BAB I
ADMINISTRASI
PENDIDIKAN
Administrasi Pendidikan
1. Pengertian Administrasi
Untuk menjelaskan arti
administrasi pendidikan, kita tidak dapat melepaskan diri dari pengertian ilmu
administrasi pada umumnya. Bahkan dapat pula dikatakan bahwa administrasi pendidikan
adalah penggunaan atau aplikasi ilmu administrasi ke dalam pendidikan. Oleh
karena itu, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu apakah yang dimaksud
dengan administrasi.
Secara bahasa, kata
administrasi berasal dari bahasa Latin yang terdiri dari kata ad dan ministrrte.
Kata ad mempunyai arti yang sama dengan kata to dalam bahasa Inggris,
yang berarti "ke" atau "kepada". Dan kata ministrare
sama artinya dengan kata to serve atau to conduct yang berarti
"melayani", "membantu" atau "mengarahkan". Dalam
bahasa Inggris to administer berarti pula "mengatur",
"memelihara" (to look after dan "mengarahkan).
Jadi kata "administrasi
dapat diaertikan sebagai suatu kegiatan atau usaha untuk membantu, melayani,
mengarahkan atau mengatur semua kegiatan
di dalam mencapai tujuan.[1]
Meskipun praktek administrasi sejak dahulu kala
dilaksanakan orang, namun administrasi sebagai ilmu, baru muncul pada permulaan
pertengahan abad ke-19. Frederick Taylor (1856) dikenal sebagai bapak dari
gerakan manajemen berdasarkan ilmu pengetahuan. Dengan demikian, ia dapat
dikatakan sebagai pelopor dari timbulnya ilmu administrasi. Ia pernah bekerja
sebagai buruh rendahan sampai tingkat
yang paling tinggi di dalam perusahaan. Berdasarkan pengalamannya itu, ia
mengemukakan dalam tulisannya beberapa prinsip manajemen dengan pengelolaan
perusahaan.
Perkembangan ilmu administrasi yang pada mulanya
bergeraka di dalam dunia industri dan perusahaan, kemudian menjalar ke
pemerintahan atau negara, sehingga kita mengenal adanya administrasi negara.
Sekarang kita mengenal administrasi pendidikan sebagai
salah satu cabang dari administarsi pada umumnya. Para
ahli pendidikan mulai menyadari bahwa
meskipun prinsip-prinsip administrasi dalam berbagai lapangan memiliki
kesamaan, baik dalam proses maupun tujuannya, dalam dunia pendidikan mempunyai
kekhususan yang tidak dapat disamakan begitu saja dengan dunia perusahaan atau
pemerintahan. Jika perusahaan yang diolah adalah benda-benda mati bahkan
bahan-bahan mentah, maka dalam dunia pendidkan yang diolah adalah benda-benda
hidup atau anak-anak didik. Demikian pula jika kita tinjau tujuanya. Tujuan
perusahaan adalah memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya atau menghasilkan
produksi yang sebanyak-banyaknya dengan kualitas yang tinggi. Demikian pula
dalam dunia pendidikan, hasil produksi dan kualitas yang tinggi menjadi tujuan;
namun hasil produksi dan kualitas tinggi yang diharapkan itu berbeda sifatnya
dengan hasil perusahaan.
2. Administrasi
Pendidikan
Administrasi pendidikan ialah segenap proses pengerahan
dan pengintegrasian segala sesuatu, baik personil, spiritual maupun material,
yang bersangkut paut dengan pencapaian tujuan pendidikan. Jadi, di dalam proses
administrasi pendidikan segenap usaha orang-orang yang terlibat di dalam proses
pencapaian tujuan pendidikan itu diintegrasikan, diorgansisasi dan dikoordinasi
secara efektif, dan semua materi yang diperlukan dan yang telah ada
dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Sedangkan pendidikan, baik diartikan
sebagai proses maupun produk, adalah masalah perseorangan. Anak didik
sendirilah yang harus membuat perubahan
dan dalam dirinya sesuai dengan yang dikehendakinya. Proses pendidikan terjadi
di dalam diri individu, dan produk pendidikan menyatakan diri di dalam tingkah
lakunya. Demikianlah pendidikan pendidikan tidak sama dengan administrasi
pendidikan.
Administarsi pendidikan adalah suatu proses
keseluruhan, kegiatan bersama dalam bidang pendidikan yang meliputi :
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pelaporan, pengkoordinasian,
pengawasan dan pembiayaan, dengan menggunakan fasilitas yang tersedia, baik
personil, materil maupun spiritual, untuk mencapai tujuan pendidikan secara
efektif dan efisien.
Pendapat lain dikemukakan oleh Good Carter V, bahwa
administrasi pendidikan adalah "segenap teknik dan produser yang
dipergunakan dalam penyelenggaraan lembaga pendidikan sesuai dengan kebijakan
yang telah ditentukan".[2]
Pendapat di bawah ini hampir sama dengan yang
dikemukakan oleh Carter, yaitu bahwa administrasi pendidikan adalah "suatu
proses yang berurusan dengan penciptaan, pemeliharaan, stimulasi dan penyatuan
tangan-tenaga-tenaga dalam suatu lembaga pendidikan dalam usaha merealisasikan
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Berdasarkan beberapa pengertian administrasi
pendidikan tersebut di atas, ternyata bahwa di dalam setiap kegiatan
administrasi terdapat beberapa unsur yang selalu kait mengait satu sama lain.
Beberapa unsur pokok di dalam administrasi yang dimaksud ialah :
a. Adanya
sekelompok manusia (sedikitnya dua orang)
b. Adanya tujuan yang hendak dicapai bersama.
c. Adanya tugas atau fungsi yang harus dilaksanakan
(kegiatan kerjasama).
d. Adanya
perlengkapan atau peralatan yang diperlukan.
Semua unsur tersebut harus dikelola dan diatur
sedemikian rupa sehingga mengarah kepada tercapainya tujuan pendidikan yang
telah ditentukan.
Dengan mengemukakan perumusan tersebut di atas, dapat tekankan disini, bahwa :
1) Administrasi pendidikan itu bukan hanya sekedar
kegiatan tata usaha, surat
menyurat seperti yang dilakukan di kantor-kantor tata usaha sekolah atau pun
kantor-kantor inskepski pendidikan dan sebagainya.
2) Administrasi pendidikan mencakup semua kegiatan
yang luas, yang meliputi antara lain perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengawasan yang menyangkut bidang-bidang materil, personil dan spiritual dalam
bidang pendidikan pada umumnya, dan khususnya pendidikan yang diselenggarakan
di sekolah-sekolah.
3) Administrasi pendidikan itu merupakan proses
keseluruhan dan kegiatan-kegiatan bersama yang harus dilakukan oleh semua pihak
yang terlibat di dalam tugas-tugas pendidikan.
3. Bidang Garapan Administrasi pendidikan
Administrasi pendidikan mencakup bidang-bidang garapan
yang sangat luas. Tercakup di dalamnya administrasi personil, administrasi
kurikulum, kepemimpinan, kepengawasan, atau supervisi pendidikan, organisasi
lembaga pendidikan dan sebagainya.
Secara rinci, bidang garapan administrasi pendidikan
dapat pula diuraikan sebagai berikut :
a. Administrasi tata laksana sekolah. Hal ini mencakup
:
1). Organisasi dan struktur pegawai tata usaha (TU).
2). Organisasi dan anggaran belanja keuangan sekolah
3). Masalah kepegawaian dan kesejahteraan personil
sekolah.
4). Masalah perlengkapan dan perbekalan.
5). Keuangan dan pembukuannya.
6). Korespondensi/Surat menyurat.
7). Laporan-laporan (bulanan, kuartalan, tahunan).
8). Masalah pengangkatan,
mutasi, penempatan, dan pemberhentian pegawai.
9). Pengisian buku rapor,
klaper (kumpulan nilai-nilai angka)
b. Administrasi personil guru dan pegawai sekolah. Hal
ini meliputi antara lain :
1). Pengangkatan dan
penemtapan tenaga guru.
2). Organisasi personil
guru-guru.
3). Masalah kepegarwaian
dan kesejahteraan guru.
4). Rencana orientasi bagi
guru baru.
5). Kondite dan penilaian
kemajuan guru
6). Pelatihan dan
penataran bagi para guru
c. Administrasi siswa, hal
ini meliputi antara lain :
1). Organisasi dan
perkumpulan siswa.
2). Masalah kesehatan dan
kesejahteraan siswa.
3). Penilaian dan
pengukuran kemajuan siswa.
4). Bimbingan dan
penyuluhan bagi siswa.
d. Supervisi pengajaran.
Hal ini meliputi antara lain :
1). Usaha membangkitkan
dan merangsang semangat guru-guru dan para pegawai tata usaha dalam menjalankan
tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya.
2). Usaha mengembangkan,
mencari, dan menggunakan metode-metode baru dalam mengajar dan belajar yang
lebih baik.
3). Mengusahakan cara-cara
menilai ahsil-hasil pendidikan dan pengajaran.
4). Mengusahakan dan
mengembangkan kerjasama yang baik antara guru, siswa dan pegawai tata usaha
sekolah.
5). Usaha mempertinggi
mutu dan pengalaman guru-guru.
e. Pelaksanaan dan
pembinaan kurikulum :
1). Mempedomani dan
merealisasikan apa yang tercantum di dalam kurikulum sekolah yang bersangkutan
dalam usaha mencapai dasar-dasar dan tujuan pendidikan dan pengajaran.
2). Menyusun dan
melaksanakan organisasi kurikulum beserta mater-materi, sumber-sumber dan
metode-metode pelaksanaannya, disesuaikan dengan pembaruan administrasi dan
pengajaran serta kebutuhan masyarakat dan
lingkungan sekolah.
4. Manajemen dan Administrasi Pendidikan
Istilah lain yang hampir sama artinya dengan
administrasi pendidikan ialah manajemen. Hanya dewasa ini, istilah
manajemen lebih terkenal dan umum dipakai di dalam dunia perusahaan/ekonomi
daripada di dalam dunia pendidikan.
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lain secara efektif dan
efisien untuk mencapai suatu tujuan.
Sebagaimana dalam Al Quran Surat Yunus ayat 3 dinyatakan sebagai beirkut
:
إِنَّ رَبَّكُمُ اللهُ الَّذِي خَلَقَ
السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ
يُدَبِّرُ اْلأَمْرَ مَامِن شَفِيعٍ إِلاَّ مِن بَعْدِ إِذْنِهِ ذَلِكُمُ
اللهُ رَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ
أَفَلاَ تَذَكَّرُونَ {يونس :3}
Artinya : "Sesungguhnya tuhan kamu ialah Allah
yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Ia bersemayam di
atas Arsy untuk mengatur semua urusan, tiada seorangpun yang akan memberi
syafa'at kecuali sesudah izin-Nya. Dialah Allah Tuhan kamu maka sembahlah Dia.
Apakah kamu tidak mengambil pelajaran (QS. Yunus:3)"
Manajemen merupakan
sebuah proses kerjasama untuk mencapai
tujuan bersama. Walaupun Al Quran secara khusus tidak menyebutkan istilah
manajemen, akan tetapi menyinggung istilah manajemen dengan menggunakan kalimat
yudabbiru[3] mengandung arti mengarahkan,
melaksanakan, menjalankan, mengendalikan, mengatur, mengurus dengan baik,
mengkoordinasikan, membuat rencana yang telah ditetapkan.[4]
Menurut Farker Follet, yang dimaksud dengan manajemen, ialah proses pencapaian
tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan
berbagai pekerjaan yang diperlukan.
Para pakar manajemen
mengemukakan pandangan yang berbeda tentang arti manajemen, antara lain :
Miftah Thoha
berpendapat, bahwa manajemen diartikan
sebagai “Suatu proses pencapaian tujuan organisasi lewat usaha orang
lain”.[5]
Ungkapan senada dikemukakan oleh Hadari Nawawi, yaitu : “Manajemen adalah
kegiatan yang memerlukan kerjasama orang lain untuk mencapai tujuan”[6]
Pendapat kedua pakar
tersebut di atas, dapat penulis simpulkan, bahwa manajemen merupakan proses
kerjasama
antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama.
Lebih lanjut,
pengertian manejemen
dinyatakan oleh Susilo Martayo, bahwa "Manajemen adalah usaha untuk menentukan,
menginterpretasikan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan
fungsi-fungsi perencanaan, pengorganiasian, penyusunan personalia atau
kepegawaian, pengarahan dan kepemimpinan serta pengawasan.[7]
Dari beberapa definisi
atau pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam manajemen dapat dipastikan
adanya tujuan yang akan dicapai.
2. Dalam mencapai tujuan,
pelaksanaan manajemen dilakukan secara bersama dari sekelompok orang (dua orang
atau lebih)
3. Untuk mencapai tujuan
organisasi atau manajemen, diperlukan adanya perencanaan yang baik, pelaksanaan
yang konsisten dan pengendalian atau pengawasan secara kontinyu.
Selanjutnya untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan diperlukan adanya proses yang di dalamnya
meliputi keterlibatan berbagai unsur yang terlibat dalam organisasi sesuai
dengan planning atau perencanaan yang dilandasi oleh pengawasan yang
berkesinambungan (kontinyu) dalam proses
pelaksanaannya.
Administrasi
atau manajemen
merupakan komponen integral dan tidak dapat dipisahkan dari proses
pendidikan secara keseluruhan.
Alasannya, karena tanpa manajemen yang baik tujuan pendidikan tidak akan berhasil secara optimal, efektif
dan efisien. Konsep
tersebut berlaku di lembaga-lembaga lain yang memerlukan manajemen. Manajemen
pendidikan meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.
Untuk itu, perlu
dimengerti fungsi-fungsi pokok administrasi, yakni perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan (evaluasi dan pembinaan). Dalam
prakteknya, keempat fungsi tersebut merupakan suatu proses yang
berkesinambungan.[8]
Adapun
langkah-langkah dalam perencanaan meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Menentukan dan
merumuskan tujuan yang hendak dicapai.
2) Meneliti
masalah-masalah atau pekerjaan-pekerjaan yang akan dilakukan.
3) Mengumpulkan data dan
informasi-informasi yang diperlukan.
4) Menentukan tahap-tahap
atau rangkaian tindakan.
5) Merumuskan bagaimana
masalah-masalah itu akan dipecahkan dan bagaimana pekerjaan-pekerjaan itu akan
diselesaikan.
Menurut
teori Kaufman, bahwa perencanaan harus
melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
1) Perencanaan harus mampu
mengindentifikasi dan mendokumentasikan kebutuhan.
2) Perencanaan harus mampu
menentukan berbagai kebutuhan dalam pendidikan.
3) Perencanaan harus mampu
menspesifikasikan rincian tiap-tiap kebutuhan.
4) Perencanaan harus mampu
menentukan pilihan-pilihan yang diharapkan.
5) Perencanaan harus mampu
memenuhi segala kebutuhan yang bisa dirasakan oleh semua.
6) Perencanaan harus mampu
sebagai identifikasi strategik alternatif dan siap
tolls keuntungan dan kerugian tiap-tiap strategik.
Perencaan mempunyai unsur-unsur
yang jelas dan saling berkaitan satu sama lain. Unsur-unsur perencanaan
itu adalah sebagai berikut :
1. Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan
meliputi aspek-aspek :
a). Tujuan, asumsi dan harapan
b). Tindakan, yaitu
unsur untuk melaksananakan keputusan
c). Struktur keputusan
2. Aspek pengetahuan yang
baru
Setiap perencanaan
mempunyai aspek pengetahuan yang baru yang mengacu kepada :
a). Dimensi waktu
Berdasarkan dimensi
waktu, ada perencanaan jangka pendek, jangka
menengah dan jangka panjang.
b). Dimensi struktural
Pada structural atau
bagian mana akan memperoleh resiko yang paling kecil.
c). Dimensi cara
pengukuran
Perencanaan harus dapat
diukur salah satu pengukuran dalam perencanaan. Penyuluh adalah membandingkan
motivasi dengan moral atau pertimbangan antara motivasi dengan moral.
d). Kerja yang bersifat
rasional
Perencanaan adalah
usaha untuk melakukan perubahan yaitu sebagai proses sintesa dan antitesa
dikenal dengan istilah equilbrium dan disequilbrium dan contoh yang tepat untuk
itu adalah teori adopsi.
3. Memiliki strategi dan
taktik
Strategi meliputi
peraturan kebijakan kelembagaan dan nilai-nilai, sedangkan taktik adalah
bagaimana mengimplementasikan perencanaan seperti anggaran keuangan dan
lain-lain.
4. Perencanaan sebagai
suatu teknologi
Perencanaan sebagai suatu teknologi, maka
dalam perencanaan ada proses menata informasi dan memproses data.
5. Perencanaan sebagai
suatu struktur
Dalam hubungan dengan
struktur, maka setiap tugas-tugas perlu diidentifikasi
secara jelas.
Ada beberapa sifat
perencanaan yang perlu diikuti oleh perencana, yaitu :
a). Bersifat
menyeluruh.
b). Bersifat integrasi
yang fragmentasi (merangkum berbagai unsur, seperti dana, tenaga dan
lain-lain).
c). Bersifat fleksibel
d). Menggunakan sarana
yang bersifat
analitis, sehingga dapat diperoleh pengukuran efisien.
e). Ada tatanan
struktur, ada proses komposisi dan mempunyai sifat yang menetap (baku).
Prof. Komaruddin membagi aktivitas
perencanaan sebagai berikut[9]
:
1. Meramalkan proyeksi
yang akan datang
2. Menetapkan sasaran
serta mengkoordinasikannya
3. Menyusun program dengan
ukuran kegiatan
4. Menyusun kronologis
jadwal kegiatan
5. Menyusun anggaran dan
alokasi sumber daya
6. Mengembangkan prosedur
dalam strandar
7. Menetapkan dan
mengintervensi kebijakan.
Kini tergantung
perencanaan apa yang akan dibuat hingga perencanaan mampu memprediksi program,
baik jangka panjang atau jangka pendek, berskala mikro atau makro, pembiayaan
serta antisipasi bila terjadi masalah atau kendala.
2.
Pengorganisasian
Kata organisasi berasal
dari bahasa Yunani, “organon” dan istilah Latin “Organun” yang memiliki arti:
alat, bagian, anggota atau badan.
James D. Mooney
berpendapat, bahwa “Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk
mencapai suatu tujuan bersama. Sedangan Chester I Bernand memberikan pengertian
organisasi sebagai “suatu system daripada aktivitas kerjasama yang dilakukan
oleh dua orang atau lebih”.[10]
Berdasarkan
pendapat-pendapat di atas, ada tiga cirri dalam suatu organisasi yaitu:
1. Adanya sekelompok
orang-orang, dua atau lebih
2. Adanya hubungan yang
terjadi dalam suatu kerjasama
3. Adanya kerjasama untuk
mencapai suatu tujuan bersama didasarkan atas hak dan kewajiban atau tanggung
jawab masing-masing individu atau personil.
Pengorganisasian
merupakan tindakan atau langkah-langkah untuk menentukan komponen-komponen
aktivitas yang diperlukan, kemudian membagi pekerjaan kepada kelompok pelaksana
dan mendelegasikan wewenang kepada anggota-anggota organisasi. Menurut . F. Terry, fungsi-fungsi organisasi adalah
sebagai berikut :
Pengorganisasian
merupakan salah satu fungsi daripad manajemen karena dengan pengorganisasian
berarti memadukan seluruh sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya. Salah
satu bagian penting dari tugas pengorganisasian adalah pengharmonisan suatu
kelompok orang-orang yang berbeda, mempertemukan masalah-masalah kepentingan
dan memanfaatkan kemampuannya ke a
ah tententu yaitu arah tercapainya tujuan.
Dari penjelasan
tersebut di atas dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Organisasi dalam arti
badan adalah sekelompok orang yang
bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.
2. Organisasi dalam arti
bagian atau struktur adalah gambaran secara skematis tentang hubungan-hubungan,
kerjasama dari orang-orang yang berada di dalamnya dalam rangka mencapai suatu
tujuan.
Iklim organisasi
merupakan factor utama lainnya yang berkaitan
dengan kinerja organisasi. Hal ini sangat dipengaruhi oleh adanya interaksi
beberapa elemen yang ada di dalam organisasi itu. Artinya dalam sebuah
organisasi harus terdapat keterkaitan dalam dua hal, diantaranya: Pertama,
budaya organisasi mencakup filosofi manajemen yang mencakup asumsi, keyakinan
dan nilai-nilai budaya organisasi. Hal ini lebih banyak disebabkan karena
bawahan sangat dipengaruhi oleh cara berfikir pihak pimpiman (atasan).
Beberapa kegiatan yang
harus dilakukan dalam sebuah organisasi antara lain :
1. Mengembangkan struktur
organisasi antara lain: tugas yang harus dilakukan oleh seorang manajer mampu
untuk mengindektifikasikan dan mengelompokan pekerjaan-pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
2. Mendelegasikan, yakni
tugas yang dilakukan oleh seorang manajer untuk mempercayakan tanggung jawab
dan wewenang kepada personil dan menciptakan pertanggungjawaban atas
hasil-hasil pekerjaan.
3. menetapkan hubungan,
yaitu tugas yang dilakukan oleh seorang manajer untuk menciptakan kondisi yang
perlu dalam usaha kerjasama antara semua personil.
4. Tanggung jawab, yakni
tugas yang diberikan kepada suatu posisi.
5. Pertanggungjawaban.
Kewajiban melaksanakan tanggung jawab dan mempergunakan wewenang sesuai dengan
norma-norma kebijakan yang ditetapkan.
Agar suatu organisasi
dapat berjalan dengan baik atau dalam rangka membentuk suatu organiasi yang
baik atau dalam usaha menyusun suatu organiasi, perlu diperhatikan beberapa
azas atau prinsip-prinisp organisasi sebagai berikut :
1. Perumusan tujuan dengan
jelas
a. Menunjukan pedoman ke
arah mana
organisasi itu akan dibawa.
b. Landasan bagi
organisasi yang bersangkutan.
c. Menentukan macam
aktivitas yang akan dilakukan.
d. Menentukan program,
prosedur (koordinasi, integrasi, implikasi, sinkronisasi dan mekanisasi).
2. Pembagian Kerja
a. Pembagian kerja atas
dasar
wilayah atau teritorial.
b. Pembagian kerja atas
dasar jenis benda.
c. Pembagian kerja atas
dasar langganan yang dilayani
d. Pembagian kerja atas
dasar fungsi (rangkaian kerja).
e. Pembagian kerja atas
dasar waktu.
Oleh karena pembagian kerja dalam suatu organisasi ada
baiknya, antara lain dipedomani hal-hal sebagai berikut :
a. Jumlah unit
organisasi diusahakan sedikit mungkin sesuai kebutuhan.
b. Suatu unit harus
mempunyai fungsi bulat dan berkaitan satu sama lain.
c. Pembentukan unit
baru hanya dilaksanakan bila unit-unit yang ada tidak tepat lagi menampung
kegiatan-kegiatan baru tersebut.
d. Secara garis
besarnya dalam suatu organisasi dibedakan sesuai dengan aktivitas yang
dilakukannya.
3. Delegasi kekuasaan
Salah satu prinsip
dalam suatu organisasi adalah delegasi kekuasaan (pelimpahan wewenang).
Kekuasaan atau wewenang merupakan hak
seseorang untuk mengambil tindakan yang perlu agar tugas dan fungsi-fungsinya
dapat dilaksanakan sebaik-baiknya. Wewenang atau kekuasaan itu terdiri dari
berbagai aspek, antara lain: wewenang mengambil keputusan, wewenang menggunakan
sumber daya, wewenang perintah, dan wewenang memakai batas waktu tertentu.
Dalam mendelegasikan
kekuasaan, agar proses pendelegasian itu efektif, sedikitnya ada empat hal yang
harus diperhatikan, yaitu :
a. Pemimpin dapat
memusatkan perhatiannya pada pekerjaan pokok saja.
b. Putusan dapat dibuat
lebih cepat dan pada unit yang tepat.
c. Inisiatif dan rasa
tanggung jawab bawahan dapat dimotivisir, sehingga bawahan tidak selalu
menunggu perintah atasan.
d. Pendelegasian merupakan
salah satu hal yang mendidik atau mengembangkan bawahan, sehingga mampu
menerima tugas dan tanggung jawab yang lebih besar.
4. Rentangan kekuasaan
Rentang kekuasaan yang
dimaksud adalah jumlah orang yang tepat menjadi bawahan bagi seorang pemimpin,
sehingga pemimpin itu dapat memimpin,
membimbing, dan mengawasi secara tepat.
Dalam menetapkan
beberapa bawahan yang tepat dari seorang pemimpin, ada beberapa factor yuang
harus diperhatikan, yaitu :
a. Jelas tidaknya tugas
wewenang dan pertanggung jawaban masing-masing orang dalam suatu organisasi.
b. Jalinan hubungan kerja
dari masing-masing bawahan satu sama lain.
c. Kemampuan orang-orang
dalam suatu organisasi.
d. Corak pekerjaan.
e. Stabilitas organisasi
dan stabilitas tenaga kerja.
f.
Jarak
dan waktu.
5. Tingkat-tingkat
pengawasan
Menurut prinsip ini,
tingkat pengawasan atau tingkat pemimpin hendaknya diusahakan sedikit
mungkin. Sehubungan dengan prinsip-prinsip tingkat-tingkat pengawasan ini, maka
dalam organisasi terdapat beberapa jenis tingkatan, yaitu :
a. Dua sampai tiga
tingkatan, bisa
disebut organisasi pipih atau platop
organization.
b. Empat tingkat, sering
disebut struktur organisasi datar.
c. Lima tingkat, sering
disebut struktur organisasi curam.
6. Kesatuan perintah dan
tanggungjawab
Menurut prinsip di
atas, seorang bawahan hanya mempunyai seorang atasan dari siapa ia menerima
perintah dan kepada siapa ia memberi pertanggungjawaban akan pelaksanaan
tugasnya.
7. Koordinasi
Prinsip yang tidak
kalah pentingnya dalam suatu organisasi adalah prinsip koordinasi.
Koordinasi adalah usaha
mengarahkan kegiatan seluruh unit-unit organisasi agar tertuju untuk memberikan
sumbangan semaksimal mungkin bagi pencapaian tujuan organisasi secara
keseluruhan. Koordinasi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ada empat cara
utama dalam usaha pemeliharaan koordinasi, yaitu :
a. Mengadakan pertemuan
resmi antara unsur-unsur atau unit-unit yang harus dikoordinasikan.
b. Mengangkat seseorang,
suatu tim atau panitia coordinator yang khusus bertugas melakukan kegiatan
koordinasi.
c. Membuat buku pedoman,
yang berisikan penjelasan tugas dari masing-masing unit dan koordinasi satu
dengan yang lain.
d. Pimpinan atau atasan
mengadakan pertemuan-pertemuan informal dengan bawahannya dalam rangka
pemberian bimbingan, konsultasi dan pengarahan.
Dalam pelaksanaan kerja
hendaknya dibagi antara lain :
a. Penerangan atau
pemberitaan
b. Pempublikasian dan
perdokumentasian
c. Penyaringan informasi
dan komunikasi.
Pengembangan
tanggungjawab mulai dari tingkat terendah sampai tertinggi:
a. Masing-masing pribadi.
b. Masing-masing sub
bagian.
c. Masing-masing unit
kerja
d. Mansing-masing biro
e. Masing-masing
departemen
f.
Masing-masing
lembaga.
Penetapan pengambilan
keputusan kerja, di antaranya
a. Tahap identifikasi
persoalan.
b. Tahap penetapan tujuan
kerja.
c. Tahap solusi masalah
d. Tahap pemilihan
alternatif.
3.
Pengawasan
Fungsi pengawasan ini
adalah aktivitas untuk mengevalausi dan
mengoreksi penyimpangan-penyimpangan dari rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dengan dilaksanakannya fungsi pengawasan ini diharapkan dapat
mengurangi penyimpangan yang mungkin terjadi, sehingga kemungkinan timbulnya
kerugian yang besar dapat dihindarkan atau dapat ditekan sekecil mungkin.
Oleh karena itu
pengawasan adalah salah satu fungsi dalam administrasi pendidikan untuk menjamin agar pelaksanaan kerja
berjalan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam perencanaan kerja.
Jika pelaksanaan kerja tidak berjalan, tidak sesuai dengan standar perencanaan,
walaupun secara tidak sengaja tetap ke arah yang lebih baik. Hal ini tampak
klasik dan tradisional. Dengan demikian melalui pengawasan dapat diawasi
sejauhmana penyimpangan, penyalahgunaan, kebocoran, kekurangan, pemborosan,
penyelewengan dan lain-lain serta bagaimana kendala dimasa yang akan datang.
Arifin Abdurrahman berpendapat
bahwa ada beberapa factor yang membantu pengawasan dalam mencegah berbagai
kasus penyelewengan serta penyalahgunaan wewenang, yaitu:
1. Filsafat yang dibuat bangsa tersebut.
2. Agama yang mendasari
seseorang tersebut.
3. Kebijakan yang
dijalankan.
4. Anggaran pembiayaan
yang mendukung.
5. Penempatan pegawai dan
prosedur kerjanya.
6. Kemampuan koordinasi
dalam organisasi.
Seorang manajer
mengelola kegiatan
organisasi agar dapat tercapai hasil yang diinginkan atau rencana organisasi
dapat dicapai sesuai dengan hasil-hasil
yang diinginkan atau direncanakan. Keberhasilan atau kegagalan perlu
dipertimbangkan dari segi tujuan yang telah ditentukan. Adapun kegiatan
pengawasan ini untuk dapat memastikan bahwa apa yang sedang dikerjakan atau
akan dilaksanakan dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Fungsi pengawasan yang
dilakukan menajemen merupakan unsur yang sangat penting untuk diperhatikan. Adapun
aktivitas pengawasan yang biasanya dilaksanakan menurut Henry Simamora adalah
sebagai berikut :
1. Mengumpulkan dan
menganalisa data pengangkatan, seleksi penempatan dan promosi untuk meyakinkan
bahwa terdapat pengamatan terhadap
kesempatan kepegawaian yang sama.
2. Menganalisa catatan
penilaian kinerja untuk menentukan upaya penilaian yang diisyaratkan telah
dilaksanakan dengan cara obyektif dan tidak biasa.
3. Menganalisa statistik
yang berhubungan dengan ketidak hadiran keluhan, dan kecelakaan kerja untuk
menentukan bahwa masalah-masalah ini adalah penting dan apa yang seharusnya
dilakukan untuk menguranginya.
Fungsi pengawasan dalam
organisasi adalah semacam nilai tambah yang diberikan kepada peserta didik
untuk memelihara fisik, jiwa dan raganya. Fungsi pemelihraan ini dapat memacu
peserta didik untuk belajar
dengan tekun, giat dan menguntungkan bagi pesantren. Ini merupakan nilai
tambah. Dengan demikian pengawasan merupakan usaha pembinaan sikap dan
pengembangan yang telah dilakukan sebelumnya.
Penyusunan program
pengawasan ini haruslah didasarkan pada kondisi-kondisi nyata yang terdapat
dalam organisasi atau lembaga dan kemungkinan masa yang akan datang yang kelak
akan dihadapi. Yakni program pengawasan ini harus dilaksanakan melalui
pertimbangan-pertimbangan yang cukup matang, termasuk sumber-sumber
pendanaannya.
Oleh sebab itu,
pengawasan tidak bisa dipisahkan dari kegiatan lembaga pendidikan tersebut, ia
haruslah merupakan satu paket yang disusun dalam program pengembangan
organisasi, sehingga pengawasan ini akan dapat terlaksana secara terus menerus.
BAB II
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH A.
Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Pakar kepemimpinan ini mendefiniskan kepemimpinan
secara luas, bahwa kepemimpinan merupakan proses pemimpin mempengaruhi pengikut
untuk :
-
Menginterpretasikan
keadaan (lingkungan organisasi).
-
Pemilihan
tujuan organisasi
-
Pengorganisasian
kerja dan memotivasi pengikut untuk tujuan organisasi.
-
Mengorganisir
dukungan dan kerjasama orang dari luar organisasi.
-
Definisi
kepemimpinan tersebut di atas menggambarkan kepemimpinan dalam suatu
organisasi.
Menurut Burns, kepemimpinan adalah pemimpin membujuk
pengikut untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan merefleksikan nilai-nilai,
motivasi, keinginan, kebutuhan, aspirasi yang digarapkan oleh pemimpin dan
pengikut. Kepemimpinan, menurut Harsey Paul adalah “aktivitas mempengaruhi
orang-orang untuk berusaha mencapai tujuan kelompok secara sukarela”.[11]
Sedangkan M. Ngalim Purwanto berpendapat, bahwa kepemimpinan sebagai
“tindakan/perbuatan perseorangan dan kelompok yang menyebabkan banyak orang,
seseorang maupun kelompok maju ke arah tujuan-tujuan tertentu.”[12]
Pendapat senada dikemukakan oleh Hasyimi Ali, bahwa kepemimpinan adalah “Suatu
seni atau proses mempengaruhi kelompok orang sehingga mereka mau bekerja dengan
sungguh-sunguh untuk meraih tujuan kelompok”.[13]
Beberapa
pendapat di atas, tampak memiliki dasar tindakan yang sama, yaitu adanya upaya
mempengaruhi, sehingga kepemimpinan merupakan suatu aktivitas mempengaruhi
orang atau kelompok untuk mau bekerja sama dengan kesadaran, rasa suka rela, tanpa paksaan,
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama.
Pengertian kepemimpinan juga dikemukakan oleh
Prof. Dr. Hadari Nawawi, yaitu “ Kepemimpinan adalah proses pengarahan,
membimbing, mempengaruhi, atau mengawasi pikiran, perasaan atau tindakan dan
tingkah laku orang lain. Kepemimpinan adalah tindakan di atara perseorangan dan
kelompok yang menyebabkan. Baik seorang maupun kelompok bergerak ke arah tujuan
tertentu”.[14] Sementara itu,
menurut Soewarno Handayaningrat, kepemimpinan adalah “seni untuk
mengkoordinasikan dan memberikan dorongan terhadap individu atau kelompok untuk
mencapai tujuan yang diinginkan”.[15]
Istilah kepemimpinan merupakan istilah umum yang tidak
hanya dikaitkan dengan suatu organisasi. Kepemimpinan selalu muncul jika ada
upaya mempengaruhi seorang individu atau kelompok orang baik dalam hubungannya
dengan organisasi ataupun tidak. Misalnya, kepemimpinan terjadi ketika seorang
kyai mempengaruhi anggota masyarakat lainnya untuk mengikuti keluarga
berencana, hidup hemat dan membersihkan lingkungan tempat tinggalnya agar
mereka dapat hidup sejahtera.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, maka
yang tersirat dari kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam
mengarahkan, membimbing dan mempengaruhi serta mengawasi orang atau kelompok,
kemudian mengambil keputusan atau melakukan tindakan demi tercapainya tujuan
yang telah ditentukan.
2.
Kepemimpinan, Manajemen dan Administrasi
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa kepemimpinan
sebagai proses pemimpin menciptakan visi, mempengaruhi sikap, perilaku,
pendapat, nilai-nilai, norma dan sebagainya dari pengikut untuk merealisasikan
visi.[16] Disini
jelaslah, bahwa kepemimpinan merupakan suatu proses bukan sesuatu yang terjadi
seketika. Istilah proses dapat dijelaskan dalam pengertian konsep sistem
kepemimpinan yang terjadi dari masukan, proses dan keluaran kepemimpinan.
Sebagaimana pada tabel berikut :
Tabel 1: Sistem Kepemimpinan
MASUKAN
|
PROSES
|
KELUARAN
|
Pemimpin
|
Interaksi antara pemimpin dan pengikut
|
Pengikut terpengaruh
|
Pengikut
|
Pemimpin dan pengikut saling mempengaruhi
|
Pengikut tidak terpenagruh
|
Visi
|
Pemimpin dan pengikut berupaya merealisir visi
|
Visi/tujuan tercapai
|
Kekuasaan
|
Proses pemberdayaan pengikut
|
Visi/tujuan tidak tercapai
|
Teknik mempengaruhi
|
Proses perubahan
|
Perubahan terjadi
|
Sumber -sumber
|
Proses manajemen konflik
|
Tidak terjadi perubahan
|
Situasi dan sebagainya
|
|
|
Pengertian
pemimpin, manajer, administrator dan istilah kepemimpinan berbeda.Stephen P.
Robbins yang dikutip Wirawan berpendapat, bahwa manajemen sebagai "The
process of getting activites completed efficiently with and through other
people (manajemen merupakan suatu proses menyelesaikan ativitas secara
efiseien dengan atau melalui orang lain).[17] Definisi
manajemen berbeda dengan definisi kepemimpinan di atas.
3. Tipe-tipe
kepemimpinan
Tipe
tipe kepemimpinan menurut
Sondang P. Siagian, adalah sebagai berikut :
a)
Tipe pemimpin yang otokratis
b) Tipe pemimpin yang
militeristik
c) Tipe pemimpin yang
pateranlistik
d) Tipe pemimpin yang
kharismatik
e) Tipe pemimpin yang
demoktaris.[18]
a) Tipe pemimpin yang
Otokratis
Tipe pemimpin yang otokrasi ialah seorang pemimpin
yang :
1. menganggap organisasi
sebagai milik pribadi.
2. Mengidentifikasi tujuan
pribadi dengan tujuan organisasi.
3. Menganggap bawahan
sebagai alat semata.
4. Tidak mau menerima
kritik, saran dan pendapat
5. Terlalu bergantung pada
kekuatan formalnya.
6. Dalam tindakan
penggerakannya sering menggunakan pendekatan yang sering mengandung paksaan dan
bersifat menghukum.
b) Tipe pemimpin yang
Militeristik
Perlu
diperhatikan terlebih dahulu bahwa
yang dimaksud dengan seorang pemimpin tipe militeristik berbeda dengan seorang
pemimpin organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristik yang
memiliki sifat-sifat :
Dalam menggerakkan bawahannya
sistim perintah yang lebih sering dipergunakan.
1. Dalam menggerakan
bawahan sering bergantung pada pangkat dan jabatan.
2. Senang pada formalitas
yang berlebihan.
3. Menuntut disiplin yang
tinggi dan kaku dari bawahan
4. Sukar menerima kritikan
dari bawahannya.
5. Menggemari
upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
c) Tipe pemimpin yang
paternalistik
Seorang
pemimpin yang tergolong sebagai
pemimpin yang paternalisitik ialah seseorang yang memiliki sifat-sifat:
1. Menganggap bawahannya
sebagai manusia yang tidak dewasa.
2. Bersikap terlalu
melindungi
3. Jarang memberikan
kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif
4. Jarang memberikan kepada
bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya.
5. Jarang memberikan
kepada bawahannya untuk mengambil keputusan.
6. Sering bersikap maha
tahu.
d) Tipe pemimpin yang
kharismatik
Karena
kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seseorang menjadi pemimpin yang
kharismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi
dengan kekuatan gaib, kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak dapat
dipergunakan sebagai kriteria untuk kharisma.
e) Tipe pemimpin yang
demokratis
Seorang
pemimpin yang bertipe demokratis ialah seseorang yang memiliki sifat-sifat :
1. Dalam proses
penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu
adalah mahluk yang termulia di dunia.
2. Membedakan
kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi, senang
menerima saran, pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya.
3. Selalu berusaha
mengutamakan kerjasama dan team
work dalam usaha mencapai tujuan.
4. Dengan rela memberikan
kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan untuk
kemudian dibandingkan dan diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat
kesalahan yang sama.
5. Selalu berusaha
menjadikan bawahannya lebih sukses dari padanya.
Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya
sebagai pemimpin.
B.
Kepemimpinan
Kepala Sekolah
1. Kepala Sekolah sebagai Pemimpin
Pemimpin
selalu ada dalam setiap organisasi. Kehadiran seorang pemimpin memberi corak
tersendiri bagi organisasi yang dipimpinnya. Keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan sering
ditentukan oleh pemimpinannya, karena pemimpin adalah pemegang kendali
organisasi.
Kepala
sekolah pada dasarnya adalah pemimpin. Ia adalah pemimpin bagi guru, pegawai
non guru dan anak didik. Ini membawa implikasi bahwa kehadiran dirinya di
sekolah merupakan figur yang menjadi panutan sekaligus penentu keberhasilan
sekolah.
Setiap
pemimpin termasuk kepala sekolah memiliki tugas utama membawa orang-orang yang
dipimpinnya ke arah tujuan yang telah ditetapkan.[19]
Tugas utama ini berada dalam proses kepemimpinan. Dalam usaha mencapai tujuan,
kepemimpinan seorang pemimpin sangat vital. Kepemimpinan berfungsi sebagai daya
penggerak bagi seluruh sumber daya, baik manusia maupun materiil, sehingga
tanpa kepemimpinan tujuan yang ingin dicapai tidak akan pernah terwujud.
Di
lingkungan sekolah, kepala
sekolah memiliki kepemimpinan kembar, yaitu kepemimpinan formal dan informal.[20]
Sebagai pemimpin formal, pengaruh yang diberikan kepada orang-orang yang
dipimpinnya bersifat formal. Artinya ia menggerakkan dan mengarahkan guru,
pegawai non guru serta anak didik dalam suasana kedinasan. Kepala sekolah dapat
menjadi pemimpin informal karena pengalamannya yang lebih banyak dibandingkan
guru. Kelebihan kepala sekolah tidak terbatas pada pengalamannya saja tetapi
juga kelebihan di
bidang ketrampilan dan pengetahuan tentang mengajar yang efektif. Dengan
kelebihannya itu ia menjadi orang yang paling tepat dimintai bantuan oleh guru.
Kepala
sekolah menjalankan kepemimpinannya dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Untuk itu kepala sekolah diharapkan mampu memancing motivasi, menggerakkan dan
mengarahkan orang-orang yang dipimpinnya. Kepemimpinan pendidikan menentukan
keberhasilan sekolah mencapai tujuannya. Keberhasilan kepemimpinan sekolah akan
membawa kepeberhasilan pula dalam pencapaian tujuan pendidikan di sekolah. Ini
mengandung pengertian bahwa kepala sekolah memegang kunci keberhasilan sekolah.
Pada umumnya, keberhasilan tujuan pendidikan di
sekolah tidak terlepas dari peranan kepala sekolah. Peranan kepala sekolah, menurut
M. Ngalim Purwanto,[21]
yaitu :
a). Sebagai Eksekutif, yaitu
seorang pemimpin tidak boleh memakakan kehendaknya sendiri terhadap
kelompoknya. Ia harus berusaha menjalankan/memahami kehendak dan kebutuhan
kelompoknya juga program atau rencana yang telah ditetapkan bersama.
b). Sebagai Perencana, yaitu
seorang pemimpin yang baik harus pandai membuat dan menyusun rencana, sehingga
segala sesuatu yang diperbuat terlebih dahulu telah diperhitungkan secara
matang dan baik.
c). Sebagai Ahli, yaitu
harus ahli dengan tugas jabatan kepemimpinan yang dipegangnya.
d). Sebagai
pencipta/Memiliki cita-cita, yaitu seorang pimpinan hendaknya mempunyai suatu
konsep yang baik dan realistis, sehingga dalam menjalankan kepemimpinannya
mempunyai garis yang jelas dan tegas menuju arah yang telah ditentukan atau
yang dicita-citakan.
Sedangkan menurut Subagio Atmodiwiro dan Soeranto
Totosiswanto, peranan kepala sekolah meliputi: Peranan kepala sekolah sebagai
pemimpin, administrator, manajer, supervisor dan penghubung masyarakat”.[22]
Dan dalam melakukan perannya, kepala sekolah bertugas sebagai berikut[23]
:
1) Menyusun
perencanaan
2) Mengorganisasikan
kegiatan
3) Mengkoordinasikan
kegiatan
4) Melaksanakan
pengawasan
5) Melakukan
evaluasi terhadap kegiatan
6) Menentukan
kebijakan
7) Mengadakan
rapat
8) Mengambil
keputusan
9) Mengatur
proses belajar mengajar
10)
Mengatur
administrasi kantor, siswa, pegawai, perlengkapan dan keuangan.
11)
Mengatur
organisasi
12)
Mengatur
proses belajar mengajar
13)
Mengatur
hubungan sekolah dengan masyarakat dan dunia usaha.
Peranan kepala sekolah dapat
pula dilengkapi, sebagaimana pendapat M. Ngalim Purwanto., yaitu :
1. Menyelami
kebutuhan-kebutuhan kelompoknya dan keinginan kelompoknya.
2. Dari
keinginan-keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak yang realistis dan
yang benar-benar dapat dicapai.
3. Meyakinkan kelompoknya
mengenai apa-apa yang menjadi kehendak mereka, mana yang realistis dan mana
yang sebenarnya merupakan hayalan.
4. Menentukan jalan yang
dapat ditempuh untuk mencapai/mewujdukan kehendak-kehendak tersebut
4 Kompetensi (kemampuan)
kepemimpinan
Seorang pimpinan pada umumnya tidak akan
mengerjakan sendiri tindakan yang bersifat operasional, ia akan menggerakkan
orang-orang (bawahannya) untuk melaksanakan keputusannya sesuai dengan
kebijaksanaan yang teah ditetapkan. Pelaksanaan pekerjaan tersebut akan
diberikan kepada orang-orang tertentu
sesuai dengan tingkat ketrampilan yang dimiliki.
Soebagio Atmodiwiro san Soeranto Totosiswanto.
mengemukakan kemampuan kepemimpinan yang dikutip dari Redding dan Casey, yaitu
:
1) Pengambilan keputusan
2) Mengatur dan membagi
tugas
3) Menguasai substansi
4) Pemberian pengarahan
5) Menguasai penggunaan
sarana dan prasarana penunjang kegiatan
6) Kemampuan memberikan
dorongan
7) Kemampuan memberikan
penghargaan dan hukuman yang tepat
8) Kemampuan mengawasi,
memonitor, dan menilai pelaksanaan kegiatan
9) Kemampuan memberikan
bimbingan dan supervisi
10)
Kemampuan
mengadajan tindakan koreksi, perbaikan dan remidial
Kepemimpinan adalah suatu proses dinamis. Hubungan
pimpinan dan bawahan adalah bersifat timbal balik dan berkembang melalui traksaksi antar pribadi,
personifikasi kepemimpinan menekankan keahlian teknis di samping kharisma. Para
pemimpin muncul karena mereka dapat membentuk dan mengubah situasi, dan dengan
demikian membuat sesuatu sistem menjadi makna bersama yang memberikan dasar
untuk suatu tindakan organisasi.
Dengan adanya kenyataan bahwa fungsi dan peran
seorang pemimpin tidak hanya mempunyai kemampuan saja tetapi juga memenuhi
persyaratan-persyaratan yang lebih tinggi dari bawahannya. Sebagaimana
dikemukakan oleh Soebagio, bahwa efektifitas seorang pemimpin banyak
kemungkinan didukung oleh persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
1) Memiliki kecerdasan
yang cukup tinggi
2) Memiliki kemampuan berbicara
3) Memiliki percaya diri
4) Memiliki inisiatif
5) Memiliki motivasi
berprestasi, dan
6) Memiliki ambisi.
Selain itu seorang pemimpin harus mempunyai
sifat-sifat umum dalam bermacam-macam situasi, seperti dapat merasakan dengan
tepat dan mengerti tingkah laku anggota kelompok dan peka terhadap
kebutuhan-kebutuhannya, dapat menyesuaikan tingkah lakunya untuk mengadakan
perubahan sesuai dengan kebutuhan dan situasi kelompok.
2. Pengaruh
Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kompetensi Guru
Dalam proses belajar mengajar, tugas guru tidak hanya
terbatas sebagai penyampai ilmu pengetahuan (transfer of knowledge), akan
tetapi lebih dari itu ia juga bertanggung jawab atas keseluruhan kepribadian
siswa ia harus mempu menciptakan kegiatan sedemikian rupa, sehingga dalam
menunaikan tugas khususnya dalam kegiatan proses belajar secara aktif dan dinamis.
Guru merupakan
salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya peningkatan mutu
pendidikan. Itulah sebabnya setiap adanya inovasi pendidikan, khususnya
pengembangan dan peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya
peningkatan pendidikan selalu bermuara pada faktor guru. Hal ini menunjukkan
betapa siginikasinya peran dan tugas
guru terhadap pendidikan.
Peranan
guru dalam kegiatan pembelajaran amat dominan untuk pencapaian tujuan
pengajaran. Karena itu guru harus mempersiapkan diri, baik dari aspek fisik
maupun non fisik, seperti intelektual, moral dan sebagainya. Guru haruslah
mampu mengembangkan diri seiring dengan lajunya perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Konsekuensi logis dari semua itu ialah bahwa guru berupaya agar selalu
mengembangan diri dengan berbagai cara, seperti membaca berbagai buku rujukan,
menulis atau melanjutkan belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Dalam situasi demikian,
maka peranan kepemimpinan kepala sekolah amat penting, yaitu dalam upaya meningkatkan
kompetensi guru, membangkitkan semangat, membuat mereka agar tertarik dan lebih
menyadari tentang tugas serta tanggung jawabnya. Sebagai seorang pemimpin,
kepala sekolah perlu bekerjasama yang baik dengan para pegawainya dan guru-guru
agar tugas-tugas pendidikan dilaksanakan sesuai dengan tujuan penddikan,
sehingga produktifitas pendidikan meningkat, baik kuantitas (jumlah) maupun
kualitas (mutu)nya. Peningkatan produktivitas diperlukan inisiatif dan
keratifitas bawahan, yaitu guru dan pegawai lainnya untuk memudahkan tugas
mereka.
Berdasarkan
uraian di atas Kepemimpinan kepala sekolah
berpengaruh baik terhadap kompetensi guru dalam pengembangan diri ke
arah yang lebih profesional dalam bidang yang ia geluti.
[3] Kata yudabbiru terfdapat
dalam Al Quran, antara lain dalam Surat : Yunus ayat 31, Surat Ar Ra’d ayat 2
dan Surat As Sajadah ayat 5
[4] Lihat Buku Inu Kencana, AL Quran daqn Ilmu Administrasi, Jakarta : Rineka Cipta,
2000:27
[8] E. Mulyasa, Manajemen Berbasis
Sekolah, Bandung :
Remaja Rosdakarya, 2002:19-20
[11]Harsey Paul,1994, Manajemen Perilaku Organisasi, Pendayagunaan sumber Daya
Manusia, Terjemah Agus Dharmawan, Jakarta: Erlangga,, Cet. Ke-4, h. 98
[12]M. Ngalim Purwanto, 1987, Administrasi Pendidikan, Jakarta:
Mutiara, Cet. Ke-1, h. 33
[13] A. Hasyimi Ali, 1991, Organisasi dan Manajemen, Jakarta: Bumi
Aksara, h. 315
[14]Hadari Nawawi1998, Administrasi Pendidikan, Jakarta: CV. Haji
Masagung, h. 79-80
[15]Soewarno Handayaningrat, 1990, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan
Manajemen, Jakarta: CV. Haji Masagung, , h. 64
[16]Wirawan, Kapita Selakta Teori Kepemimpinan 1, 2002, Jakarta : Yayasan Bangun
Indonesia dan UHAMKA Press, , h. 19
[17] Ibid.
[18]Sondang P. Siagian, Filsafat Administrasi, 1986, Jakarta: PT.
Gunung Agung, hal. 42
[19]Tojiman Sidikprawiro, et al, 1977, Pedoman Dinas Staf, Jakarta: Ghalia Indonesia, h. 35
[20]Chatlinas Said, 1998, Pengantar Administrasi Pendidikan, Jakarta: Proyek Pengembangan LP TK, h. 132
[21] M. Ngalim Purwanto, Op.Cit., 39