MAKALAH LANDASAN PENELITIAN KUALITATIF DALAM BIDANG PENDIDIKAN

MAKALAH 
LANDASAN PENELITIAN KUALITATIF DALAM BIDANG PENDIDIKAN
 
 


PENDAHULUAN
            Penelitian kualitatif digunakan sebagai payung istilah yang memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu data yang dikumpulkan disebut data lunak, permasalahan penelitian tidak disusun berdasarkan variabel operasional, dan  penyelidikan yang bertujuan memahami tingkah laku dari sudut kerangka acuan subyek sendiri. Contoh konkret penelitian kualitatif dengan ciri-ciri sebagaimana tersebut di atas adalah observasi partisipan dan wawancara mendalam.
Istilah yang digunakan untuk merujuk kepada penelitian kualitatif beragam. Penelitian lapangan digunakan dalam bidang antropologi dan sosial. Di bidang pendidikan diistilahkan ini disebut naturalistik. Digunakan pula istilah etnografi oleh kebanyakan antropolog.

KARAKTERISTIK PENELITIAN KUALITATIF
Penelitian kualitatif memiliki karakteristik sebagai berikut.
1.      Bersifat natural
Dalam penelitian kualitatif,  sumber data diambil langsung dari latar alami dan peneliti merupakan istrumen kunci. Peneliti kualitatif merasa bahwa tindakan dapat dipahami dengan baik jika diamati pada latar lingkungan tempat terjadinya (konteks). Apakah data yang terkumpul melalui rekaman video, wawancara, atau observasi pelibatan, peneliti kualitatif menganggap bahwa tingkah laku dipengaruhi oleh latar kejadiannya.

2.      Bersifat deskriptif
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berbentuk kata. Laporan hasil penelitian berisi kutipan-kutipan data sebagai ilustrasi dan keterangan pendukung atas apa yang disajikan. Dalam upaya memperoleh pemahaman, peneliti  berusaha menganalisis data dengan segala kekayaan makna dan sedekat mungkin dengan wujud rekaman atau transkripnya. Ancangan penelitian kualitatif melihat bahwa tidak ada sesuatu yang sepele. Segala sesuatu bisa memberikan petunjuk untuk pemahaman yang lebih utuh tentang apa yang sedang diteliti. Deskripsi akan berhasil sebagai metode pengumpulan data jika rinciannya dapat memberikan penjelasan.

3.      Di samping hasil, penelitian kualitatif memperhatikan proses
Penekanan penelitian kualitatif pada proses sangat bermanfaat dalam penelitian pendidikan yang dimaksudkan untuk klarifikasi self-fulfilling prophecy, yaitu suatu paham bahwa unjuk kerja kognitif siswa dipengaruhi oleh ekspektasi guru terhadapnya (Rosenthal dan Jacobson, 1968).

4.      Analisis data secara induktif
Peneliti kualitatif tidak mencari data atau bukti untuk  menerima atau menolak hipotesis yang dibuatnya sebelum memulai studi; alih-alih mereka membuat abstraksi ketika hal-hal khusus yang telah terkumpul dikelompokkan bersama-sama. Teori yang tersusun seperti ini, muncul dari bawah ke atas, disebut teori mendasar, grounded, (Glaser dan Strauss, 1967). Jika diilustrasikan, analisis data secara induktif tidak seperti menyusun sebuah mosaik yang gambarnya telah diketahui, tetapi menyusun sebuah gambar yang terjadi pada waktu kita menemukan dan mempelajari bagian-bagiannya. Peneliti tidak mempunyai anggapan bahwa ia telah mengetahui cukup banyak hal dan soal penting sebelum menjalankan riset.

5.      Makna merupakan masalah esensial dalam ancangan penelitian kualitatif
Perhatian peneliti kualitatif adalah apa yang disebut perspektif pelibatan (participant perspective), yaitu bagaimana orang-orang mengartikan atau memberi makna kepada hidupnya. Peneliti  ingin memastikan  bahwa ia menangkap perspektif secara cermat. Beberapa peneliti yang mempergunakan video dan menunjukkan  rekamannya kepada orang lain untuk mengecek penafsiran orang tersebut  dengan penafsiran informan. Cara demikian menunjukkan adanya perhatian bagaimana menangkap cara yang dipakai orang itu sendiri  untuk menafsirkan arti penting sesuatu dengan cermat.

TRADISI PENELITIAN KUALITATIF DALAM BIDANG BIDANG PENDIDIKAN

Abad Ke-19
Beberapa karakteristik kehidupan di Amerika pada abad ke-19 menyebabkan timbulnya kebutuhan untuk melakukan penyelidikan kemasyarakatan. Urbanisasi dan dampak imigrasi  besar-besaran menimbulkan masalah di kota-kota besar, seperti masalah sanitasi, kesehatan, kesejahteraan, dan pendidikan. Kondisi seperti ini dipublikasikan secara meluas di media massa sehingga permasalahan sosial seperti ini menghendaki beragam tanggapan khalayak. Salah satunya adalah gerakan survei sosial.
Pada Abad ke-19 di Amerika, publisitas media yang mengangkat permasalahan sosial mendorong munculnya survei sosial. Artinya, media berpengaruh besar terhadap perkembangan penelitian survei. Lebih lanjut, survei sosial diselenggarakan untuk mendorong perubahan sosial melalui penelitian.

Timbulnya Antropologi
Sumbangan paling penting Boas terhadap perkembangan penelitian kualitatif bagi pendidikan adalah konsepnya tentang kebudayaan. Ia beranggapan bahwa setiap kebudayaan yang diteliti harus dirancang secara induktif. Antropolog hendaknya mempelajari kebudayaan dengan maksud mempelajari bagaimana kebudayaan tersebut dipahami oleh warganya, bukan bagaimana peneliti memahaminya. Malinowski juga berpendirian bahwa suatu teori pendidikan hendaknya berakar di dalam pengalaman manusia, didasarkan pada pengamatan, dan ditemukan secara induktif.

Sosiologi Chicago
Secara metodologi, sosiolog Chicago mengandalkan studi kasus tunggal. Ciri metodologis aliran Chicago antara lain mengandalkan pengumpulan data secara langsung (tangan pertama) dan menekankan penelitian pada kehidupan kota besar.
Dalam penekanannya pada persilangan konteks sosial dan biografi terletak akar deskripsi penelitian kualitatif sebagai ”holistik”. Artinya bahwa tingkah laku seseorang dapat dipelajari dengan baik menurut situasi terjadinya tingkah laku itu.

Sosiologi Pendidikan
Sosiologi pendidikan secara keseluruhan (termasuk psikologi pendidikan) beralih dari paham Chicago ke pendekatan kuantitatif  dan eksperimental. Bain (1929) dalam ”Validitas Riwayat Hidup dan Catatan Harian”  menyatakan bahwa riwayat hidup dan catatan harian tidak cukup ilmiah untuk ilmu sosiologi karena tidak dapat diolah secara statistik dan tidak dapat distandardisasikan. Meskipun kuantifikasi menunjukkan dominasi aliran dalam sosiologi pendidikan, karya-karya Willard Waller berorientasi kepada sosiologi pendidikan yang antikuantitatif.

Tahun 1930-an Hingga 1950-an
Bogdan melihat metodologi kuantitatif berkembang lebih baik meskipun ancangan penelitian kualitatif bukan merupakan alat penelitian yang populer pada dasawarsa ini. Pengaruh Fakultas Sosiologi Universitas Chicago mengendur dalam tahun tiga puluhan karena sejumlah sebab antara lain tidak tersedianya sumber pendanaan penelitian, perbedaan-perbedaan politik, dan metodologi yang ada di antara pakar-pakar sosiologi Amerika, dan meninggal atau pensiunannya beberapa tokoh penting di Chicago.
Perkembangan  metodologi dan konseptual metode kualitatif atau metode penelitian lapangan terjadi pada tahun 50-an. Selama masa ”Sosiologi Chicago”, pengalaman penelitian individual jarang mendapat pemberitaan umum. Proses kerja lapangan menjadi pokok pembicaraan saat para peneliti  kualitatif sadar diri dan bersifat intropektif mengenai metode. Perkembangan konseptual semakin maju saat Erving Goffman (1955) mempelajarai cara bagaimana orang mengelola pandangan orang lain terhadapnya dan bagaimana hal ini mempengaruhi kenyataan sosial (Dramaturgis).
Perkembangan metodologi yang penting lainnya adalah tumbuhnya wawancara sebagai strategi pokok penelitian kualitatif.

Tahun 1960-an: Masa Perubahan Sosial
Beberapa penyebab perkembangan penelitian kualitatif pada era ini adalah (1) pergolakan sosial yang menunjukkan kurangnya perhatian masyarakat terhadap siswa dan permasalahan dalam pendidikannya; (2) adanya pengakuan terhadap pandangan mereka yang terpinggirkan oleh kekuasaan. Metode kualitatif mewakili bangkitnya gerakan demokrasi selama dasawarsa enampuluhan.
Pada era ini  dikenal etnometodologi setelah selama dasawarsa enampuluhan bidang sosiologi dikuasai oleh pemikiran fungsionalis struktural.

Dasawarsa 1970-An: Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan, Keragaman yang Luas
Perdebatan antara para peneliti kuantitatif dengan kualitatif terus berlangsung. Perdebatan tentang data keras dengan  data lunak, jurnalisme dengan riset, ancangan ’ilmiah’ dengan ancangan ’intuitif’, masing-masing mempunyai pengikut.
Gaya pelaksanaan dan penyajian penelitian kualitatif  menunjukkan keragaman pada masa itu. Misalnya gaya ancangan kooperatif yang penuh keterbukaan dan gaya konfliktual yang terselubung. Sikap peneliti terhadap informan (subjek yang diteliti) juga menunjukkan keragaman serupa. Ada yang berpandangan empatik yang humanis  dan ada pula paham yang menempatkan  perasaan orang sebagai sampingan (etnometodologi). Etnometodologi yang berakar kepada filsafat fenomenologi ini merupakan orientasi penelitian kualitatif yang relatif baru.

DASAR TEORI

Ancangan Fenomenologi
Ancangan fenomenologi  menghendaki adanya sejumlah asumsi yang berlainan dengan cara yang digunakan untuk mengancang perilaku orang dengan maksud menemukan fakta dan penyebabnya. Peneliti aliran fenomenologi berusaha memahami apa makna kejadian dan interaksi bagi orang biasa pada situasi tertentu.
Yang ditekankan kaum fenomenolog adalah segi subyektif tingkah laku orang. Fenomenolog berusaha untuk masuk dalam dunia konseptual subyek penyelidikannya agar dapat memahami bagaimana  dan apa makna yang disusun subyek tersebut di sekitar kejadian-kejadian dalam kehidupan sehari-hari (memahami subyek dari sudut pandang subyek sendiri). Fenomenolog percaya bahwa ada banyak cara untuk menginterpretasi perilaku seseorang.

Interaksi Simbolik
Terdapat asumsi bahwa pengalaman manusia itu diperoleh dengan perantaraan interpretasi. Benda (obyek), manusia, situasi,  dan kejadian itu tidak memiliki maknanya sendiri. Makna yang diberikan seseorang kepada pengalamannya dan proses menginterpretasinya  merupakan hal yang esensial dan konstitutif, bukan hal yang kebetulan atau bersifat sekunder terhadap pengalaman itu. Untuk bisa memahami tingkah laku orang, kita harus memahami definisi dan proses terbentuknya.
Bagian lain yang penting dari teori interaksi simbolis adalah konstruk tentang ’diri pribadi’ (self).  Diri tidak dipandang terletak dalam individu seperti ego atau kebutuhan. Diri adalah definisi yang diciptakan orang (melalui interaksinya dengan orng-orang lain) mengenai siapa dia. Pendek kata, kita memandang diri kita sendiri sebagaimana orang lain memandang kita. Dengan demikian, diri merupakan konstruk sosial.

Kebudayaan
            Kebudayaan adalah pengetahuan perolehan yang digunakan manusia untuk menafsirkan pengalaman dan membuahkan tingkah laku (Sardley, 1980:6). Dalam pengertian ini, kebudayaan merangkum apa yang dilakukan orang, apa yang diketahui orang, dan barang-barang yang dibuat dan dipergunakan orang.  Dalam perspektif lainnya, Geertz (1973:14) memaknai kebudayaan sebagai sistem yang rumit tentang tanda-tanda yang dapat diterangkan artinya. Kebudayaan bukanlah kekuasaan, sesuatu yang menjadi penyebab kejadian sosial, tingkah laku, lembaga, atau proses; kebudayaan adalah konteks yang di dalamnya dapat dijelaskan semua hal tadi dengan jelas. Dalam pengertian ini, ada interaksi antara kebudayaan dengan makna yang dilekatkan orang kepada peristiwa. Orientasi fenomenologis dari defnisi ini jelas.

Etnometodologi
            Pekerjaan etnometodolog adalah melakukan studi  tentang bagaimana orang-orang, sebagai pendukung dari tatanan yang lazim, menggunakan sifat-sifat tatanan itu untuk membuat agar bagi para warga bisa terjadi ciri-ciri yang terorganisasi yang kelihatannya nyata. Para ahli etnometodologi berupaya memahami bagaimana cara orang memandang, menjelaskan, dan memerikan tatanan dunia tempat mereka hidup.

Teori Mutakhir :Feminisme dan Kajian Budaya
            Teori feminis berusaha mengeksplorasi makna konsep-konsep gender. Teori ini bermula dari asumsi bahwa gender merupakan kategori yang digunakan untuk memahami pengalaman manusia. Gender merupakan konstruksi sosial yang telah didominasi oleh laki-laki yang mengakibatkan penindasan terhadap kaum perempuan. Ilmuwan feminis umumnya memusatkan perhatian kepada pengalaman perempuan sebagai sesuatu yang utama. Feminisme bukanlah suatu teori atau sistem pemikiran tunggal melainkan suatu gerakan
           
            Kata ’budaya’ memiliki dua makna. Makna pertama adalah sebagai ’ ide-ide bersama yang dijadikan sandaran bagi suatu masyarakat. Makna kedua adalah praktik atau keseluruhan cara kehidupan suatu masyarakat. Kajian budaya menyelidiki cara-cara dihasilkannya budaya melalui perjuangan di antara ideologi-ideologi. Tradisi kajian ini berorientasi reformis. Minat utama kajian ini adalah memperkenalkan  cara-cara baru dimana kelas dominan memiliki moral tertentu dalam menginterpretasikan teks-teks dan memahami penolakan interpretasi tersebut oleh kelompok marginal sehingga kelompok marginal tersebut dapat diberdayakan.



SEPULUH PERTANYAAN  UMUM TENTANG PENELITIAN KUALITATIF

1.      Apakah temuan-temuan penelitian kualitatif dapat digeneralisasikan?
Apakah temuan penelitian kualitatif berlaku hingga keluar batas subyek dan latar lingkungan penelitian tertentu? Terdapat asumsi bahwa perilaku manusia bersifat acak atau idiosinkratis. Maka dari itu yang diperhatikan para peneliti kualitatif  bukan pertanyaan apakah temuan mereka dapat digeneralisasikan melainkan di lingkungan dan subyek mana penelitian itu dapat digeneralisasikan.

2.      Bagaimanakah dengan pendapat, prasangka, dan sifat-sifat memihak (bias) lain dari peneliti dan pengaruhnya terhadap data?
Yang dilakukan oleh peneliti kualitatif adalah meneliti secara obyektif keadaan subyektif subyek penelitiannya. Studi kualitatif bukanlah esai impresionistis yang dibuat setelah melakukan kunjungan singkat ke tempat penelitian atau setelah melakukan pembicaraan dengan subyek. Tambah lagi, tujuan utama peneliti adalah menambah pengetahuan, bukan memberikan pertimbangan tentang lingkungan penelitian. Catatan lapangan secara rinci termasuk renungan mengenai subyektivitas peneliti sendiri dapat membatasi pandangan berat sebelah (bukan menghilangkan).

3.      Apakah hadirnya peneliti tidak akan mengubah perilaku orang-orang yang ditelitinya?
Perubahan perilaku akibat hadirnya peneliti disebut ’efek pengamat’. Hal ini menjadi suatu keniscayaan. Namun demikian, peneliti kualitatif berusaha berinteraksi dengan subyek penelitiannya secara wajar, tanpa paksaan dengan harapan mendapatkan perilaku subyek secara relatif wajar pula. Selain itu, peneliti dapat  memahami pengaruh dirinya terhadap subyek dengan cara mengetahui secara dekat latar itu dan menggunakan pemahaman ini untuk memperoleh pemahaman lain yang mendalam tentang hakikat kehidupan masyarakat.

4.      Apakah dua orang periset yang sendiri-sendiri mempelajari latar atau subyek yang sama akan menghasilkan temuan yang sama?
Peneliti kualitatif tidak mempunyai harapan yang sama persis dengan harapan yang dilakukan oleh peneliti lainnya, pertama-tama karena peneliti-peneliti tersebut memiliki latar belakang pendidikan dan minat yang berbeda-beda. Dalam studi kualitatif, para peneliti sangat memperhatikan kecermatan dan kelengkapan data. Mereka cenderung memandang reliabilitas sebagai kecocokan antara apa yang mereka rekam sebagai data dengan apa yang benar terjadi dalam latar yang diteliti, bukannya keajegan secara harafiah di antara berbagai observasi. Dua peneliti yang sedang mempelajari satu latar bisa menghasilkan data yang berbeda dan membuahkan temuan yang berbeda. Dua studi tersebut bisa saja sama-sama reliabelnya. Reliabilitas antara salah satu atau kedua studi tersebut dipersoalkan hanya jika studi- studi tersebut  membuahkan hasil yang bertentangan atau tidak.

5.      Apakah perbedaan penelitian kualitatif dibandingkan dengan apa yang dikerjakan oleh guru, wartawan, atau seniman?
Berbeda dengan guru, wartawan, dan seniman, peneliti telah memperoleh pendidikan dalam penggunaan seperangkat prosedur dan teknik yang dikembangkan selama bertahun-tahun untuk mengumpulkan dan menganalisis data. Peneliti juga  memiliki penguasaan yang kuat di bidang  teori dan temuan penelitian. Namun demikian, para peneliti akan lebih baik mencoba memahami apa yang dilakukan dan dipelajari guru, wartawan, dan seniman untk menyempurnakan penelitiannya.

6.      Dapatkah ancangan-ancangan kuantitatif dan kualitatif digunakan secara berbarengan?
Pada penelitian yang mendalam, penggunaan ancangan kualitatif dan kualitatif secara bersama-sama akan menyulitkan karena dua ancangan tersebut memiliki dasar asumsi yang tidak sama.

7.      Benar-benar ilmiahkah penelitian kualitatif itu?
Penelitian ilmiah mencakup penyelidikan empiris yang ketat dan sistematis, dalam arti terdapat landasan datanya. Penelitian kualitatif memenuhi persyaratan ini. Ahli fisika pemenang nobel P.W. Bridgeman berpendapat bahwa ciri yang paling penting dari kerja seorang saintis semata-mata adalah bekerja  sebaik-baiknya dengan pikiran, tidak ada yang menjadi penghalang.

8.   Apakah Tujuan penelitian kualitatif?
Semua penelitian kualitatif tujuannya tidak sama.beberapa berusaha untuk mengembangkan teori mendasar (grounded teori). Yang lain berusaha untuk merumuskan  konsep. Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk mempelajari tingkah laku dan pengalaman manusia secara lebih baik.

9.       Apakah perbedaan penelitian kualitatif dan kualitatif?


CIRI-CIRI PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF

KUALITATIF


KUANTITATIF
Frase yang berkaitan dengan Ancangan
Frase yang berkaitan dengan Ancangan
Etnografis
Deskriptif
Eksperimen

Kerja penelitian
Pengamatan pelibatan
Data keras

Lapangan
Fenomenologis
Perpektif luar

Data lunak
Aliran Chicago
Empiris

Interaksi simbolis
Dokumenter
Positifis

Perspektif dalam
Riwayat hidup
Fakta sosial

Naturalistik
Studi kasus
statistik

Etnometodologis
ekologis






Konsep penting yang berkaitan dengan ancangan
Konsep penting yang berkaitan dengan ancangan
Makna
Pemahaman
Variabel
replikasi
Akal sehat
Proses
Mengoperasionalkan

Pemahaman
Tatanan negosiasi
Reliabilitas

bracketing
Untuk maksud praktis
Hipotesa

Definisi situasi
Konstruksi sosial
Validitas

Kehidupan sehari-hari

Signifan secara statistik





Nama yang berkaitan dengan Ancangan
Nama yang berkaitan dengan Ancangan
Max Weber
W.I Thomas
Emile Durkheim
Donald Chambell
Charles Horton Cooley
Everelt Hughes
Fred Kerlinger

Harold Garfinkel
Ervng Golfman
Edward Thorndike

Margaret Mead
Herbert Blumer
Robert Bales





Afiliasi Teoritis
Afiliasi Teoritis
Interaksi simbolis
Kebudayaan
Fungsionalisme struktural
Empirisme logis
Etnometodologi
Idealisme
Realisme, positivisme
Teori sistem
Fenomenologi

Behaviorisme





Afiliasi Akademis
Afiliasi akademis
Sosiologi
antropologi
Psikologis
Sosiologi
Sejarah

Ilmu ekonomi
Ilmu politik




Tujuan
Tujuan
Mengembangkan konsep penpensitif memerikan kenyataan yang banyak seginya
Menguji teori
Membentuk fakta
Teori mendasar (grounded theory)
Perian statistik, prediksi
Mengembangkan pemahaman
Menunjukkan hubungan antar variabel




Rancangan
Rancangan
Berkembang
Rampat (umum)
Terstruktur
Formal
Lentur

Ditentukan terlebih dahulu
Spesifik
Rancangan memberikan firasat untuk melangkah
Rancangan merupakan rencana kerja yang rinci




Usulan penelitian
Usulan penelitian
Singkat, spekulatif
Menunjukkan bidang yang relevan untuk diteliti
Sering ditulis setelah ada data terkumpul
Tinjauan pustaka yang substantif tidak panjang lebar
Ancangan disebut secara umum
Panjang lebar
Fokus dan prosedurnya rinci dan spesifik
Melalui tinjauan pustaka yang substantif
Ditulis sebelum ada datanya
Hipotesa disebutkan





Data
Data
Deskriptif
Foto
Kuantitatif
statistik
Dokumen pribadi
Kata-kata (ucapan) orang sendiri
Sandi yang dapat dikuantifikasi
Ukuran
Catatan lapangan
Dokumen resmi dan barang buatan orang (artefak)
Bilangan
Variabel operasional




Sampel
Sampel
Kecil
Sampel teoritis
Besar, Berstrata
Kelompok kendali
Tidak mewakili

Dipilih acak
Tepat, cermat


Kendali kontrol untuk variabel luar




Taktik atau Metode
Taktik atau Metode
Pengamatan (observasi)
Wawancara terbuka
Eksperimen, sigi (survei)
Kuasi eksperimen
Tinjauan atas berbagai dokumen dan barang artifak
Pengamatan pelibatan(participant observasion)
Wawancara terstuktur
Himpunan data
Pengamatan terstruktur




Hubungan dengan subyek
Hubungan dengan subyek
Empati
Persamaan
Ada pembatasan
Ada jarak
Menekankan kepercayaan
Hubungan rapat

Jangka pendek
Subyek-peneliti
Subyek sebagai sahabat
Tidak tinggal bersama




Instrumen dan alat
Instrumen dan alat
Tape recorder
Alat penyalin tulisan
Inventori, kuesioner,
Komputer, skala
Peneliti sering merupakan satu-satunya instrumen
indeks
Skor tes




Analisa data
Analisa data
Berkelanjutan, model, tema, konsep, induktif
Induksi analisis
Metode komparatif konstan
Deduktif
statistik
Dikerjakan selesai pengumpulan data




Masalah dalam penggunaan ancangan
Masalah dalam penggunaan ancangan
Memakan waktu
Reduksi data
Reifikasi
validitas
sulit
reliabilitas
Sulit memaksakan

Prosedur tidak baku
Sulit meneliti populasi besar
Mengendalikan variabel-variabel lain

10. Manakah yang lebih baik, penelitian kualitatif atau kuantitatif?
            Secara umum tidak ada metode yang terbaik. Semuannya bergantung kepada apa yang kita pelajari dan apa yang akan kita cari. Ada beberapa permasalahan dan topik yang tidak dapat dipecahkan oleh  penelitian kualitatif. Sebaliknya, ada topik dan permasalahan yang tidak bisa diselesaikan melalui penelitian kuantitatif.

ETIKA
            Ada dua persoalan yang belakangan ini mendominasi pembicaraan tentang pedoman etik dalam melakukan penelitian yang menggunakan subyek manusia yaitu izin terbuka dari subyek dan perlindungan subyek dari hal-hal yang merugikan dirinya. Pedoman ini mengupayakan jaminan bahwa (1) subyek mengikuti proyek penelitian dengan suka rela, memahami sifat studi itu, dan bahayanya serta kewajiban yang ada di dalamnya ; (2) subyek tidak dihadapkan kepada risiko yang lebih besar daripada keuntungan yang didapatnya.
Beberapa asas umum yang berlaku bagi seorang peneliti sebagai berikut.
1.      Identitas subyek hendaknya dilindungi sehingga informasi yang terkumpul tidak membingungkan atau kalau tidak merugikan.
2.      Subyek hendaknya diperlakukan  dengan hormat.
3.      Peneliti hendaknya bersifat terbuka terhadap subyek.
4.      periset hendaknya berhati-hati, realistis, dan mematuhi kontrak kesepakatan dalam negosiasi  untuk memperoleh izin studi.
5.      Peneliti harus jujur pada waktu menulis atau melaporkan temuan.

DMC