MAKALAH
LANDASAN
PENELITIAN KUALITATIF DALAM BIDANG PENDIDIKAN
PENDAHULUAN
Penelitian
kualitatif digunakan sebagai payung istilah yang memiliki ciri-ciri tertentu,
yaitu data yang dikumpulkan disebut data lunak, permasalahan penelitian tidak
disusun berdasarkan variabel operasional, dan
penyelidikan yang bertujuan memahami tingkah laku dari sudut kerangka
acuan subyek sendiri. Contoh konkret penelitian kualitatif dengan ciri-ciri
sebagaimana tersebut di atas adalah observasi partisipan dan wawancara
mendalam.
Istilah yang digunakan untuk merujuk kepada
penelitian kualitatif beragam. Penelitian lapangan digunakan dalam bidang
antropologi dan sosial. Di bidang pendidikan diistilahkan ini disebut
naturalistik. Digunakan pula istilah etnografi oleh kebanyakan antropolog.
KARAKTERISTIK PENELITIAN
KUALITATIF
Penelitian kualitatif memiliki karakteristik
sebagai berikut.
1.
Bersifat
natural
Dalam penelitian kualitatif, sumber data diambil langsung dari latar alami
dan peneliti merupakan istrumen kunci. Peneliti kualitatif merasa bahwa
tindakan dapat dipahami dengan baik jika diamati pada latar lingkungan tempat
terjadinya (konteks). Apakah data yang terkumpul melalui rekaman video,
wawancara, atau observasi pelibatan, peneliti kualitatif menganggap bahwa
tingkah laku dipengaruhi oleh latar kejadiannya.
2.
Bersifat
deskriptif
Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini berbentuk kata. Laporan hasil penelitian berisi kutipan-kutipan data sebagai ilustrasi dan
keterangan pendukung atas apa yang disajikan. Dalam upaya memperoleh pemahaman,
peneliti berusaha menganalisis data
dengan segala kekayaan makna dan sedekat mungkin dengan wujud rekaman atau
transkripnya. Ancangan penelitian kualitatif melihat bahwa tidak ada sesuatu
yang sepele. Segala sesuatu bisa memberikan petunjuk untuk pemahaman yang lebih
utuh tentang apa yang sedang diteliti. Deskripsi akan berhasil sebagai metode
pengumpulan data jika rinciannya dapat memberikan penjelasan.
3.
Di
samping hasil, penelitian kualitatif memperhatikan proses
Penekanan penelitian kualitatif
pada proses sangat bermanfaat dalam penelitian pendidikan yang dimaksudkan
untuk klarifikasi self-fulfilling
prophecy, yaitu suatu paham bahwa unjuk kerja kognitif siswa dipengaruhi
oleh ekspektasi guru terhadapnya (Rosenthal dan Jacobson, 1968).
4.
Analisis
data secara induktif
Peneliti kualitatif tidak
mencari data atau bukti untuk menerima
atau menolak hipotesis yang dibuatnya sebelum memulai studi; alih-alih mereka
membuat abstraksi ketika hal-hal khusus yang telah terkumpul dikelompokkan
bersama-sama. Teori yang tersusun seperti ini, muncul dari bawah ke atas,
disebut teori mendasar, grounded,
(Glaser dan Strauss, 1967). Jika diilustrasikan, analisis data secara induktif
tidak seperti menyusun sebuah mosaik yang gambarnya telah diketahui, tetapi
menyusun sebuah gambar yang terjadi pada waktu kita menemukan dan mempelajari
bagian-bagiannya. Peneliti tidak mempunyai anggapan bahwa ia telah mengetahui
cukup banyak hal dan soal penting sebelum menjalankan riset.
5.
Makna
merupakan masalah esensial dalam ancangan penelitian kualitatif
Perhatian peneliti kualitatif
adalah apa yang disebut perspektif pelibatan (participant perspective), yaitu bagaimana orang-orang mengartikan
atau memberi makna kepada hidupnya. Peneliti
ingin memastikan bahwa ia
menangkap perspektif secara cermat. Beberapa peneliti yang mempergunakan video
dan menunjukkan rekamannya kepada orang
lain untuk mengecek penafsiran orang tersebut
dengan penafsiran informan. Cara demikian menunjukkan adanya perhatian
bagaimana menangkap cara yang dipakai orang itu sendiri untuk menafsirkan arti penting sesuatu dengan
cermat.
TRADISI PENELITIAN
KUALITATIF DALAM BIDANG BIDANG PENDIDIKAN
Abad Ke-19
Beberapa karakteristik kehidupan di Amerika pada
abad ke-19 menyebabkan timbulnya kebutuhan untuk melakukan penyelidikan
kemasyarakatan. Urbanisasi dan dampak imigrasi
besar-besaran menimbulkan masalah di kota-kota besar, seperti masalah
sanitasi, kesehatan, kesejahteraan, dan pendidikan. Kondisi seperti ini
dipublikasikan secara meluas di media massa sehingga permasalahan sosial
seperti ini menghendaki beragam tanggapan khalayak. Salah satunya adalah
gerakan survei sosial.
Pada Abad ke-19 di Amerika, publisitas media yang
mengangkat permasalahan sosial mendorong munculnya survei sosial. Artinya, media
berpengaruh besar terhadap perkembangan penelitian survei. Lebih lanjut, survei
sosial diselenggarakan untuk mendorong perubahan sosial melalui penelitian.
Timbulnya Antropologi
Sumbangan paling penting Boas terhadap
perkembangan penelitian kualitatif bagi pendidikan adalah konsepnya tentang
kebudayaan. Ia beranggapan bahwa setiap kebudayaan yang diteliti harus
dirancang secara induktif. Antropolog hendaknya mempelajari kebudayaan dengan
maksud mempelajari bagaimana kebudayaan tersebut dipahami oleh warganya, bukan
bagaimana peneliti memahaminya. Malinowski juga berpendirian bahwa suatu teori
pendidikan hendaknya berakar di dalam pengalaman manusia, didasarkan pada
pengamatan, dan ditemukan secara induktif.
Sosiologi Chicago
Secara metodologi, sosiolog Chicago mengandalkan
studi kasus tunggal. Ciri metodologis aliran Chicago antara lain mengandalkan
pengumpulan data secara langsung (tangan pertama) dan menekankan penelitian pada
kehidupan kota besar.
Dalam penekanannya pada persilangan konteks sosial
dan biografi terletak akar deskripsi penelitian kualitatif sebagai ”holistik”. Artinya
bahwa tingkah laku seseorang dapat dipelajari dengan baik menurut situasi
terjadinya tingkah laku itu.
Sosiologi Pendidikan
Sosiologi pendidikan secara keseluruhan (termasuk
psikologi pendidikan) beralih dari paham Chicago ke pendekatan kuantitatif dan eksperimental. Bain (1929) dalam
”Validitas Riwayat Hidup dan Catatan Harian”
menyatakan bahwa riwayat hidup dan catatan harian tidak cukup ilmiah
untuk ilmu sosiologi karena tidak dapat diolah secara statistik dan tidak dapat
distandardisasikan. Meskipun kuantifikasi menunjukkan dominasi aliran dalam
sosiologi pendidikan, karya-karya Willard Waller berorientasi kepada sosiologi
pendidikan yang antikuantitatif.
Tahun 1930-an Hingga 1950-an
Bogdan melihat metodologi kuantitatif berkembang
lebih baik meskipun ancangan penelitian kualitatif bukan merupakan alat
penelitian yang populer pada dasawarsa ini. Pengaruh Fakultas Sosiologi
Universitas Chicago mengendur dalam tahun tiga puluhan karena sejumlah sebab
antara lain tidak tersedianya sumber pendanaan penelitian, perbedaan-perbedaan
politik, dan metodologi yang ada di antara pakar-pakar sosiologi Amerika, dan
meninggal atau pensiunannya beberapa tokoh penting di Chicago.
Perkembangan
metodologi dan konseptual metode kualitatif atau metode penelitian
lapangan terjadi pada tahun 50-an. Selama masa ”Sosiologi Chicago”, pengalaman
penelitian individual jarang mendapat pemberitaan umum. Proses kerja lapangan
menjadi pokok pembicaraan saat para peneliti
kualitatif sadar diri dan bersifat intropektif mengenai metode.
Perkembangan konseptual semakin maju saat Erving Goffman (1955) mempelajarai
cara bagaimana orang mengelola pandangan orang lain terhadapnya dan bagaimana
hal ini mempengaruhi kenyataan sosial (Dramaturgis).
Perkembangan metodologi yang penting lainnya
adalah tumbuhnya wawancara sebagai strategi pokok penelitian kualitatif.
Tahun 1960-an: Masa
Perubahan Sosial
Beberapa penyebab perkembangan penelitian
kualitatif pada era ini adalah (1) pergolakan sosial yang menunjukkan kurangnya
perhatian masyarakat terhadap siswa dan permasalahan dalam pendidikannya; (2)
adanya pengakuan terhadap pandangan mereka yang terpinggirkan oleh kekuasaan.
Metode kualitatif mewakili bangkitnya gerakan demokrasi selama dasawarsa
enampuluhan.
Pada era ini
dikenal etnometodologi setelah selama dasawarsa enampuluhan bidang
sosiologi dikuasai oleh pemikiran fungsionalis struktural.
Dasawarsa 1970-An: Penelitian
Kualitatif dalam Pendidikan, Keragaman yang Luas
Perdebatan antara para peneliti kuantitatif dengan
kualitatif terus berlangsung. Perdebatan tentang data keras dengan data lunak, jurnalisme dengan riset, ancangan
’ilmiah’ dengan ancangan ’intuitif’, masing-masing mempunyai pengikut.
Gaya pelaksanaan dan penyajian penelitian
kualitatif menunjukkan keragaman pada
masa itu. Misalnya gaya
ancangan kooperatif yang penuh keterbukaan dan gaya konfliktual yang
terselubung. Sikap peneliti terhadap informan (subjek yang diteliti) juga
menunjukkan keragaman serupa. Ada yang berpandangan empatik yang humanis dan ada pula paham yang menempatkan perasaan orang sebagai sampingan
(etnometodologi). Etnometodologi yang berakar kepada filsafat fenomenologi ini merupakan
orientasi penelitian kualitatif yang relatif baru.
DASAR TEORI
Ancangan Fenomenologi
Ancangan fenomenologi menghendaki adanya sejumlah asumsi yang
berlainan dengan cara yang digunakan untuk mengancang perilaku orang dengan
maksud menemukan fakta dan penyebabnya. Peneliti aliran fenomenologi berusaha
memahami apa makna kejadian dan interaksi bagi orang biasa pada situasi
tertentu.
Yang ditekankan kaum fenomenolog adalah segi
subyektif tingkah laku orang. Fenomenolog berusaha untuk masuk dalam dunia konseptual
subyek penyelidikannya agar dapat memahami bagaimana dan apa makna yang disusun subyek tersebut di
sekitar kejadian-kejadian dalam kehidupan sehari-hari (memahami subyek dari
sudut pandang subyek sendiri). Fenomenolog percaya bahwa ada banyak cara untuk
menginterpretasi perilaku seseorang.
Interaksi Simbolik
Terdapat asumsi bahwa pengalaman manusia itu
diperoleh dengan perantaraan interpretasi. Benda (obyek), manusia,
situasi, dan kejadian itu tidak memiliki
maknanya sendiri. Makna yang diberikan seseorang kepada pengalamannya dan
proses menginterpretasinya merupakan hal
yang esensial dan konstitutif, bukan hal yang kebetulan atau bersifat sekunder
terhadap pengalaman itu. Untuk bisa memahami tingkah laku orang, kita harus
memahami definisi dan proses terbentuknya.
Bagian lain yang penting dari teori interaksi
simbolis adalah konstruk tentang ’diri pribadi’ (self). Diri tidak dipandang
terletak dalam individu seperti ego atau kebutuhan. Diri adalah definisi yang
diciptakan orang (melalui interaksinya dengan orng-orang lain) mengenai siapa dia.
Pendek kata, kita memandang
diri kita sendiri sebagaimana orang lain memandang kita. Dengan demikian, diri
merupakan konstruk sosial.
Kebudayaan
Kebudayaan adalah pengetahuan
perolehan yang digunakan manusia untuk menafsirkan pengalaman dan membuahkan
tingkah laku (Sardley, 1980:6). Dalam pengertian ini, kebudayaan merangkum apa
yang dilakukan orang, apa yang diketahui orang, dan barang-barang yang dibuat
dan dipergunakan orang. Dalam perspektif
lainnya, Geertz (1973:14) memaknai kebudayaan sebagai sistem yang rumit tentang
tanda-tanda yang dapat diterangkan artinya. Kebudayaan bukanlah kekuasaan,
sesuatu yang menjadi penyebab kejadian sosial, tingkah laku, lembaga, atau
proses; kebudayaan adalah konteks yang di dalamnya dapat dijelaskan semua hal tadi
dengan jelas. Dalam pengertian ini, ada interaksi antara kebudayaan dengan
makna yang dilekatkan orang kepada peristiwa. Orientasi fenomenologis dari
defnisi ini jelas.
Etnometodologi
Pekerjaan etnometodolog
adalah melakukan studi tentang bagaimana
orang-orang, sebagai pendukung dari tatanan yang lazim, menggunakan sifat-sifat
tatanan itu untuk membuat agar bagi para warga bisa terjadi ciri-ciri yang
terorganisasi yang kelihatannya nyata. Para ahli etnometodologi berupaya
memahami bagaimana cara orang memandang, menjelaskan, dan memerikan tatanan
dunia tempat mereka hidup.
Teori Mutakhir :Feminisme
dan Kajian Budaya
Teori feminis berusaha
mengeksplorasi makna konsep-konsep gender. Teori ini bermula dari asumsi bahwa
gender merupakan kategori yang digunakan untuk memahami pengalaman manusia.
Gender merupakan konstruksi sosial yang telah didominasi oleh laki-laki yang
mengakibatkan penindasan terhadap kaum perempuan. Ilmuwan feminis umumnya
memusatkan perhatian kepada pengalaman perempuan sebagai sesuatu yang utama.
Feminisme bukanlah suatu teori atau sistem pemikiran tunggal melainkan suatu
gerakan
Kata ’budaya’ memiliki dua
makna. Makna pertama adalah sebagai ’ ide-ide bersama yang dijadikan sandaran
bagi suatu masyarakat. Makna kedua adalah praktik atau keseluruhan cara
kehidupan suatu masyarakat. Kajian budaya menyelidiki cara-cara dihasilkannya
budaya melalui perjuangan di antara ideologi-ideologi. Tradisi kajian ini
berorientasi reformis. Minat utama kajian ini adalah memperkenalkan cara-cara baru dimana kelas dominan memiliki
moral tertentu dalam menginterpretasikan teks-teks dan memahami penolakan
interpretasi tersebut oleh kelompok marginal sehingga kelompok marginal
tersebut dapat diberdayakan.
SEPULUH PERTANYAAN UMUM TENTANG PENELITIAN KUALITATIF
1.
Apakah
temuan-temuan penelitian kualitatif dapat digeneralisasikan?
Apakah temuan penelitian kualitatif
berlaku hingga keluar batas subyek dan latar lingkungan penelitian tertentu?
Terdapat asumsi bahwa perilaku manusia bersifat acak atau idiosinkratis. Maka
dari itu yang diperhatikan para peneliti kualitatif bukan pertanyaan apakah temuan mereka dapat
digeneralisasikan melainkan di lingkungan dan subyek mana penelitian itu dapat
digeneralisasikan.
2.
Bagaimanakah
dengan pendapat, prasangka, dan sifat-sifat memihak (bias) lain dari peneliti
dan pengaruhnya terhadap data?
Yang dilakukan oleh peneliti kualitatif
adalah meneliti secara obyektif keadaan subyektif subyek penelitiannya. Studi
kualitatif bukanlah esai impresionistis yang dibuat setelah melakukan kunjungan
singkat ke tempat penelitian atau setelah melakukan pembicaraan dengan subyek.
Tambah lagi, tujuan utama peneliti adalah menambah pengetahuan, bukan
memberikan pertimbangan tentang lingkungan penelitian. Catatan lapangan secara
rinci termasuk renungan mengenai subyektivitas peneliti sendiri dapat membatasi
pandangan berat sebelah (bukan menghilangkan).
3.
Apakah
hadirnya peneliti tidak akan mengubah perilaku orang-orang yang ditelitinya?
Perubahan perilaku akibat hadirnya
peneliti disebut ’efek pengamat’. Hal ini menjadi suatu keniscayaan. Namun
demikian, peneliti kualitatif berusaha berinteraksi dengan subyek penelitiannya
secara wajar, tanpa paksaan dengan harapan mendapatkan perilaku subyek secara
relatif wajar pula. Selain itu, peneliti dapat
memahami pengaruh dirinya terhadap subyek dengan cara mengetahui secara
dekat latar itu dan menggunakan pemahaman ini untuk memperoleh pemahaman lain
yang mendalam tentang hakikat kehidupan masyarakat.
4.
Apakah
dua orang periset yang sendiri-sendiri mempelajari latar atau subyek yang sama
akan menghasilkan temuan yang sama?
Peneliti kualitatif tidak mempunyai
harapan yang sama persis dengan harapan yang dilakukan oleh peneliti lainnya,
pertama-tama karena peneliti-peneliti tersebut memiliki latar belakang
pendidikan dan minat yang berbeda-beda. Dalam studi kualitatif, para peneliti
sangat memperhatikan kecermatan dan kelengkapan data. Mereka cenderung
memandang reliabilitas sebagai kecocokan antara apa yang mereka rekam sebagai
data dengan apa yang benar terjadi dalam latar yang diteliti, bukannya keajegan
secara harafiah di antara berbagai observasi. Dua peneliti yang sedang
mempelajari satu latar bisa menghasilkan data yang berbeda dan membuahkan
temuan yang berbeda. Dua studi tersebut bisa saja sama-sama reliabelnya.
Reliabilitas antara salah satu atau kedua studi tersebut dipersoalkan hanya
jika studi- studi tersebut membuahkan
hasil yang bertentangan atau tidak.
5.
Apakah
perbedaan penelitian kualitatif dibandingkan dengan apa yang dikerjakan oleh guru,
wartawan, atau seniman?
Berbeda dengan guru, wartawan, dan
seniman, peneliti telah memperoleh pendidikan dalam penggunaan seperangkat
prosedur dan teknik yang dikembangkan selama bertahun-tahun untuk mengumpulkan
dan menganalisis data. Peneliti juga memiliki
penguasaan yang kuat di bidang teori dan
temuan penelitian. Namun demikian, para peneliti akan lebih baik mencoba
memahami apa yang dilakukan dan dipelajari guru, wartawan, dan seniman untk
menyempurnakan penelitiannya.
6.
Dapatkah
ancangan-ancangan kuantitatif dan kualitatif digunakan secara berbarengan?
Pada penelitian yang mendalam, penggunaan
ancangan kualitatif dan kualitatif secara bersama-sama akan menyulitkan karena
dua ancangan tersebut memiliki dasar asumsi yang tidak sama.
7.
Benar-benar
ilmiahkah penelitian kualitatif itu?
Penelitian ilmiah mencakup penyelidikan
empiris yang ketat dan sistematis, dalam arti terdapat landasan datanya.
Penelitian kualitatif memenuhi persyaratan ini. Ahli fisika pemenang nobel P.W.
Bridgeman berpendapat bahwa ciri yang paling penting dari kerja seorang saintis
semata-mata adalah bekerja
sebaik-baiknya dengan pikiran, tidak ada yang menjadi penghalang.
8. Apakah
Tujuan penelitian kualitatif?
Semua penelitian kualitatif tujuannya
tidak sama.beberapa berusaha untuk mengembangkan teori mendasar (grounded teori). Yang lain berusaha
untuk merumuskan konsep. Tujuan
penelitian kualitatif adalah untuk mempelajari tingkah laku dan pengalaman
manusia secara lebih baik.
9.
Apakah perbedaan penelitian kualitatif dan kualitatif?
CIRI-CIRI PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
|
|||
KUALITATIF
|
KUANTITATIF
|
||
Frase yang berkaitan dengan Ancangan
|
Frase yang berkaitan dengan Ancangan
|
||
Etnografis
|
Deskriptif
|
Eksperimen
|
|
Kerja
penelitian
|
Pengamatan
pelibatan
|
Data keras
|
|
Lapangan
|
Fenomenologis
|
Perpektif luar
|
|
Data lunak
|
Aliran Chicago
|
Empiris
|
|
Interaksi
simbolis
|
Dokumenter
|
Positifis
|
|
Perspektif
dalam
|
Riwayat hidup
|
Fakta sosial
|
|
Naturalistik
|
Studi kasus
|
statistik
|
|
Etnometodologis
|
ekologis
|
|
|
|
|
|
|
Konsep penting yang berkaitan dengan ancangan
|
Konsep penting yang berkaitan dengan ancangan
|
||
Makna
|
Pemahaman
|
Variabel
|
replikasi
|
Akal sehat
|
Proses
|
Mengoperasionalkan
|
|
Pemahaman
|
Tatanan
negosiasi
|
Reliabilitas
|
|
bracketing
|
Untuk maksud
praktis
|
Hipotesa
|
|
Definisi
situasi
|
Konstruksi
sosial
|
Validitas
|
|
Kehidupan
sehari-hari
|
|
Signifan secara
statistik
|
|
|
|
|
|
Nama yang berkaitan dengan Ancangan
|
Nama yang berkaitan dengan Ancangan
|
||
Max Weber
|
W.I Thomas
|
Emile Durkheim
|
Donald Chambell
|
Charles Horton
Cooley
|
Everelt Hughes
|
Fred Kerlinger
|
|
Harold
Garfinkel
|
Ervng Golfman
|
Edward
Thorndike
|
|
Margaret Mead
|
Herbert Blumer
|
Robert Bales
|
|
|
|
|
|
Afiliasi Teoritis
|
Afiliasi Teoritis
|
||
Interaksi
simbolis
|
Kebudayaan
|
Fungsionalisme
struktural
|
Empirisme logis
|
Etnometodologi
|
Idealisme
|
Realisme,
positivisme
|
Teori sistem
|
Fenomenologi
|
|
Behaviorisme
|
|
|
|
|
|
Afiliasi Akademis
|
Afiliasi akademis
|
||
Sosiologi
|
antropologi
|
Psikologis
|
Sosiologi
|
Sejarah
|
|
Ilmu ekonomi
|
Ilmu politik
|
|
|
|
|
Tujuan
|
Tujuan
|
||
Mengembangkan
konsep penpensitif memerikan kenyataan yang banyak seginya
|
Menguji teori
Membentuk fakta
|
||
Teori mendasar
(grounded theory)
|
Perian
statistik, prediksi
|
||
Mengembangkan
pemahaman
|
Menunjukkan
hubungan antar variabel
|
||
|
|
|
|
Rancangan
|
Rancangan
|
||
Berkembang
|
Rampat (umum)
|
Terstruktur
|
Formal
|
Lentur
|
|
Ditentukan
terlebih dahulu
|
Spesifik
|
Rancangan
memberikan firasat untuk melangkah
|
Rancangan
merupakan rencana kerja yang rinci
|
||
|
|
|
|
Usulan penelitian
|
Usulan penelitian
|
||
Singkat,
spekulatif
Menunjukkan
bidang yang relevan untuk diteliti
Sering ditulis
setelah ada data terkumpul
Tinjauan
pustaka yang substantif tidak panjang lebar
Ancangan
disebut secara umum
|
Panjang lebar
Fokus dan
prosedurnya rinci dan spesifik
Melalui
tinjauan pustaka yang substantif
Ditulis sebelum
ada datanya
Hipotesa
disebutkan
|
||
|
|
|
|
Data
|
Data
|
||
Deskriptif
|
Foto
|
Kuantitatif
|
statistik
|
Dokumen pribadi
|
Kata-kata
(ucapan) orang sendiri
|
Sandi yang
dapat dikuantifikasi
|
Ukuran
|
Catatan
lapangan
|
Dokumen resmi
dan barang buatan orang (artefak)
|
Bilangan
|
Variabel
operasional
|
|
|
|
|
Sampel
|
Sampel
|
||
Kecil
|
Sampel teoritis
|
Besar,
Berstrata
|
Kelompok
kendali
|
Tidak mewakili
|
|
Dipilih acak
|
Tepat, cermat
|
|
|
Kendali kontrol
untuk variabel luar
|
|
|
|
|
|
Taktik atau Metode
|
Taktik atau Metode
|
||
Pengamatan
(observasi)
|
Wawancara
terbuka
|
Eksperimen,
sigi (survei)
|
Kuasi
eksperimen
|
Tinjauan atas berbagai
dokumen dan barang artifak
|
Pengamatan
pelibatan(participant observasion)
|
Wawancara
terstuktur
Himpunan data
|
Pengamatan
terstruktur
|
|
|
|
|
Hubungan dengan subyek
|
Hubungan dengan subyek
|
||
Empati
|
Persamaan
|
Ada pembatasan
|
Ada jarak
|
Menekankan
kepercayaan
|
Hubungan rapat
|
Jangka pendek
|
Subyek-peneliti
|
Subyek sebagai
sahabat
|
Tidak tinggal
bersama
|
||
|
|
|
|
Instrumen dan alat
|
Instrumen dan alat
|
||
Tape recorder
|
Alat penyalin
tulisan
|
Inventori,
kuesioner,
|
Komputer, skala
|
Peneliti sering
merupakan satu-satunya instrumen
|
indeks
|
Skor tes
|
|
|
|
|
|
Analisa data
|
Analisa data
|
||
Berkelanjutan,
model, tema, konsep, induktif
|
Induksi
analisis
Metode
komparatif konstan
|
Deduktif
statistik
|
Dikerjakan
selesai pengumpulan data
|
|
|
|
|
Masalah dalam penggunaan ancangan
|
Masalah dalam penggunaan ancangan
|
||
Memakan waktu
|
Reduksi data
|
Reifikasi
|
validitas
|
sulit
|
reliabilitas
|
Sulit
memaksakan
|
|
Prosedur tidak
baku
|
Sulit meneliti
populasi besar
|
Mengendalikan
variabel-variabel lain
|
|
10. Manakah yang lebih baik, penelitian kualitatif atau kuantitatif?
Secara
umum tidak ada metode yang terbaik. Semuannya bergantung kepada apa yang kita
pelajari dan apa yang akan kita cari. Ada beberapa permasalahan dan topik yang
tidak dapat dipecahkan oleh penelitian
kualitatif. Sebaliknya, ada topik dan permasalahan yang tidak bisa diselesaikan
melalui penelitian kuantitatif.
ETIKA
Ada dua persoalan yang
belakangan ini mendominasi pembicaraan tentang pedoman etik dalam melakukan
penelitian yang menggunakan subyek manusia yaitu izin terbuka dari subyek dan
perlindungan subyek dari hal-hal yang merugikan dirinya. Pedoman ini
mengupayakan jaminan bahwa (1) subyek mengikuti proyek penelitian dengan suka
rela, memahami sifat studi itu, dan bahayanya serta kewajiban yang ada di
dalamnya ; (2) subyek tidak dihadapkan kepada risiko yang lebih besar daripada
keuntungan yang didapatnya.
Beberapa asas umum yang berlaku bagi seorang
peneliti sebagai berikut.
1.
Identitas
subyek hendaknya dilindungi sehingga informasi yang terkumpul tidak
membingungkan atau kalau tidak merugikan.
2.
Subyek
hendaknya diperlakukan dengan hormat.
3.
Peneliti
hendaknya bersifat terbuka terhadap subyek.
4.
periset
hendaknya berhati-hati, realistis, dan mematuhi kontrak kesepakatan dalam
negosiasi untuk memperoleh izin studi.
5.
Peneliti
harus jujur pada waktu menulis atau melaporkan temuan.