CONTOH MAKALAH PENDIDIKAN PENGERTIAN RASA TAKUT | JENIS JENIS RASA TAKUT | KARATERISTIK ANAK PENAKUT (KHAWATIR ) | FAKTOR PENYEBAB TIMBUL RASA TAKUT PADA ANA

BAB I

LANDASAN TEORI

1.1 Pengertian Rasa Takut
Rasa takut oleh sebagian orang diartikan sama dengan rendah diri atau phobia, rasa takut biasanya disebabkan oleh kondisi yang mengancam keselamatan. Phobia sebenarnya juga termasuk dalam golongan perasaan takut hanya rasa takut yang disebut phobia lebih condong takut terhadap objek yang sebenarnya tidak mengancam, misalnya takut pada capung, semut, atau ulat.
Ketakutan ada yang bersifat wajar dan ada pula yang tidak wajar. Hal atau benda penyebab rasa takut pada masing-masing anak tidak sama. Ketakutan biasanya dilatarbelakangi oleh pengalaman atau keadaan yang tidak menyenangkan.
Tidak dapat dipungkiri rasa takut perupakan bagian alami dari pertumbuhan anak menuju kedewasaan. Semua orang pasti pernah mengalami rasa takut, tak terkecuali hal ini juga terjadi dan dialami oleh orang dewasa. Bedanya orang dewasa lebih berpengalaman mengatasi rasa takutnya, sebaliknya anak belum begitu terampil dan berpengalaman dalam hal ini.
Bila anak sudah mengenal rasa takut maka apa yang ditakukannya merupakan hal nyata. Setiap anak pasti akan melewati tahap-tahap perkembangan emosinya tersebut sesuai dengan usianya.
1.2 Jenis-jenis Rasa Takut
Berkenaan dengan rasa takut ini Hurlock (1991) mengemukanan adanya reaksi emosi yang berdekatan dengan reaksi takut, yaituh shysness atau rasa malu, embarassment atau merasa kesulitan, khawatir, anxiety atau cemas. Adapun penjelasan masing-masing bagian dapat kita ikuti berikut ini.
a. Shyness atau malu adalah reaksi takut yang ditandai dengan rasa segan berjumpa dengan orang yang dianggap asing.
b. Embarassment merupakan reaksi takut akan penilaian orang lain pada dirinya.
c. Khawatir timbul disebabkan oleh rasa takut yang dibentuk oleh pikiran anak sendiri. Biasanya mengenai hal-hla khusus, misalnya rakut dihukum orang tua takut sekolah, takut terlambat dsb.
d. Anxiety atau cemas, merupakan perasaan takut sesuatu yang tidak jelas dan dirasakan oleh anak sendiri.

1.3 Karakteristik Anak Penakut (Khawatir)

Perasaan takut dapat berakibat negatif bila menimbulkan perasaan-perasaan yang menegangkan. Sebetulnya rasa takut itu dibutuhkan oleh anak agar tahu mana hal-hal yang berbahaya dan mana yang tidak, sehingga anak dapat melindungi dirinya sendiri dari keadaan bahaya tersebut.
Adapun karakteristik dari anak penakut adalah sebagai berikut :
a. Berteriak dan berlari gemetar
b. Berubahnya raut wajah seperti mata membelalak
c. Perkataan terpotong-potong
d. Keringat mengucur deras
e. Diam tidak bergerak

1.4 Faktor Penyebab Timbulnya Rasa Takut Pada Anak

Ketakutan pada anak yang bersifat wajar dan adapula yang tidak wajar. Hal atau benda penyebab rasa takut pada masing-masing anak tidak sama.
Beberapa bentuk penyebab rasa takut pada anak dapat diakibatkan oleh :
a. Cerita-cerita seram yang menakutkan
b. Banyak penyebab ketakutan yang bermula dari salah didik dan kekasaran
c. Kebanyakan dari ketakutan anak-anak kembali kepada sebab-sebab dan peristiwa-peristiwa akibat salah didik.

BAB II

PEMBAHASAN MASALAH

dalam hal ini, penulis akan membahas/ menguraikan langkah-langkah dalam mengatasi anak yang memiliki tasa takut atau kekhawatiran yang merupakan hasil observasi di TK Al-Hidayah Kecamatan Taraju, mulai dari mengidentifikasi sampai pasca penanganan masalah.
2.1 Identifikasi Masalah
Untuk mengetahui permasalah anak, guru melakukan identifikasi pada waktu kegiatan belajar mengajar berlangsung
1. Observasi
Guru dengan sengaja dan sistematis, mengamati perilaku anak dan dicatat dalam sebuah buku catatan yang disebut dengan catatan anekdot. Dalam hal ini penulis menggunakan sebuah catatan anekdot yaitu catatan anekdot insidental.
1. Mama : Lisda Rosanti
2. Program Kegiatan Belajar : Mewarnai
3. Kelas / sekolah : A / TK Al-Hidayah
4. Hari / tanggal : Jum’at
5. Peristiwa : Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, keadaan anak wajar/ normal seperti anak yang wajar / normal seperti anak-anak yang lainnya. Tetapi, saat kegiatan pembelajaran hampir selesai, dan anak-anak yang lain mulai mengumpulkan tugasnya, lisda malah menangis.
2. Interpretasi : Kemungkinan Lisda ingin menarik perhatian dari teman-temannya dengan cara menangis. Selain itu, ada kemungkinan juga Lisda menangis karena dia merasa khawatir tugasnya belum bisa dikumpulkan sementara teman-temannya sudah mulai mengumpulkan.

Daftar pertanyaan

Apakah kamu senang mengikuti kegiatan belajar mewarnai?
Bagaimana perasaan jika mengikuti pelajaran mewarnai?
Bagaimana sikapmu bila keterangan bu guru tidak kamu mengerti?
Bagaimana perasaanmu bila pelajaran telah selesai?
Senang, tapi saya tidak bisa cepat-cepat dalam menyelesaikannya.
Takut Khawatir
Diam (tidak menjawab)
Sangat senang
Kesimpulan : Lisda menyukai pelajaran mewarnai. Tetapi dia selalu merasa takut (khawatir) bila tugasnya tidak selesai. Dia tidak takut dimarahi oleh gurunya.

SINDANGRAJA, 19 Desember 2008
Pewawancara

Yesi April Y.

2.2 Diagnosa
Bila pada tahap identifikasi kita telah mendapatkan data mengenai masalah yang dialami anak TK, langkah selanjutnya adalah langkah mendiagnosa masalah untuk mengetahui faktor penyebab masalah mengapa anak tersebut memiliki rasa takut atau kekhawatiran, melalui langkah-langkah sebagai berikut.
1. Menganalisis data dari proses identifikasi
- Anak memiliki rasa takut (khawatir)
2. Melokalisasi letak masalah
- Menangis
- Sembunyi
- Berlari
3. Menentukan jenis faktor yang menyebabkan anak penakut
- Pada saat dimulai masuk sekolah anak ditakut-takuti oleh orang tuanya, dalam pikiran anak terbentuk guru adalah panghukum
- Cerita-certita seram yang menakutkan
- Penyebab ketakutan bermula dari salah didik dan kekerasan
2.3 Prognosa (alternatif pemecahan)
Langkah selanjutnya adalah prognosa untuk mengetahui latar belakang masalah yang dihadapi anak TK.
- Menangis
Anak menangis pada saat teman-temannya mulai mengumpulkan tugasnya.
- Sembunyi
Pada saat menangis dan guru mendekatinya, dia malah mengumpat di bawah meja.
- Berlari memegang orang terdekatnya
Anak berlari keluar memegang orang tuanya, karena dia takut dihukum oleh gurunya.

2.4 Cara Menangani (treatment)

Perasaan takut yang dialami anak adalah suatu perasaan yang pokok dan begitu erat hubungannya dengan harkat mempertahankan diri. Perasaan takut yang berlebih akan merugikan anak, oleh karena itu guru harus berupaya agar perasaan takut anak dapat diwujudkan secara wajar. Melalui penanganan sebagai berikut :

1. Dengan latihan-latihan

- Dalam memberikan latihan pada anak jangan dengan cara menakut-nakutinya, misalnya anak disuruh mengerjakan sesuatu dengan ancaman bila tidak selesai mengerjakan tugas akan dihukum
- Anak diajari dan dibantu untuk memperoleh cara-cara yang praktis untuk mengulangi rasa takutnya.
- Guru membimbing anak agar bisa bersahabat dengan yang ditakutinya
- Guru selalu menumbuhkan dan mencontohkan keberanian dalam segala hal
- Guru memberikan penjelasan kepada anak tentang keberanian
2. Dengan permainan
Selain melalui latihan-latihan anak penakut juga sebaiknya menangani masalahnya dengan permainan contohnya dengan bermain drama untuk anak yang takut akan sekolah dengan tema “bermain di sekolah”, melalui kegiatan ini secara tidak langsung guru mengajak anak melihat alat-alat permainan dihalaman sekolah, melihat taman sekolah, mampu mengajak anak untuk bersosialisasi dengan baik dengan guru dan teman sebayanya. Dalam permainan ini sikap guru yang tenang akan membantu anak dalam mengatasi rasa takutnya.
3. Saran dan nasehat
- Berilah kesempatan pada anak agar jujur untuk mengakui rasa takutnya
- Bantulah anak untuk mengucapkan perasaannya dengan lembut
- Hindarkan kebiasaan memaksakan suatu keinginan pada anak dengan mengabaikan kemampuan anak.
- Jangan menghukum atau telalu mengkritik

4. Pengkondisian
Rasa takut juga dapat dihilangkan dengan menghadapkan anak pada sumber ketakutannya tetapi dalam suasana yang menyenangkan, selain itu, nak juga diberi kesempatan untuk berkenalan dengan peristiwa yang menakutkannya secara bertahap sehingga apabila anak sudah mengerti hubungan antara takut dan suatu kejadian yang menimbulkan ketakutan itu, maka anak dapat diajak mengalami kejadian tampa rasa takut (khawatir).

5. Model dan Peniruan

Apabila masalah itu mengangkat perilaku, sikap yang tidak diinginkan, maka perilaku dan sikap tersebut yang diinginkan mengingat sifat anak yang suka meniru apa-apa yang telah mereka lihat.

6. Konseling
Guru harus dapat membedakan cara menangani rasa takut yang wajar dan berlebihan. Rasa takut yang wajar dapat hilang bila dihubungkan dengan kejadian yang menyenangkan. Tetapi, apabila rasa takutnya berlebihan dan masalahnya kompleks, penyelesaiannya memerlukan pendekatan khusus salah satunya melalui konseling yang dilakukan oleh seseorang yang telah mengikuti pendidikan terlatih secara baik.

2.5 Kendala dan Solusi

Kendala yang dihadapi adalah sulitnya mendapatkan informasi dari anak yang bersangkutan. Karena anak tidak mau diajak bicara, untuk mengungkapkan apa yang ditakutinya.
Untuk mengatasi masalah ini observer meminta orang terdekatnya untuk mendampingi anak tersebut, hal ini bertujuan untuk memupuk keberaniannya, selain itu, observer memberi pengertian kepada anak yang sifatnya menghibur dan mendorong anak untuk mengatasi rasa takut yang dialaminya tanpa perlu merasa cemas (khawatir).

2.6 Tindakan lanjut (pasca penanganan)

a. Tindakan lanjut

- Guru
Guru TK adalah guru kelas yang beraksi semua urusan kelas diselesaikan oleh guru. Begitu pula jika dalam proses belajar mengajar terdapat masalah yang menyangkut anak, guru mempunyai peranan yang sangat penting untuk membantu dan membimbing anak agar bebas dari permasalahan. Karena, guru merupakan pihak yang paling awal yang mengetahui permasalahan anak.

- Orang tua

Anak berasal dari suatu keluarga yang didalamnya terdapat orang tua. Apabila anak mengalami kesulitan atau hambatan dalam aspek-aspek perkembangannya, maka orang tua yang paling bertanggung jawab, dalam rangka memperlancar penanganan masalah dan orang tua harus mau melakukan sesuatu yang disarankan oleh guru.

- Rekan kerja

Banyak permasalah anak TK yang tidak hanya dihadapi oleh seorang guru Tk, tetapi guru-guru yang lain juga menghadapi hal yang sama. Untuk menambah infomasi yang berkaitan dengan permasalahan anak, guru dapat melakukan pertemuan untuk mendiskusikan masalah-masalah yang mereka hadapi.

- Ikatan prosfesi


Untuk memperoleh pemikiran-pemikiran dalam rangka mencari jalan keluar yang paling efektif, tidak ada salahnya apabila ada permasalahan yang dihadapi seorang guru TK dibawa ke forum yang lebih besar.
b. Pasca penanganan
Upaya mengatasi anak yang memiliki rasa takut ini telah berhasil. Upaya yang dilakukan oleh orang tua dan guru agar anak tidak kembali menjadi takut adalah :
a. Berikanlah cinta kasih dan perhatian pada anak

b. Tujukan ekspresi yang dapat mensupport anak seperti senyuman
c. Jangan menggunakan hal-hal yang dapat menimbulkan rasa takut dapa anak, seperti ancaman atau hukuman
d. Berilah penghargaan terhadap usaha-usaha anak, apalagi usaha yang bersifat positif, agar anak tidak merasa takut pada guru.





BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Rasa takut dapat berakibat negatif bila menimbulkan persaan-perasaan yang menegangkan. Rasa takut sebetulnya dibutuhkan oleh anak agar anak tahu mana hal-hal yang berbahaya dan mana yang tidak
Reaksi takut pada anak ini biasanya ditunjukan dalam bentuk tangisan atau jeritan. Rasa takut yang seperti ini merupakan takut yang wajar. Tetapi bila dengan rangsangan biasa yang tidak terlalu hebat sudah menimbulkan rasa takut yang berlebihan, maka dapat dikatakan merupakan masalah.
Tidak dapat dipungkiri, rasa takut merupakan bagian alami dari pertumbuhan anak menuju kedewasaan

3.2 Saran

Diharapkan bagi semua guru dan calon guru TK mengetahui permasalahan anak Taman Kanak-kanak dan mampu menerapkan cara-cara yang digunakan dalam penanganan masalah melalui langkah-langkah identifikasi masalah, diagnosis, prognosis, treat ment, dan tindak lanjut.


DAFTAR PUSTAKA

Tim redaksi puspa swara, 2001. Mengatasi Probelm Psikologi Balita. Jakarta. Puspa Swara, Anggota IKAPI
Koto Sutadi, Rusda. Deliana, Sri Maryati. Permasalahan Taman Kanak-Kanak. Depdikbud.
Nugraha, Ali dkk. 2004. Metode Pengembangan Sosial Emosional. Jakarta. Universitas Terbuka
Yusuf, Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung. PT Remaja Rosda Karya.

DMC