentukan arah ke kiri atau ke kanan
b. Sulit membaca jam, menghitung uang kembalian atau uang yang harus dibayarkan saat belanja. Dampaknya anak tersebut jadi takut melakukan kegiatan apapun yang harus melibatkan uang
c. Sulit melakukan proses-proses matematis, seperti menjumlah, mengurangi, membagi, mengali, dan sulit memahami konsep hitungan angka atau urutan
d. Terkadang mengalami disorientasi, seperti disorientasi waktu dan arah. Si anak biasanya bingung saat ditanya jam berapa sekarang. Ia juga tidak mampu membaca dan memahami peta atau petunjuk arah
e. Mengalami hambatan dalam mempelajari musik, terutama karena sulit memahami notasi, urutan nada, dan sebagainya
f. Bisa juga mengalami kesulitan dalam aktivitas olahraga karena bingung mengikuti aturan main yang berhubungan sistem skor
g. Sulit membedakan tanda-tanda: +, -, x, :, >, <, =
h. Sering salah membedakan angka 9 dengan 6, 17 dengan 71, 2 dengan 5, 3 dengan 8, dan sebagainya
i. Sulit membedakan bangun-bangun geometri (bangun ruang)


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setiap organisme, baik manusia maupun hewan, pasti mengalami peristiwa perkembangan selama hidupnya. Perkembangan ini meliputi seluruh bagian dengan keadaan yang dimiliki oleh organisme tersebut, baik yang bersifat konkret maupun yang bersifat abstrak. Jadi, arti peristiwa perkembangan itu khususnya perkembangan manusia tidak hanya tertuju pada aspek psikologis saja, tetapi juga aspek biologis.
Perkembangan merupakan serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman dan terdiri atas serangkaian perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif ( E.B. Harlock ). Dimaksudkan bahwa perkembangan merupakan proses perubahan individu yang terjadi dari kematangan (kemampuan seseorang sesuai usia normal) dan pengalaman yang merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan sekitar yang menyebabkan perubahan kualitatif dan kuantitatif ( dapat diukur) yang menyebabkan perubahan pada diri individu tersebut.
Perkembangan anak berlangsung secara kontinum, tingkat perkembangan yang dicapai pada suatu tahap diharapkan meningkat secara kuantitatif maupun kualitatif pada tahap selanjutnya. Terdapat perbedaan individual dalam perkembangan, karena terdapat pengaruh beberapa faktor internal maupun eksternal sehingga setiap anak memiliki karakter yang unik meskipun tetap berdasarkan atas pola perkembangan umum. Untuk mencapai tingkat perkembangan yang optimal dibutuhkan keterlibatan orang dewasa untuk memberikan rangsangan atau stimulasi. Diperlukan rangsangan yang bersifat holistik yang meliputi pendidikan, psikososial, kesehatan, dan gizi yang diberikan secara konsisten dan berulang.
3.2 Saran
Sebagai seorang pendidik, selain memberikan rangsangan kepada peserta didik untuk mengembangkan keterampilan dan keilmuan anak didik, kita juga sebaiknya memperhatikan tingkat atau tahapan-tahapan perkembangan anak. Dari uraian di atas, maka penulis dalam hal ini mengajukan beberapa saran antara lain.
Perlu adanya pengembangan yang lebih optimal terhadap pendidikan anak usia dini, baik yang dilakukan oleh pemerintah, keluarga maupun masyarakat. Masa prasekolah yang disebut dengan masa keemasan perkembangan intelektual seharusnya dijadikan dasar bagi upaya meningkatkan kemajuan pendidikan di Indonesia.


DAFTAR PUSTAKA
Busthomi, M Yazid. (2012).Panduan Lengkap PAUD Melejitkan Potensi dan Kecerdasan Anak Usia Dini. Jakarta : Citra Publishing

Sutirna. (2013). Perkembangan dan Pertumbuhan Peserta Didik. Yogyakarta : Penerbit Andi
http://indrasaripaud.blogspot.com/2013/06/aspek-aspek-perkembangan-anak-usia-dini.html
http://andika752.blogspot.com/p/materi.html
http://belajarpsikologi.com/aspek-aspek-perkembangan-anak-usia-dini/
http://nagaripetualang.wordpress.com/2011/10/09/standar-tingkat-pencapaian-perkembangan-pendidikan-anak-usia-dini-indonesia/
http://harto1988.blogspot.com
http://leoniya.wordpress.com/2014/02/02/kesulitan-belajar-pada-anak-tk-learning-difficulties-kindergarten-children/co

DMC