BAB 1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Salah satu cara anak mendapatkan informasi adalah melalui bermain. Bermain memberikan motivasi instrinsik pada anak yang dimunculkan melalui emosi positif. Emosi positif yang terlihat dari rasa ingin tahu anak meningkatkan motivasi instrinsik anak untuk belajar. Hal ini ditunjukkan dengan perhatian anak terhadap tugas. Emosi negative seperti rasa takut, intimidasi dan stress, secara umum merusak motivasi anak untuk belajar. Rasa ingin tahu yang besar, mampu berpikir fleksibel dan kreatif merupakan indikasi umum anak sudah memiliki keinginan untuk belajar. Secara tidak langsung bermain sangat berpengaruh terhadap keberhasilan anak untuk belajar dan mencapai sukses. Hal ini sesuai dengan teori bermain yang dikemukakan oleh James Sully, bahwa bermain berkait erat dengan rasa senang pada saat melakukan kegiatan (Mayke S Tedjasaputra; 2001)
Aktifitas bermain yang belajar memberikan jalan majemuk pada anak untuk melatih dan belajar berbagai macam keahlian dan konsep yang berbeda. Anak merasa mampu dan sukses jika anak aktif dan mampu melakukan suatu kegiatan yang menantang dan kompleks yang belum pernah ia dapatkan sebelumnya. Oleh karena itu pendidik seharusnya memberikan materi yang sesaui, lingkungan belajar yang kondusif, tantangan, dan memberikan masukan pada anak untuk menuntun anak dalam menerapkan teori dan melakukan teori tersebut dalam kegiatan praktek.
Bermain dan anak merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Aktivitas bermain dilakukan anak dan aktivitas anak selalu menunjukkan kegiatan bermain. Bermain dan anak sangat erat kaitannya. Oleh karena itu, salah satu prinsip pembelajaran di pendidikan anak usia dini adalah bermain dan belajar.
Permainan (play) adalah suatu kegiatan yang menyenangkan yang dilaksanakan untuk kepentingan kegiatan itu sendiri ( Santrock, 2002). Erikson dan Freud : Permainan adalah suatu bentuk penyesuaian diri manusia yang sangat berguna menolong anak menguasai kecemasan dan konflik. Piaget melihat permainan sebagai suatu metode yang meningkatkan perkembangan kognitif anak-anak
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Definisi dan Kosep Dasar Konseling Bermain?
2. Apa saja Pokok-pokok Teori yang ada dalam Konseling Bermain?
3. Apa saja Tujuan Konseling Bermain?
4. Apa saja Jenis-jenis Permainan?
5. Apa saja Fungsi Bermain?
6. Bagaimana Teknik dan Proses Konseling Bermain?
1.3 TUJUAN MASALAH
1. Untuk Mengetahui Definisi dan Kosep Dasar Konseling Bermain?
2. Untuk Mengetahui Pokok-pokok Teori yang ada dalam Konseling Bermain?
3. Untuk Mengetahui Tujuan Konseling Bermain?
4. Untuk Mengetahui Jenis-jenis Permainan?
5. Untuk Mengetahui Fungsi bermain?
6. Untuk Mengetahui Teknik dan proses Konseling Bermain?
BAB II
PEMBAHASAN
II. 1 DEFINISI DAN KONSEP KONSELING BERMAIN/TERAPI BERMAIN
PEMBAHASAN
II. 1 DEFINISI DAN KONSEP KONSELING BERMAIN/TERAPI BERMAIN
Dalam melakukan komunikasi dengan anak, kita seringkali kesulitan. Hal ini disebabkan anak tidak memiliki kemampuan yang cukup dalam menjelaskan permasalahannya. Seringnya, anak justru akan terlihat ketakutan atau memperlihatkan penolakan jika orang dewasa mendekatinya dengan menggunakan bahasa verbal.
Salah satu waktu anak bisa berekspresi adalah saat mereka bermain. Sebagaiman diungkap oleh Muro & Kottman (1995) bahwa bermain merupakan bentuk self expression bawaan anak. Bermain terjadi secara alamiah pada anak dan merupakan suatu ekspresi spontan dari emosi dan pikiran-pikirannya. Konselor tentu harus memanfaatkan situasi ini untuk mengeksplor emosi dan pikiran anak.
Freud memandang bermain ekuivalen dengan bahasa orang dewasa. Sementara M. Klein (Muro & Kottman,1995) memandang lain. Dia berpendapat bahwa aktivitas bermain dapat diinterpretasi langsung oleh konselor secara bebas (free association).
Permainan anak berkembang sesuai dengan usianya. Misalnya bermain dengan aspek sensory motor merupakan dua jenis bermain yang dilakukan oleh anak pada usia tiga tahun pertama ; sedangkan bermain simbolik mencapai puncaknya pada usia empat dan lima tahun yang kemudian diikuti dengan semakin meningkatnya aktivitas permainan dengan aturan bermain konstruktif. Kecenderungan-kecenderungan perkembangan bermain tersebut memberikan suatu indikasi tentang bahan, program, dan aktivitas bermain yang perlu disediakan bagi keperluan pendidikan dan bimbingan konseling anak.
Play therapy , suatu teknik terapi yang dilakukan untuk menghadapi konseli, utamanya yang mengalami gangguan mental seperti phobia, anxiety, trauma, underconvidence, child abuse, alcoholics & addicts, child victims of incest, allergies,stutering
Terapi permainan merupakan terapi kejiwaan namun dalam pelaksanaannya faktor ekspresi-gerak menjadi titik tumpuan bagi analisa terapeutic dengan medianya adalah bentuk-bentuk permainan yang dapat menimbulkan kesenangan, kenikmatan dan tidak ada unsur paksaan serta menimbulkan motivasi dalam diri sendiri yang bersifat spontanitas, sukarela dan mempunyai pola atau aturan yang tidak mengikat.
Pengertian Terapi Bermain secara umum:
Teknik penyembuhan terhadap anak berkebutuhan khusus, dengan menggunakan media berbagai macam bentuk permainan, baik tanpa maupun memakai alat yang tidak membahayakan dirinya, dan dapat dilaksanakan di alam terbuka sepanjang membantu program pembelajaran.
Semula terapi bermain diterapkan berdasarkan ajaran dan pola kerja dari sigmund freud dengan titik tolaknya pada analisa kejiwaan sebagai alat untuk kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan kemampuan : berbicara, rasa interest, kebenaran mengungkapkan “perasaan diri”.
Terapi bermain berkembang menjadi suatu terapi yang menitik beratkan pada gerak seseorang (psychomotor performance) dengan alatnya berbagai bentuk permainan. Bentuk permainan ini pun diharapkan dapat memacu anak yang bersangkutan dapat melakukan kegiatan sehari-hari. Misalnya : kegiatan toilet training.
II. 2 POKOK-POKOK TEORI
· BERMAIN HARUS SESUAI DENGAN TAHAPAN USIA ANAK
Pendidik seharusnya memiliki pemahaman dan pengetahuan tentang bermain agar dapat mendukung dan menetapkan kegiatan bermain yang cocok untuk anak. Anak dengan tingkat usia yang berbeda memiliki minat bermain yang berbeda. Tahapan tersebut dapat diprediksi karena telah dilakukan penelitian yang panjang pada setiap tahapan usia anak. Tahapan tersebut secara umum dijabarkan sebagai berikut ;
1. Bayi – Toddler
Bermain lebih fokus pada keterampilan motorik, pemaksimalan panca indera, kegiatan eksplorasi objek, banyak melakukan gerakan sederhana, gerakan dilakukan tidak bertujuan dan dilakukan berulang-ulang, tidak/belum ada komunikasi, melakukan aktivitas yang sama namun tidak berhubungan dgn anak lain, konsentrasi bermain hanya dengan mainannya sendiri, dan belum mengenal konsep peraturan.
2. Anak-anak awal – akhir
Pada usia ini anak sudah mulai menunjukkan minat untuk bermain dengan anak lain, sering saling bertukar mainan, sama-sama belajar dengan anak lain untuk membuat peraturan dan bermain dengan peraturan, belajar untuk bekerja sama dalam satu aktivitas, sudah mampu membangun dan menciptakan sesuatu dengan benda, tujuan bermain adalah untuk memperoleh kepuasan pribadi, jika melakukan kegiatan bermain sambil bertanding, anak belum ada keinginan untuk menang, dan anak belajar untuk berhitung, membaca, menulis (kemampuan dasar akademik).
3. Sekolah dasar
Pada tahap bermain ini, anak sangat tertarik untuk melakukan kegiatan eksplorasi dan menciptakan mainannya sendiri (berkreasi), mulai menyukai kegiatan bermain yang menggunakan angka dan kode-kode rahasia, mulai menunjukkan siapa dirinya, keahliannya, talenta dan kemampuannya, sudah mulai memahami makna kata, huruf dan angka, sudah mampu membangun konsep kerjasama dan sudah mengenal rasa bersaing.
4. Memasuki remaja awal
Tahapan bermain memasuki remaja awal yaitu banyak bermain dengan permainan teratur dan terstruktur, bermain dengan peraturan (sport), memiliki motivaasi bermain untuk memperoleh kemenangan (menang berarti mampu mengikuti peraturan), kegiatan terfokus/minat pada kelompok, dan anak belajar untuk memahami lingkungan social
· .SASARAN TERAPI BERMAIN
o Anak gangguan mental dengan penyerta gangguan psikis, sosial emosi dan komunikasi, sasaran pada mental, psikologi, sosial emosional dan komunikasinya.
o Anak berkesulitan belajar dengan gangguan penyerta psikologis, sosial emosional, gerak kurang koordinasi, tremor, kelayuhan atau kaku.
o Anak gangguan perilaku atau emosi
o Anak gangguan bahasa penyertanya psikis, sosial emosional dan ada kalanya terbelakang mental.
o Anak gangguan pendengaran penyertanya berbahasa atau bicara, psikis, sosial emosional, dan terkadang mental.
o Anak gangguan penglihatan penyerta psikis dan sosial emosional.
o Anak gangguan fisik dan kesehatan penyertanya psikis, sosial emosional.
o Anak cacat ganda penyerta majemuk seperti sensorik, psikis, sosial emosional, komunikasi dan kadang penyimpangan perilaku.
o Anak dengan kecerdasan luar biasa atau berbakat, efeknya psikologis dan sosial emosional.
II. 3 IMLPMENTASI
· TUJUAN KONSELING BERMAIN
Pada dasarnya konseling bermain memiliki tujuan yang sama dengan konseling pada umumnya, yakni membantu anak untuk belajar tentang diri dan lingkungannya sehingga ia mampu mengambil keputusan dan upaya-upaya yang tepat sesuai dengan permasalahan yang dihadapi atau kebutuhan perkembangannya.
Landreth mengemukakan bahwa dalam proses konseling bermain, konselor hendaknya menyelesaikan sasaran-sasaran berikut :
Membangun suasana yang aman bagi anak dengan merespon anak dengan baik
Memahami dan menerima pandangan anak tentang lingkungannya dengan menunjukkan perhatian yang tepat
Mendorong anak untuk mengekspresikan emosinya tanpa judgement
Mendorong anak untuk bertanggung jawab dan membuat keputusan sendiri dalam permainannya
Menyedikan peluang kepada anak untuk mengembangkan kemampuan pengendalian diri dan menghadapi peristiwa yang mungkin akan dihadapinya
Memverbalisasikan pengalaman dan pengamatan konselor tentang perasaan dan tindakan anak.
· TUJUAN TERAPI BERMAIN
Untuk menunjang :
Keterampilan mengurus diri sendiri (Self help skills)
Kemampuan untuk melakukan kegiatan tertentu (psycho-motor performance)
Penyesuaian diri terhadap lingkungannya (social adaptation)
Keterampilan diri bagi kesiapan kerja di masyarakat (prevocational skills)
Untuk Mengembangkan Aspek:
1. Fisik meliputi perkembangan kekuatan organ tubuh, peningkatan ketahanan otot-otot dan organ tubuh, pencegahan dan perbaikan sikap tubuh yang kurang baik.
2. Intelektual meliputi kemampuan berkomunikasi, menghitung angka dalam suatu permainan sehingga dapat dikatakan menang atau kalah dll.
3. Emosi : penerimaan atas pimpinan orang lain, bagaimana ia memimpin dll.
4. Sosialisasi : bagaimana dapat bermain bersama, meningkatkan hubungan yang sehat dalam kelompok.
· JENIS-JENIS PERMAINAN
1. Permainan Sensorimotor ( Praktis )
Menggunakan semua indera dengan menyentuh, mengeksplorasi benda, berlari, melompat, meluncur, berputar,melempar bola
2. Permainan Sombolis ( Pura-pura )
Terjadi ketika anak mentransformasikan lingkungan fisik ke suatu simbol, sehingga bersifat dramatis dan sosiodramatis.Dalam permainan pretend, ada 3 hal yang biasa terjadi : alat-alat, alur cerita dan peran.
3. Permainan Sosial
Adalah permainan yang melibatkan interaksi sosial dengan teman sebaya.
4. Permainan Konstruktif
Mengombinasikan kegiatan sensorimotor yang berulang dengan representasi gagasan simbolis. Permainan Konstrukstif terjadi ketika anak-anak melibatkan diri dalam suatu kreasi atau konstruksi suatu produk atau suatu pemecahan masalah ciptaan sendiri.
5. Games
Adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kenikmatan dan menyenangkan yang melibatkan aturan dan seringkali kompetisi dengan satu anak atau lebih.
· FUNGSI BERMAIN
1. BERMAIN DAN KEMAMPUAN INTELEKTUAL
a. Merangsang perkembangan kognitif
Dengan permainan sensorimotor, anak akan mengenal permukaan lembut, halus, kasar atau kaku, sehingga meningkatkan kemampuan abstraksi (imajinasi, fantasi)dan mengenal konstruksi, besar-kecil, atas-bawah, penuh-kosong. Melalui permainan dapat menghargai aturan, keteraturan dan logika.
b. Membangun struktur kognitif
Melalui permainan, anak akan memperoleh informasi lebih banyak sehingga pengetahuan dan pemahamannya lebih kaya dan lebih mendalam. Bila informasi baru ini ternyata beda dengan yang selama ini diketahuinya, anak mendapat pengetahuan yang baru. Dengan permainan struktur kognitif anak lebih dalam, lebih kaya dan lebih sempurna
c. Membangun kemampuan kognitif
Kemampuan kognitif mencakup kemampuan mengidentifikasi, mengelompokan, mengurutkan, mengamati, meramal, menentukan hubungan sebab-akibat, menarik kesimpulan.
Permainan akan mengasah kepekaan anak akan keteraturan, urutan dan waktu juga meningkatkan kemampuan logika.
d. Belajar Memecahkan Masalah
Permainan memungkinkan anak bertahan lama menghadapi kesulitan sebelum persoalan yang ia hadapi dipecahkan. Proses pemecahan masalah ini mencakup imajinasi aktif anak-anak yang akan mencegah kebosanan.
e. Mengembangkan rentang konsentrasi
Apabila tidak ada konsentrasi atau rentang perhatian yang lama, seorang anak tidak mungkin dapat bertahan lama bermain (pura-pura menjadi dokter,ayah-ibu,guru). Ada yang dekat antara imajinasi dan kemampuan konsentrasi. Imajinasi membantu meningkatkan kemampuan konsentrasi. Anak tidak imajinatif memiliki rentang perhatian (konsentrasinya) pendek dan memiliki kemungkinan besar untuk berperilaku lain dan mengacau.
2. BERMAIN DAN PERKEMBANGAN BAHASA
Bermain merupakan “laboratorium bahasa” buat anak-anak. Di dalam bermain, anak-anak bercakap-cakap dengan teman yang lain, berargumentasi, menjelaskan dan meyakinkan kosakata yang dikuasai anak-anak dapat meningkat karena mereka menemukan kata-kata baru
3. BERMAIN DAN PERKEMBANGAN SOSIAL
a. Meningkatkan sikap social
Ketika bermain, anak-anak harus memperhatikan cara pandang lawan bermainnya, dengan demikian akan mengurangi egosentrisnya. Dalam permainan itu pula anak-anak dapat mengetahui bagaimana bersaing dengan jujur, sportif, tahu akan hak dan peduli akan hak orang lain. Anak juga dapat belajar bagaimana sebuah tim dan semangat tim.
b. Belajar berkomunikasi
Agar dapat melakukan permainan, seorang anak harus mengerti dan dimengerti oleh teman-temannya, karena permainan, anak-anak dapat belajar bagaimana mengungkapkan pendapatnya, juga mendengarkan pendapat orang lain.
c. Belajar Berorganisasi
Permainan seringkali menghendaki adanya peran yang berbeda, olah karena itu dalam permainan, anak-anak dapat belajar berorganisasi sehubungan dengan penentuan ‘siapa’ yang akan menjadi ‘apa’. Dengan permainan, anak-anak dapat belajar bagaimana membuat peran yang harmonis dan melakukan kompromi
4. BERMAIN DAN PERKEMBANGAN EMOSI
Bermain merupakan pelampiasan emosi dan juga relaksasi. Fungsi bermain untuk perkembangan emosi :
1. Kestabilan emosi
Ada tawa, senyum dan ekspresi kegembiraan lain dalam bermain.
Kegembiraan yang dirasakan bersama mengarah pada kestabilan emosi anak.
2. Rasa kompetensi dan percaya diri
Bermain menyediakan kesempatan pada anak-anak mengatasi situasi.
Kemampuan ini akan membentuk rasa kompeten dan berhasil. Perasaan mampu ini pula dapat mengembangkan percaya diri anak-anak. Selain itu, anak-anak dapat membandingkan kemampuan pribadinya dengan temannya sehingga dia dapat memandang dirinya lebih wajar (mengembangkan konsep diri yang realistis)
3. Menyalurkan keinginan
Didalam bermain, anak-anak dapat menentukan pilihan, ingin menjadi apa dia. Bisa saja ia ingin menjadi ‘ikan’, bisa juga menjadi ‘komandan’ atau menjadi ‘pasukan perang’nya atau menjadi seorang putri.
4. Menetralisir emosi negative
Bermain menjadi “katup” pelepasan emosi negatif, misalnya rasa takut, marah, cemas dan memberi kesempatan untuk menguasai pengalaman traumatik.
5. Mengatasi konflik
Di dalam bermain, sangat mungkin akan timbul konflik antar anak dengan lainnya, karena itu anak-anak bisa belajar alternatif untuk menyikapi atau menangani konflik yang ada.
6. Menyalurkan agresivitas secara aman
Bermain memberikan kesemapatan bagi anak-anak untuk menyalurkan agresivitasnya secara aman. Dengan menjadi ‘raja’ misalnya, anak dapat merasa ‘mempunyai kekuasaan’ dengan demikian anak-anak dapat mengekspresikan emosinya secara intens yang mungkin ada tanpa merugikan siapapun
5. BERMAIN DAN PERKEMBANGAN FISIK
a. Mengembangkan kepekaan penginderaan
Dengan bermain, anak-anak dapat mengenal berbagai tekstur : halus, kasar, lembut; mengenal bau; mengenal rasa; mengenal warna
b. Mengembangkan ketrampilan motorik
Dengan bermain seorang anak dapat mengembangkan kemampuan motorik, seperti berjalan, berlari, melompat, bergoyang mengangkat, menjinjing, melempar, menangkap, memanjat, berayun dan menyeimbangkan diri. Selain itu, anak dapat belajar merangkai, menyusun, menumpuk, mewarnai dan menggambar
c. Menyalurkan energi fisik yang terpendam
Bermain dapat menyalurkan energi berlebih yang ada diantara anak-anak, mis : kejar-kejaran. Energi berlebih yang tidak disalurkan dapat membuat anak-anak tegang, gelisah dan mudah tersinggung.
6. BERMAIN DAN KREATIVITAS
Dalam bermain, anak-anak dapat berimajinasi sehingga dapat meningkatkan daya kreativitas anak-anak. Adanya kesempatan untuk berfikir antara batas-batas dunia nyata menjadikan anak – anak dapat mengenal proses berfikir yang lebih kreatisif yang akan sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari
· PROSES DAN TEKNIK KONSELING
· PROSES KONSELING BERMAIN
Pada umumnya proses konseling tidak memiliki tahapan yang pasti. Hal-hal yang sifatnya spontan, emergent, dan kontekstual bisa mempengaruhi jalannya konseling bermain. Namun tentunya, proses konseling tetap harus memiliki arah yang jelas. Muro & Kotmann (1995) menyarankan konseling bermain berlangsung dalam 30-50 menit. Fase yang dilalalui adalah sebagai berikut :
1. Fase Pembukaan
Konselor dengan sikap penerimaan yang baik mempersilakan dan mengundang anak untuk bermain di ruangan yang telah disiapkan sebelumnya. Menurut Carmichael (1994), peran konselor yang pertama dan terpenting adalah menyediakan suatu lingkungan yang secara emosional permisif dan aman bagi anak untuk berekspresi.
2. Fase Anak Bermain
Fase selanjutnya anak melakukan aktifitas bermain sesuai dengan minat dan pilihannya. Konselor di sini menjadi teman bermain. Pada fase ini , konselor memperhatikan pola-pola perilaku yang ditampilkan anak. Konselor perlu memverbalisasikan pengalaman dan pengamatan konselor terhadap perasaan dan tindakan anak.
3. Fase Penutupan
Dalam ruang bermain, seorang anak yang siap mengakhiri konseling bisa mengekspresikan kurang minat untuk bermain sehingga mungkin tampak lesu atau bahkan merengek-rengek. Disarankan agar pada sesi sebelum penutupan ada semacam pemberitahuan dari pihak konselor. Konselor dapat mendiskusikan perubahan yang konselor lihat juga meminta pendapat anak tentang perubahan yang dialaminya sejak awal konseling bermain.
· TEKNIK TERAPI BERMAIN
Bentuk-bentuk Terapi Bermain
Ketika konselor siap untuk memulai terapi, dia membutuhkan beberapa mainan dan materi mainan untuk memudahkan komunikasi dengan anak. Materi atau bahan mainan harus dipilih atau diseleksi untuk memudahkan pelaksanaan terapi pada anak. Mainan harus sederhana, mempunyai konstruksi yang kuat dan sehat, mudah bagi anak memanipulasi dan diperkuat dengan imajinasi. Mainan dan materi permainan dibedakan untuk masing-masing tujuan terapi, tergantung pada apa yang dipilih anak dan bagaimana dia menggunakannya.
Lima tahap dalam proses terapi bermain meliputi 5 terapi R: relating(bernubungan) dengan teraping, releasing (melegakan) perasaan, re-creating (menciptakan kembali) kejadian-kejadian, pengalaman-pengalaman, hubungan-hubungan, re-experiencing(mengalami kembali) perasaan dan pikiran yang kacau dengan suatu cara yang baru, dan resolving (memecahkan) masalah dan konflik dengan mempraktikan tingkah laku baru dalam bermain.
Bentuk-bentuk teknik terapi bermain melalui aktivitas menggambar, aktivitas membentuk dengan tanah liat, aktivitas bermain, aktivitas bercerita, dan aktivitas menulis.
Teknik proyeksi memperbaiki hubungan konselor dengan anak:
a) Membantu lebih mengerti anak
b) berguna untuk menjelaskan tujuan konseling dan menentukan jalannya konseling
c) Pandangan percakapan konseling diubah dari pandangan “dalam ke luar”
d) Melalui proyeksi, pandangan “dalam ke luar” dapat membantu anak menjelaskan apa yang terjadi dalam dirinya sehingga dapat dilihat dari luar
e) Teknik proyeksi, membantu anak berkomunikasi, menghilangkan ketakutan dan penolakan anak
f) Anak dapat memproyeksikan sifat, karakter, dan tingkah laku boneka dengan aman
g) Boneka, bukan orangnya menjadi pemilik dari sifat-sifat yang dinyatakan (positif, negatif, diterima, ditolak)
h) Anak lebih terbuka menyatakan sifat, karakter, dan tingkah laku boneka dengan aman
i) Anak dapat menemukan hubungan penting dalam lingkungan sosialnya dan membicarakannya
j) Konselor sama sekali tidak boleh menjamah boneka, tapi menyuruh anak
k) Memindahkan letak bonekanya dan menyatakan observasinya.
Keterampilan Konseling dengan Boneka
Konselor tidak memberikan nasehat, mengartikan atau memberikan pertanyaan (menerima, menolak, terkejut, atau mengucapkan selamat kepada anak) ketika anak bercerita
Konselor mengobservasi anak dan merefleksikan perasaan anak
Konselor mengobservasi dan memberi pernyataan
Konselor menggunakan pertanyaan terbuka
Konselor mengulangi kata dan ungkapan yang dinyatakan anak dengan harapan anak bercerita lebih banyak
pertanyaan diajukan dengan harapan supaya anak lebih bercerita tentang peristiwa itu dan mengungkapkan arti dari kejadian itu
Jangan bertanya “mengapa” tetapi tanyalah “bagaimana” dan “apa” tanpa harus menjelaskan.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
KESIMPULAN
Salah satu cara anak mendapatkan informasi adalah melalui bermain. Anak dan bermain tidak dapat dipisahkan. Dorongan alamiah anak adalah bermain. Beberapa manfaat diperoleh dari kegiatan bermain yaitu dapat mengembangkan aspek perkembangan anak. Tahapan perkembangan anak juga dapat menjadi ciri dalam kegiatan bermain anak, sehingga kegiatan bermain dapat diprediksi dan dijadikan acuan dalam perkembangan anak. Ketika pentingnya bermain dapat dipahami oleh pendidik maka pendidik dapat mengupayakan kegiatan bermain menjadi lebih utama dalam kegiatan belajar untuk anak. Upaya lain yang dapat dilakukan pendidik adalah dengan merancang lingkungan yang kondusif untuk anak bermain, dan menjadi fasilitator serta motivator untuk anak ketika anak sedang bermain.
Sebagai akhir dari buah pikiran ini, yang dapat dilaksanakan oleh konselor yaitu:
1) Mengunakan teknik terapi bermain sebagai salah satu alternatif bantuan kepada anak-anak
2) Mengembangkan perangkat monitoring dan evaluasi
3) Melakukan studi-studi terpilih (pengumpulan data dasar teknik terapi bermain untuk menilai keberhasilan terapi)
4) Melakukan studi-studi untuk mencari bentuk terapi bermain yang lain
http://lufensio-trio.blogspot.com/2012/09/konseling-bermain.html
selasa, oktober 2014