Model Pembelajaran Inquiry Learning
( Pembelajaran Inkuiri)
Indrawati (1999:9) menyatakan, bahwa suatu pembelajaran pada umumnya
akan lebih efektif bila diselenggarakan melalui model-model
pembelajaran yang termasuk rumpun pemrosesan informasi. Hal ini
dikarenakan model-model pemrosesan informasi menekankan pada bagaimana
seseorang berfikir dan bagaimana dampaknya terhadap cara-cara mengolah
informasi. Menurut Downey (1967) dalam Joyce (1992:107) menyatakan bahwa
inti dari berpikir yang baik adalah kemampuan untuk memecahkan
masalah. Dasar dari pemecahan masalah adalah kemampuan untuk belajar
dalam situasi proses berpikir. Dengan demikian, hal ini dapat di
implementasikan bahwa kepada siswa hendaknya diajarkan bagaimana belajar
meliputi apa yang diajarkan, bagaimana hal itu diajarkan, jenis
kondisi belajar, dan memperoleh pandangan baru. Salah satu yang
termasuk dalam model pemrosesan informasi adalah model pembelajaran
inkuiri.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi
merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA di Sekolah Menengah
diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari
diri sendiri dan alam sekitar, serta menjadi prospek pengembangan lebih
lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan
IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar peserta didik menjelajahi dan memahami alam sekitar
secara ilmiah (BSNP, 2006).
Pembelajaran Biologi sebagai salah satu bagian dari pendidikan IPA
memiliki empat tujuan yaitu mengajarkan fakta-fakta Biologi,
mengembangkan kemampuan, mengajarkan keterampilan dan mendorong sikap
yang (Rustaman, 2003). Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut dalam suatu
pembelajaran diperlukan aplikasi pendekatan dan metode yang sudah
tersusun dalam silabus dan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Salah satu pendekatan yang banyak dianjurkan dalam pembelajaran Biologi
adalah pendekatan inkuiri. Pendekatan inkuiri di sekolah akan
memberikan berbagai pengalaman belajar seperti mengamati, mengajukan
pertanyaan, hipotesis, menggunakan alat dan bahan dengan baik dan benar
dengan mempertimbangkan keamanan dan keselamatan kerja, menggali dan
menghimpun data, menafsirkan data, menarik kesimpulan, serta
mengkomunikasikan hasil temuan secara lisan atau tulisan, menggali dan
memilah informasi yang relevan untuk menguji gagasan atau memecahkan
masalah sehari-hari (BSNP, 2006).
Dalam proses belajar inkuiri terbimbing, siswa belajar untuk melakukan
investigasi dan mengumpulkan bukti dari beberapa sumber, mengembangkan
penjelasan dari data mengkomunikasikan dan mempertahankan kesimpulan
mereka. Dalam pembelajaran ini sesuai bengan hakekat pembelajaran SAINS
yaitu produk, proses dan sikap. Siswa diharapkan memiliki orientasi
pada proses karena dengan memahami proses maka siswa otomatis akan
memperoleh produk dan sikap ilmiah.
B. Rumusan Masalah
- Bagaimana cara membelajarkan siswa dengan menggunakan model Inkuiri?
- Apa saja syarat timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa dan bagaimana peran guru didalamnya?
- Bagaimana fase-fase/ sintaks dari pembelajaran inkuiri?
- Apakah keunggulan dan kelemahan dari model pembelajaran inkuiri?
- Untuk mengetahui cara membelajarkan siswa dengan menggunakan model Inkuiri.
- Untuk mengetahui syarat timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa dan peran guru didalamnya.
- Untuk mengetahui fase-fase/ syntax dari pembelajaran inkuiri.
- Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan dari model pembelajaran inkuiri.
D. Manfaat
Agar dapat menberikan manfaat bagi pendidik pada khususnya dan para
pembaca pada umumnya supaya dapat memahami fase-fase model pembelajaran
inkuiri secara jelas sehingga dapat mengetahui cara menerapkan model
pembelajaran inkuiri di dalam kelas.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri
Indrawati (1999:9) menyatakan, bahwa suatu pembelajaran pada umumnya
akan lebih efektif bila diselenggarakan melalui model-model
pembelajaran yang termasuk rumpun pemrosesan informasi. Hal ini
dikarenakan model-model pemrosesan informasi menekankan pada bagaimana
seseorang berfikir dan bagaimana dampaknya terhadap cara-cara mengolah
informasi. Menurut Downey (1967) dalam Joyce (1992:107) menyatakan bahwa
inti dari berpikir yang baik adalah kemampuan untuk memecahkan
masalah. Dasar dari pemecahan masalah adalah kemampuan untuk belajar
dalam situasi proses berpikir. Dengan demikian, hal ini dapat di
implementasikan bahwa kepada siswa hendaknya diajarkan bagaimana belajar
meliputi apa yang diajarkan, bagaimana hal itu diajarkan, jenis
kondisi belajar, dan memperoleh pandangan baru. Salah satu yang
termasuk dalam model pemrosesan informasi adalah model pembelajaran
inkuiri.
Seperti yang dikutip oleh Suryosubroto (1993:193), menyatakan bahwa
discovery merupakan bagian dari inkuiri, atau inkuiri merupakan
perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Inkuiri yang
dalam bahasa inggris inquiry, berarti pernyataan, atau pemeriksaan,
penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia
untuk mencari atau memahami informasi. Gulo (2002),Menyatakan strategi
inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara
maksimal sleuruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan
sendiri penemuan dengan penuh percaya diri. Sasaran utama kegiatan
pembelajaran inkuiri adalah (1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam
proses kegiatan belajar, (2) keterarahan kegiatan secara logis dan
sistematis pada tujuan pembelajaran, dan (3) mengembangkan sikap percaya
diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.
2. Syarat Timbulnya Kegiatan Inkuiri bagi Siswa dan Peran Guru
Kondisi umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa adalah :
- Aspek sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi
- Inkuiri berfokus pada hipotesis dan
- Penggunaan fakta sebagai evidensi
Susunan kelas yang nyaman merupakan hal yang penting dalam pembelajaran
inkuiri karena pertanyaan-pertanyaan harus berasal dari siswa agar
proses pembelajaaran dapat dicapai dengan baik. Kerja sama guru dengan
siswa, siswa dengan siswa diperlukan juga adanya dorongan secara aktif
dari guru dan teman.
Untuk menciptakan kondisi seperti itu peran guru adalah sebagai berikut :
- Motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berfikir
- Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan
- Penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat
- Administrator, bertanggung jawab dalam seluruh kegiatan kelas
- Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan
- Manager, mengelola sumber belajar, waktu dan organisasi kelas
- Rewarder, pemberi penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa
Pembelajaran inkuiri menurut Suchman, peran guru memonitor pertanyaan
siswa untuk mencegah agar proses inkiri, tidak sama dengan permainan
tebakan . Hal ini memerlukan dua aturan penting yaitu ;
- Pertanyaan harus dapat dijwab ya atau tidakdan harus diucapkan dengan suatu cara agar siswa dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan melakukan pengamatan.
- Pertanyaan harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan guru memberikn jawaaban pertanyaan tersebut tetapi mengarahkan siswa untuk menemukan jawaban sendiri.
Munandar (1990:47), mengemukakan beberapa perumusan kretifitas adalah
kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia , menemukan
banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah dimana penekannanya
pada kuantitas, ketepatgunaan, dan beragam jawaban”. Makin banyak
kemungkinan jawaban yang dapat diberikan terhadap suatu masalah, makin
kreatif seseorang. Tentu saja jawaban itu harus sesuai dengan
masalahnya. Jadi tidak semata-mata banyaknya jawaban yang dapat
diberikan yang menentukan kreatifitas seseorang, tetapi juga kualitas
atau mutu dari jawabannya. Kreativitas pada anak perlu dikembangkan
karena dengan berkreasi anak dapat mewujudkan dirinya sebagai kemampuan
untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu
masalah, memberikan suatu kepuasan kepada individu dan memungkinkan
meningkatkan kualitas hidupnya.
Ciri perkembangan afektif, yaitu menyangkut sikap dan perasaan,
motivasi atau dorongan dari dalam untuk berbuat sesuatu, misalnya rasa
ingin tahu, tertarik terhadap tugas-tugas majemuk yang dirasakan siswa
sebagai tantangan, berani mengambil resiko untuk membuat kesalahan atau
dikritik siswa lain, tidak mudah putus asa, menghargai diri sendiri
maupun oranglain (Munanadar, 1990:51).
3. Fase-Fase Pembelajaran Inkuiri
Gulo (2002) menyatakan bahwa inquiry tidak hanya mengembangkan
kemampuan dan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada termasuk
pengembangan emosional dan ketrampilan inquiry merupakan suatu proses
yang bermula dari merumuskn masalah, merumuskan hipotesis , mengumpulkan
data, menganalisis data dan membuat kesimpulan
Di dalam sistem belajar-mengajar ini, guru menyajikan bahan pelajaran
tidak dalam bentuknya yang final, tetapi peserta didik yang diberi
peluang untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan mempergunakan
teknik pendekatan pemecahan masalah. Secara garis besar prosedurnya
sebagai berikut:
- Stimulation, Guru mulai dengan bertanya mengajukan persoalan atau menyuruh peserta didik membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan.
- Problem statement, peserta didik diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan, sebanyak mungkin memilihnya yang dipandang paling menarik dan fleksibel untuk dipecahkan. Permasalahan yang dipilih ini selanjutnya harus dirumuskan dalam pertanyaan atau hipotesis (pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan tersebut)
- Data collection, untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis itu.peserta dididk diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, dengan jelas membaca literatur, mengamati objeknya, mewawancarai orang sumber, mencoba (uji coba) sendiri dan sebagainya.
- Data processing, semua informasi (hasil bacaan wawancara, observasi, dan sebagainya) itu diolah diacak diklasifikasikan, ditabulasikan, bahkan kalau perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan dengan tingkat kepercayaan tertentu.
- Verification, berdasarkan hasil olahan dan taffsiran atau informasi yang ada tersebut( avaiblle information), pertanyaan atau hipotesis yang dirumuskan terlebih dahulu kemudian dicek, atauka apakah terjawab atau, dengan kata lain terbukti atau tidak.
- Generalization, tahap selanjutkan. Berdasarkan hasil verifikasi tadi siswa belajar menarik generalisasi/ kesimpulan tertentu.
Sistem belajar-mengajar ini dikembangkan oleh Bruner. Landasan
pemikiran yang mendasari pendekatan belajar-mengajar ini adalah bahwa
hasil belajar dengan cara ini lebih mudah dihaffal dan diingat, mudah
ditransfer (untuk menghadapi pemecahan masalah). Pengetahuan dan
kecakapan (intellectual potency) peserta didik yang bersangkutan lebih
jauh lagi dapat menumbuhkan motif intrinsik (karena peserta didik puas
akan penggunaannya sendiri.
Tahapan Pembelajaran Inkuiri
Fase
Perilaku guru
- Menyajikan pertanyaan atau masalah
Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan maslah. Guru membagi siwa dalam kelompok
- Membuat hipotesis
Guru memberikan kesempatan bagi tiap siswa untuk curah pendapat dalam
membentuk hipotesis. Guru membibing siswa dalam membuat hipotesis
yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana
yang menjadi prioritas penyelidikan.
- Merancang percobaan
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan
langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang dilakukan. Guru
membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan.
- Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi
Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan.
- Mengumpulkan dan menganalisis data
Guru memberikan kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.
- Membuat kesimpulan (generalisasi)
Guru membimbing siswa dalam mambuat kesimpulan.
4. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inquiry dengan metode Suchman menggunakan
pertanyaan-pertanyaan yandiajukan kepada siswa sebagai alternative untuk
prosedur pengumpulan data. Inkuiri Suchnan seperti yang dikutip oleh
Kardi (2003:10) mempunyai 2 kelebihan yaitu :
- Penelitian dapat diselesaikan dalam waktu satu periode pertemuan. Waktu yang singkat ini memungkinkan siswa dapat mengalami siklus inkiri dengan cepat, dan dengan pelatihan merekaakan terampil melakukan inkuiri
- Lebih efektif dalam senua bidang di dalam kurikulum.
Pendekatan pembelajaran ini sangat cocok untuk materi pelajaran yang
bersifat kognitif. Kelemahannya ialah antara lain; memakan waktu banyak
(time consuming), dan kalau kurang terpimpin dan terarah, dapat
menjurus pada kekacauan dan kekaburan atas materi yang dipelajarinya.
(Rusyan ,1999 : 177-178)
Zaini, Hisyam, dkk. 2007. Strategi Pembelajaran Aktif.Yogyakarta:CTSDRusyan, A.Tabrani, dkk.1998. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:Remaja Karya Offset
Trianto.2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:Kencana Perenada Media Group
Johnson, Elaine B.2007. Contextual Teaching And Learning.Bandung: Mizan Media Utama